Puji Dan Syukur bagi Tuhan Allah yang telah memberkati pelaksanaan Pelatihan Dasar CPE (Clinical Pstoral Educatin) pertama tahun 2019, yang berlangsung pada Tanggal 11, 13 – 18 Mei 2019 di GKPS Sudirman Pematang Siantar. Pelatihan Dasar CPE ini dibimbing oleh Pdt. Mercy Anna Saragih, M.Si – CPE Full Supervisor. Pelatihan pertama ini diikuti oleh 9 Pendeta dan Penginjil yang melayani di wilayah GKPS Distrik I mereka adalah Pdt Nirmala Sinaga, Penginjil Ella Rospelita Purba, Pdt Lenni Marintan Damanik, Penginjil Julita Saragih, Pdt. Robendi Purba, Penginjil Rohni Haholongan Sipayung, Penginjil Supiana Saragih, Pdt. Nova Erlina Girsang, Pdt Ery Ricardo Nababan.
Terimakasih untuk Pimpinan Pusat GKPS, yang memikirkan kemajuan para pelayan GKPS dan memberikan kesempatan untuk belajar serta bertumbuh dalam pelatihan ini. Betapa pentingnya Pelatihan ini bagi para Pendeta dan Penginjil. Terimakasih kepada Praeses Distrik I Pdt. Parlin Damanik beserta Team Klinik Pastoral Distrik I Pdt. Erni Purba, Pdt. Delpina Purba dan Penginjil Pasma Sitanggang yang mendukung suksesnya pelaksanaan Pelatihan Dasar CPE ini. Berterimakasih untuk jemaat Distrik An der Agger Jerman – UEM (Rev. Horst Ostermann – Consultant program CPE UEM) yang mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan Pelatihan ini. Terimakasih untuk kerjasama Pimpinan Majelis dan jemaat GKPS Sudirman yang memberikan tempat dan fasilitas untuk terlaksananya pelatihan ini.
Selama seminggu 54 jam berjalan bersama dalam proses belajar, bergumul dan bertumbuh di bawah ini para peserta menyampaikan apa yang telah ditemukan, disadari dan merekomendasikan hasil pengalaman mereka yang antara lain sebagai berikut:
“Pada perjalanan kebersamaan kami mengikuti (pelatihan dasar) CPE ini kami boleh menemukan diri kami. Sebuah perjalanan pencarian yang menemukan. Kenapa? Karena akhirnya kami menyadari (melalui CPE ini) ternyata kami adalah orang-orang yang terluka, terbeban, kesepian, ketakutan dan yang punya kegelisahan dan hal lain. Semua itu komplit ada pada diri kami. Suatu hal yang luar biasa adalah karena kita boleh terbuka satu dengan yang lain.
Dengan kondisi seperti ini (saya boleh sebutkan bahwa ini sebagai salah satu sample yang mewakili Distrik 1) bagaimana mungkin yang orang buta menuntun yang buta lalu bagaimana mungkin dengan kondisi yang kami miliki – orang yang terluka menyembuhkan yang terluka. Itu tidak mungkin! Oleh karena itu lah proses dalam waktu 54 jam ini menjadi perjalanan proses yang luar biasa yang penuh dengan berkat. Waktu 54 jam memang melelahkan tetapi saya yakin kalau saya bertanya kepada teman-teman saya di sini,mereka pasti mengatakan: “54 jam yang menggembirakan”. Ada tangis, ada tawa, ada ketakutan, ada dukungan, ada doa dan ada kegembiraan. Kami boleh menari bersama walau ini masih dalam perjalanan bersama satu titik dan masih banyak yang merasakan Tuhan melawat kami dengan luar biasa, memelihara dan menyembuhkan kami. Terpujilah nama Tuhan!
“Saya menyadari walaupun sering melakukanan perkunjungan kepada orang sakit baik yang menjalani perawatan di rumah atau di rumah sakit – tapi melalui pelatihan ini dimana kami berkunjung ke RSUD Dr Djasamen Saragih, dan menuliskan Verbatim I, ada pelajaran berharga saya dapatkan disini. Saya belajar untuk selalu fokus dengan keadaan saat melakukan kunjungan, bagaimana situasinya saat kita datang berkunjung, mengumpulkan data-data tentang kejadian/ tingkah laku terjadi dengan mengamati secara cermat dan langsung di kamar yang kita kunjungi untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya (observasi). Saya belajar memahami bagaimana perasaan orang dalam kondisi perawatan di Rumah Sakit. Saya diharuskan bisa penjadi Chaplin/ pendengar yang baik terhadap apa yang sedang dirasakan pasien, apa keluhannya dan bagaimana bahasa tubuhnya agar saya tidak salah memposisikan diri saya. Juga agar pertanyaan pertanyaan yang saya ajukan bisa membuat dia semakin memahami dirinya dan juga membuat dia merasakan kehadiran saya itu berarti baginya”
“Saya merasa senang mendapat undangan menjadi salah satu peserta pelatihan ini. Ini adalah kesempatan yg sangat berharga buat saya pribadi. Saya mendapat kesempatan duduk bersama, belajar bersama teman-teman Pendeta/ Penginjil dan juga Pdt Mercy Anna Saragih (Supervisior CPE). Selama seminggu saya bersama dengan mereka, ibadah bersama, duduk bersama, menangis bersama, tertawa bersama dan makan bersama. Saya merasa dekat sekali dengan mereka, mereka menjadi sahabat-sahabat saya dalam suka dan duka selama kami ditempat ini. Mereka menjadi teman/ sahabat yang mau mendengarkan saya dengan setia. Ketika saya mempersentasiakan verbatim saya. Mereka teman yang berempati ketika saya menceritakan tentang kesedihan masa lalu saya di life story saya. Kehadiran mereka menguatkan saya ketika saya katakan saya lemah, dan belum mampu menerima keadaan/ kejadian/ duka yang mendalam yang tersimpan di dalam hati bertahun tahun lamanya. Mereka membiarkan saya dulu menangis sepuasnya, meluapkan uneg-uneg yang ada dihati yang selama ini mungkin masih mengganjal di pikiran saya. Saya mendapat penghiburan dan penguatan dari kata-kata mereka. Saya dituntun untuk mensyukuri hidup dan tidak menyesali keadaan yang harus terjadi karna tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan dan harapkan”
“Saya mendapatkan pelajaran baru yang sangat berharga. Pelatihan ini memberikan kesempatan untuk berbicara kepada diri saya sendiri untuk menanyakan apa yang terjadi dalam diri saya sendiri, bagaimana perasaanya dan mendengarkannya, berempati dengannya, menghiburnya. Ternyata dengan sendirinya proses itu membuat pikiran saya menjadi tenang. Manfaat penulisan verbatim membuat saya bisa memahami diri saya sendiri dan bisa lebih mengontrol emosi saya terlebih untuk tidak menyalahkan keadaan dan diri sendiri. Melalui pelatihan ini saya diajak mengingat kembali masa lalu saya atau dokumen hidup saya, dimana itu bisa menghalangi saya menjadi Chaplain yang baik. Oleh karena itu saya perlu disembuhkan terlebih dahulu agar mampu menyembuhkan orang lain. Saya dituntun untuk berdamai dengan masa lalu saya, dengan menerima kenyataan dan mengampuni sehingga perasaan menjadi tenang, sehat dan nyaman dengan diri sendiri. Dan tentunya pelatihan ini menolong saya untuk bisa bertumbuh dan memiliki percaya diri untuk melakukan pelayanan pastoral”
“Saya mampu mengembangkan diri saya sendiri, berbicara dengan diri sendiri dan mencari solusi untuk persoalan yang saya hadapi (mengobati diri sendiri). Saya juga semakin mengenal siapa saya dan keberadaan saya sehingga saya semakin dikuatkan dalam menjalani hidup. Saya juga bisa belajar dari kekurangan dan kelebihan orang lain. Secara profesional saya menyadari ternyata apa yang saya lakukan selama ini dalam pelayanan terkhusus dalam bidang pelayanan pastoral terhadap orang yang sakit masih jauh dari yang diharapkan. Walaupun dulu saya pernah mengikuti pelatihan CPE tapi rasanya saya harus lebih banyak belajar lagi. Saya meyakinkan diri saya untuk mengalami peningkatan untuk pelayanan berikutnya. Oleh karena itu tentu saja semangat melayani jemaat juga ikut bertambah karena sudah bertambah modal dalam pelayanan”
“Saya sangat senang mengikuti Pelatihan (dasar) CPE selama seminggu karena ada rasa kekeluargaan di antara teman, ada perasaan bangga karena diberi kesempatan mendapatkan pelatihan bidang pastoral untuk yang ketiga kalinya. Saya merasa lebih dikuatkan karena mengetahui bahwa kelemahan dan kesalahan kalau mau berobah maka akan semakin semangat.
Ada rasa terharu karena bila saya mendengarkan dan melihat teman bagaimana mereka harus kuat menjalani hidupnya karena banyaknya persoalan dalam diri sendiri juga orang lain. Tapi jujur saya juga merasakan capek walau capek tapi tetap ingin mengikuti pelatihan ini, jangan sempat tak ikut, sayang/ rugi. Secara personal saya mendapatkan banyak pembelajaran bahkan kesempatan ke depan untuk belajar lebih bijak memahami tentang diri sendiri, baik menghadapi masalah diri sendiri dan orang lain terlebih dalam keluarga (suami dan anak-anak). Secara profesional pelatihan ini dapat memberikan pengertian yang lebih efektif termasuk dalam pelayanan oleh hamba-hamba Tuhan sehingga dengan modal pembelajaran (pelatihan dasar) CPE ini semakin banyak jiwa-jiwa yang makin dikuatkan atau ditopang. Semoga melalui pelatihan ini semua yang ikut pelatihan dasar CPE boleh menjadi BERKAT”
“Selama mengikuti pelatihan ini saya merasakan kelegaaan. Kejujuran adalah modal awal dalam mengikuti pelatihan ini dan mendapatkan dampak positifnya. Saya dilatih untuk mendengarkan orang lain dan me-manage emosi. Saya menyadari pentingnya pelayanan pribadi disamping pelayanan massa yang rutin. Berubah adalah mengenal orang lain lebih dari apa yang tampak. Saya merencanakan pelatihan serupa bagi Majelis jemaat secara berkala”
“Saya sangat bahagia selama mengikuti pelatihan ini karena Saya merasa terbantu dan dikuatkan. Selama ini banyak yang terjadi dalam hidup dan perilaku yang menurut saya tidak masalah ternyata kini saya menyadari hal tersebut adalah masalah. Pengetahuan saya akan hal ini membuat saya semakin sadar dan tertolong. Mendengarkan pengalaman teman, saya menyadari bahwa apa yang terjadi dalam hidup saya semuanya mendukung dalam pelayanan. Saya semakin mengenal diri sendiri dan menyadari betapa hidupku penting bagi diriku juga untuk orang lain”
“Secara personal saya mendapatkan kekuatan yang baru dari pelatihan ini. Saya semakin sejahtera, semakin bersukacita, semakin menyayangi anak-anak dan suami saya juga orang tua termasuk keluarga besar saya. Saya juga mendapat ketrampilan berkomunikasi yang baik dan tepat dalam percakapan pastoral. Saya sungguh bersyukur ikut serta dalam kesempatan yang berharga ini. Terhadap teman2 satu kelas pelatihan ini saya semakin memahami mereka dan berempati terhadap mereka karena proses yang sudah kami jalani bersama. Tuhan memberkati teman2 semuanya, kiranya kita tetap bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa, mantap dan penuh semangat juang. Secara profesional ketrampilanku semakin bertambah bagaimana menghadapi jemaat yang sakit, bergumul atau yang berdukacita. Saya semakin dimantapkan untuk melakukan percakapan pastoral. Betapa pentingnya setiap individual ditolong. Ketrampilanku bertambah, keberanianku bertambah, semangat bertambah. Hidupku harus menjadi berkat, maka setiap kesempatan akan kupakai dengan baik untuk melayani. Sebab melayani orang yang sakit, di situ juga ada Tuhan Yesus. Terakhir saya dan juga kelas pelatihan mengucapkan big thanks kepada kakak kami Pdt. Mercy Anna Saragih, yang begitu sabar mendengarkan kami 9 orang, sabar membantu kami dan dengan kelembutanmu membuat kami tenang dan nyaman dalam setiap proses. “Sehat ma ham kak, anak-anakmu juga dalam jagaan Tuhan, juga suamimu janah Tuhan Jesus totap mamasu-masu ham pakon keluargamu”
“Kami seperti HP yang di-charger kembali sehingga kami mempunyai kekuatan baru untuk melakukan banyak hal. Kami sangat diuntungkan dengan (pelatihan dasar) CPE ini. Harapan kami tidak berhenti sampai di sini karena di sini tempatnya kita menemukan sahabat dalam perjalanan. Karena hanya orang sembuhlah yang boleh menyembuhkan. Betapa berharganya CPE bagi kami karena bagaimana mungkin kami menyampaikan ambilan na madear anggo maseda do hadirion nami. Kami juga berharap agar tidak hanya kami tapi para pendamping kami (suami dan atau istri) juga ikut menerima pelatihan seperti ini, karena dalam pelatihan ini kami menyadari bahwa ketika kami bergabung dalam pelatihan ini dan melaksanakan pelayanan kami karena ada pendamping kami yang mendukung dan menopang kami sungguh luar biasa. Sesungguhnya mereka lebih kuat daripada kami. Selama ini kami lansei, berpikir menjaga anak itu gampang tidak pergi ke sana kemari. Pendamping kami sangat luar biasa menopang kami, pelayanan kami. Kami juga mengharapkan mereka boleh sembuh dan disembuhkan menjadi penopang dalam keluarga. Luar biasa kesempatan yang Tuhan berikan kepada Distrik 1 kami merasa terberkati biarlah melalui (pelatihan dasar) CPE kita semakin kuat dan semangat.”
“Dengan pengalaman dan perubahan sikap dengan mengikuti pelatihan selama 54 jam, kami mengusulkan agar setiap fulltimer mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dasar CPE ini tanpa batasan umur Kenapa? Harus diakui bukan karena pensiun seorang fulltimer maka dia selesai dengan dirinya. Saya yakin tidak. Semakin tahun semakin banyak Pendeta (Penginjil) yang pensiun jangan sampai mereka tidak selesai dengan dirinya walau pun mereka sudah berada di dalam tatanan pensiun. Pengharapan kami ini jadi sebuah rekomendasi bahwa pelatihan CPE kepada para Pendeta pensiun. Saya yakin luar biasa kalau seandainya itu dilakukan Pendeta yang pensiun lewat pengalaman mereka bisa menyembuhkan jemaat lewat pelayanan pribadi, perkunjungan ke Rumah sakit dan atau ke rumah-rumah.”
“Kami sangat merekomendasikan salah satu syarat utama untuk mencalonkan diri menjadi Vicar di GKPS ada sertifikat bahwa yang bersangkutan sudah mengikuti CPE selama 10 Minggu. Kenapa? Kalaupun dia tidak diterima di GKPS dia tetap bisa menjadi seorang pendamping bagi orang lain. Kalau dia diterima di GKPS maka dia sudah siap secara mental untuk melayani jemaat. Kami sangat merekomendasikan dan mendukung minimal ada 20 orang seperti Kak Mercy. Minimal Ada 20 orang Pendeta GKPS yang memiliki kualitas seperti yang dimiliki kak Mercy (CPE Full Supervisor). Kami bertanya apakah beliau bisa melakukannya (CPE Supervisor training) beliau katakan bisa dan punya otoritas melakukan itu. Saya senang jika ini tidak disia-siakan. Saya mau dan bersedia untuk dilatih di sini sambil bersama keluarga dan belajar tentang CPE. Harapan kami ke depannya GKPS punya center CPE sehingga GKPS bisa menjadi Gereja penyembuh bagi setiap orang yang datang ke gereja. Kita penyembuh, jemaat penyembuh maka jemaat akan menjadi jemaat yang disembuhkan oleh Tuhan. Itu Pengharapan kami”
Terimakasih untuk kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memberikan Pelatihan Dasar CPE ini. Saya merasa bersyukur Pada Tuhan untuk berkatNya yang memberkati setiap proses yang bisa terjadi dan dirasakan oleh setiap peserta Pelatihan Dasar CPE ini.[show_avatar email=3 user_link=authorpage display=show_name,show_biography]
Pdt. Mercy Anna Saragih, M.Si – CPE Full Supervisor