Ibadah Harian Keluarga GKPS
Selasa, 11 Agustus 2020

1. Doding Haleluya No. 459:1

O Tuhan tiap jam, au mamorluhon Ham.
Ai ham tumang na boi, pasonang uhurhin.
Bai haganup ianan, Ham do hupindahi.
Na roh do au sonari, holong ma Ham.

2. Tonggo

3. Ayat Harian: Job 2:9

Dob ai nini parinangonni ai ma dompaksi: Sai tong ope marsijoloman uhurmu bani hadaulatonmu? Burai ma Naibata, ase matei ho!
Maka berkatalah isterinya kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!

4. Renungan

Kita tidak asing dengan ungkapan: “Ada uang abang sayang, tidak ada uang abang melayang”. Ungkapan tersebut menggambarkan suatu hubungan atau relasi transaksional duniawi yang didasarkan pada materi atau uang. Hubungan atau relasi dapat tetap berjalan selama kepentingan terpenuhi, namun akan berakhir jika apa yang diinginkan tidak lagi didapatkan.

Iblis berasumsi atau menduga bahwa Ayub melihat hubungannya dengan Allah semata-mata hanyalah suatu relasi transaksional. Iblis meyakini bahwa Ayub akan segera mengutuk relasi tersebut saat Allah gagal melakukan bagian-Nya sesuai dengan kesepakatan. Isteri Ayub tertular juga dengan perspektif ini sehingga dia meminta kepada Ayub untuk meninggalkan Allah bahkan mengutuk-Nya karena telah gagal memenuhi kewajiban-Nya. Namun bagi Ayub, iman yang benar bukanlah suatu hal yang transaksional, tetapi lebih seperti suatu hubungan perkawinan bahkan jauh mengatasinya. Iman adalah suatu relasi yang intim di mana kita mempersembahkan diri sepenuhnya dan mempercayakan diri seutuhnya.

Ayub tetap setia dalam relasi dengan Allahnya karena dia mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya walaupun dia mengalami penderitaan yang berat.
Beratnya penderitaan yang dialami Ayub tidak dapat dibandingkan dengan penderitaan manusia pada umumnya sepanjang sejarah. Dia tidak hanya mengalami kehilangan tapi juga harus bergumul dengan segudang pertanyaan tentang rahasia Allah terhadapnya. Dia tidak hanya bergumul dengan apa yang terjadi padanya, tetapi juga terhadap reaksi orang-orang di sekitarnya termasuk isterinya sendiri yang memiliki pandangan yang berbeda dengannya atas apa yang terjadi padanya. Yang diharapkannya dapat mendampinginya dan memberi semangat ternyata justru membuat deritanya semakin berat.

Setelah menyaksikan Ayub kehilangan segalanya: anak-anaknya, harta dan bekal hidupnya bahkan kesehatannya, isterinya merasa jengkel karena Ayub masih tetap setia menyembah Allah. Maka dia berkata: “Kutukilah Allahmu dan matilah!”. Tetapi reaksi Ayub memberikan petunjuk akan iman yang besar dan pengenalannya akan kemahakuasaan Allah dengan mengatakan: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (ay.10).

Sesungguhnya keadilan Allah yang paling mendasar adalah: bahwa kita semua patut menerima hukuman-Nya. Tapi Yesus telah memikul kutuk itu di kayu salib agar kita memperoleh keselamatan dan diberkati. Ketika situasi dan kondisi yang kita hadapi kurang ideal seperti pandemi Covid-19 saat ini, marilah kita mengingat dan meneladani iman Ayub – iman kepada Allah yang selalu layak untuk dipuji dan dimuliakan atas berkat dan penyertaan-Nya yang tetap bagi kita. Amin.

5. Doding Haleluya No. 118:1

Tuhan Jesus Siparmahan ganup biri-biri do.
Jesus gok Bamu uhurhu, sai irikkononku Ham
Sai irikkononku Ham, sai irikkononku Ham.
Jesus gok Bamu uhurhu, sai irikkononku Ham.

6.Tonggo Ham Bapanami / Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *