Ibadah Harian Keluarga GKPS
Jumat, 12 Maret 2021
1. Doding Haleluya No. 129:1 “Ai Jumpah Au na Holong Atei”
Ai jumpah au na holong atei,
au na tarbuang in hinan.
Jesus Tuhan parholong atei
hubangku na kahou hinan.
Nuan hutanda Tuhankin,
parholong atei banggal in,
parholong atei banggal in.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Psalmen 32:2
Martuah ma halak anggo seng ihira Jahowa bani hajahaton, anjaha seng dong sipakulah-kulah ibagas tonduyni.
Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!
4. Renungan
Ada istilah “tidak ada manusia yang sempurna”. Hal ini hendak mengatakan bahwa sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan dan kelemahan selalu ada cela dalam diri kita. Kesalahan dan cela itu itu mungkin dalam hubungan kita sesama manusia juga pasti jika diperhadapkan dengan Tuhan selaku orang percaya. Manusia yang terbatas dan berdosa diperhadapkan dengan Allah yang kudus. Namun kita bersyukur kita punya Allah yang sungguh amat baik. Ia Allah yang berinisiatif dan mengambil langkah untuk dapat menjalin relasi yang baik dengan manusia yang berdosa. Allah memberi jalan yang terbuka dan kesempatan untuk bersekutu dengan-Nya dari keterbatasan manusia itu. Itulah yang disampaikan kepada kita lewat nas renungan hari ini.
Orang percaya berbahagialah karena kesalahannya tidak diperhitungkan oleh Tuhan. Upah dosa adalah maut (Rom.6:23), maka segala dosa dan kesalahan pasti ada konsekuensinya yakni hukuman. Namun Tuhan memberi ruang bagi orang percaya dengan tidak lagi “membebankan” hukuman dosa padanya. Inilah kebahagiaan itu karena Tuhan tidak menuntut balas, tetapi orang berdosa tidak dituduh lagi bersalah “dengan kesalahannya sendiri”, atau diperlakukan seolah-olah ia tidak bersalah. Inilah pembenaran yang kita terima dari Allah. Artinya, seseorang, meskipun ia adalah orang berdosa, dan “sadar” karena telah melanggar hukum Allah, namun diperlakukan seolah-olah ia tidak melakukan dosa, atau seolah-olah tidak bersalah; ia diampuni, dan dosa-dosanya tidak diingat lagi. Inilah tujuan Tuhan untuk memperlakukan bahwa kita seolah-olah tidak bersalah (Rom.3:24).
Selanjutnya dikatakan, “yang tidak berjiwa penipu”. Ini berarti seseorang yang tulus dan benar. Seseorang yang tidak munafik; yang sadar tidak ada keinginan untuk menutupi atau menyembunyikan pelanggarannya dari hadapan manusia apalagi dari Tuhan. Yang dengan rela membuat pengakuan secara jujur dan sepenuh hati kepada Tuhan, untuk memohon pengampunan. Orang yang tulus, terus terang, dan jujur dalam membuat “pengakuan” atas dosa-dosa mereka; yang tidak menyimpan sesuatu apa pun lagi saat datang ke hadapan Tuhan. Sebenarnya ini sikap yang harus kita tunjukkan karena semua jelas di hadapan Tuhan, maka yang dibutuhkan dari kita adalah perasaan sadar, tulus dan jujur dalam mengutarakan pengakuan atas kesalahan kita. Sikap hati yang demikianlah yang dikehendaki oleh Tuhan dan sikap demikian juga membuat kita terbuka dan tanpa beban di hadapan Tuhan.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang yang telah diampuni Tuhan? Biarlah kita membuat pengakuan terbuka tentang dosa kepada Tuhan. Bersyukur Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan sesuatu yang berkenan bagiNya. Menjaga langkah hidup untuk selalu dalam koridor yang dikendaki Tuhan dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak terikut melakukan dosa. Serta senantiasa menjaga hati agar tidak ada tipu muslihat di sana tetapi tetap menjaga kemurnian hidup dengan sepenuh hati karena sekarang kita melihat kebaikan Tuhan yang telah bertindak memihak, membela dan membenarkan kita hingga kita layak di hadapanNya. Biarlah hidup kita selalu dipenuhi kebahagiaan. Amin.
5. Doding Haleluya No. 275:1 “Martuah do Na Marhaposan”
Martuah do na marhaposan, bai Naibata Bapanta in,
Ai in do dapot pangapohon, bai ganup sitaronon in,
Seng horsik be onjolanni, na mangkaposi Tuhan in.
6. Tonggo Ham Bapanami / Doa Bapa kami
Departemen Persekutuan GKPS