Ibadah Harian Keluarga GKPS

Rabu, 12 Januari 2022

1. Mandoding Hal. No. 404:1
Ganup ari do in, ronsi tahun hu taun, sihol do hudodingkon GoranMu.
Ham Tuhan Naibata, sai hupuji do Ham, halani haganup layakMu.
Ham arta na harga, poltik hujolom in, humbani na hinan, Ham do tong Naibatangkin.
Bona ni na dear, ronsi sadokahnin, Panondang na lihar, bai ganup na golap in.

2. Tonggo

3. Ayat Harian: Jesaya 38:17
“Tonggor ma, gabe hatuahon do bangku paet ni pangahapanku; anjaha Ham do na marramotkon tonduyhu humbani godung hamagouan, ai isampakkon Ham do ganup dousaku hu pudiMu.”

“Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapanMu.”

4. Renungan
Sudah sejak lama ada sebuah istilah di Simalungun yang mengatakan, “na matobu ulang mintor ibonduthon; na mapaet ulang mintor iuttahkon, ” yang artinya: yang manis jangan langsung ditelan; yang pahit jangan langsung dimuntahkan.

Ada seorang raja yang sangat gemar berburu. Setiap kali berburu, ia selalu membawa seorang tabibnya. Suatu ketika, salah satu jari dari raja tersebut terkena duri yang beracun saat berburu. Sang tabib segera mengobati luka di jari raja. Sesampainya di istana, luka tersebut bertambah parah. Raja kembali memanggil tabibnya untuk menerima pengobatan yang lebih manjur. Tapi, hanya berselang satu hari, jari raja yang membengkak tersebut harus dipotong, untuk menghindari penyebaran virus ke organ tubuh yang lain. Mau tidak mau, raja harus merelakan salah satu jarinya dipotong. Tetapi sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya terhadap tabib yang tidak becus mengobatinya, sang raja pun menjebloskan tabibnya ke dalam penjara.

Dua minggu kemudian, luka sang raja sembuh, dan ia kembali pergi berburu. Tapi sang raja hanya seorang diri karena tabibnya telah dijebloskan ke dalam penjara. Saat itu, raja tersesat dan masuk ke sebuah desa yang asing. Penduduk desa tersebut langsung menangkap raja. Ternyata, mereka sedang akan mempersembahkan korban bagi dewanya, tetapi tidak ada penduduk yang bersedia. Maka, raja yang tersesat ini mereka jadikan tumbal. Saat kepala suku memeriksa seluruh bagian tubuh raja sebelum dikorbankan, ia ketakutan melihat jari raja yang tidak lengkap. Ia langsung memerintahkan orang-orang untuk mengusir raja dari desa tersebut, karena khawatir dewa menjadi marah.

Raja langsung pergi meninggalkan desa tersebut. Sesampainya di istana, ia memerintahkan agar tabibnya dikeluarkan dari penjara. Begitu tabibnya menghadap raja, raja langsung memeluk tubuhnya sambil mengucapkan terima kasih. Tabib bingung dengan apa yang terjadi. Raja mengatakan bahwa karena tabibnya tidak becus mengobatinya, sehingga harus kehilangan jarinya, hal tersebutlah yang telah menyelamatkan raja dari kematian. Mendengar cerita raja, sang tabib langsung berlutut di depannya sambil berterima kasih sebesar-besarnya kepada raja karena telah memasukkannya ke dalam penjara. Raja bingung, mengapa tabibnya mengatakan hal demikian. Tabib pun menjawab bahwa jika raja tidak memasukkanya ke dalam penjara, maka mereka akan pergi berburu bersama, kemudian mereka tersesat bersama, lalu ditangkap dan akan dikorbankan kepada dewa, sehingga tabiblah yang akan dikorbankan karena tubuhnyalah yang masih lengkap.

Jemaat GKPS yang dikasihi Tuhan, kepahitan dalam diri kita bisa terjadi dalam bentuk kehilangan dan kesendirian (terpenjara). Melalui renungan hari ini, kita disemangati bahwa penderitaan yang pahit itu bisa menjadi keselamatan bagi kita, karena Tuhan yang mengerjakannya. Tuhan mengasihi kita. Amin.

5. Mandoding Hal. No. 245:1
Na marmahani hita parholong atei in.
In ma Jesus Tuhanta, sibere tuah in,
sibere tuah in.

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS