1. Mandoding Haleluya No. 216:1+4
Tonggor ma jenges ni in, ganup na sauhur in.
Parpambaenan na bujur, ’ge hataNi pe botul.

Iparbagah Naibata, bani na sauhur da.
Pasu-pasu na bahat, uhur na sonang totap.

2. Tonggo

3. Ayat Harian: Jakobus 3:18
“Anjaha buah ni hapintoron ibagas damei do ai isaburhon bani halak na mangkorjahon hadameion.”

“Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.

4. Renungan
Kecenderungan kita selaku manusia adalah membenci orang yang menjadi seteru kita atau paling tidak menghindarkan diri dari mereka apapun resikonya. Sesungguhnya jika kita melarikan diri dari konflik, kita akan kehilangan banyak hal yang berharga dalam hidup ini. Yesus memanggil kita kepada level kehidupan yang lebih tinggi. Ia memanggil kita untuk menjadi pembawa damai, bukan pemegang damai. Ada perbedaan besar di antara keduanya. Pemegang damai menghindari konflik dan bertindak seolah-olah tidak ada persoalan. Tetapi pembawa dan pembuat damai akan berusaha menyelesaikan konflik dan memperbaiki relasi. Nas hari ini mengatakan, “Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.”

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ketika kita menabur satu benih tanaman maka kita akan selalu menuai lebih daripada apa yang kita taburkan. Jika kita menanam satu benih mangga maka kita akan mendapatkan satu pohon yang dipenuhi oleh buah mangga sebagai hasilnya. Inilah hukum tabur-tuai. Jika kita menaburkan satu benih konflik, kita akan menuai masalah yang lebih banyak daripada yang kita lakukan. Tapi Alkitab mengatakan, jika kita menaburkan satu benih damai maka kita akan memanen buah kedamaian, kebaikan, dan anugerah sebagai hasilnya. Jadi apa yang harus kita lakukan? Salah satu keahlian yang paling penting dalam hidup yang harus kita pelajari adalah bagaimana mengatasi konflik. Bagaimana menjadi pembawa dan pembuat damai di tengah-tengah konflik.

Maka yang harus kita lakukan dalam mengatasi konflik kehidupan adalah menjadi orang yang pertama mengambil inisiatif. Jangan menunggu orang lain datang terlebih dahulu kepada kita. Kitalah yang mengambil inisiatif untuk berdamai. Yesus mengambil inisiatif untuk menunjukkan kasih karunia-Nya kepada kita melalui pengorbanan dan kematian-Nya demi keselamatan kita (bdk. Roma 5:8b, 10a). Ia tidak menunggu kita datang pada-Nya dan tidak menunggu sampai kita sadar akan dosa-dosa kita. Yesus mengambil langkah pertama dan Ia menginginkan kita melakukan hal yang sama. Dan agar kita mampu melakukannya, kita membutuhkan hikmat Allah dan Ia akan dengan senang hati memberikannya bagi kita (Yak. 1:5a). Dengan itu kita akan mampu mengambil keputusan dalam waktu dan tempat yang tepat untuk menciptakan damai dengan perkataan dan cara yang tepat pula. Kemudian mulailah juga dengan mengakui kesalahan kita bukan dengan menyalahkan dan membesar-besarkan kesalahan orang lain. Jangan memulai dengan mengatakan betapa sakitnya akibat perbuatannya pada kita. Mungkin saja konflik terjadi 99 % karena kesalahan orang lain, tapi akuilah juga kesalahanmu. Dari pada menyalahkan orang lain dan membenarkan diri sendiri, lebih baik memulai dengan kesalahan kita sendiri. Maka jadilah pembawa, pembuat, serta penabur damai agar kita menuai buah-buah kebenaran dari Tuhan. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Amin.

5. Mandoding Haleluya No. 250:1+4
Haholongan na mapansing humbai Jesus Tuhankin;
Sai sogopi sai masuki uhur pakon tonduyhin.

Sai palumbang Ham uhurhu, bai ganup hasomankin;
Ase sai ringgas uhurhu, lao manasap dousaniin.

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS