1. Mandoding Kidung Pujian “Sambutlah Yesus”
Dia sungguh indah, Dia Yesus, Dia ajaib, Dia mulia, Dia agung.
Dia cinta daku dan ampuniku, bahkan rela b’rikan nyawa-Nya, ‘tuk s’lamatkanku.
Sambutlah Yesus, tinggikan Yesus. B’ri Dia hormat, pujian, dan kuasa Yesus Raja.
Bagi Yang Mulia, kuangkat tanganku. Kau ‘ku puja, ‘ku cinta, ‘ku sembah. Haleluya.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Markus 11:9
“Halak na mardalan i lobei ampa na mangihut hun pudi mandilohon, “Hosianna! Pinuji ma na roh ibagas goran ni Tuhan!”
“Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,”
4. Renungan
Jemaat Tuhan,
nas kita hari ini memiliki latar tempat di Yerusalem, saat Yesus memasuki kota dimana Ia dielu-elukan lalu menerima ejekan dan hinaan. Memasuki satu wilayah dimana banyak orang yang mempertontonkan pujian dan pujaannya terhadap Yesus yang datang ke kota itu. Yesus yang datang dengan menunggangi seekor keledai, disambut bak seorang pahlawan dan hal itu diperlihatkan dengan cara ada banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, menebarkan ranting-ranting hijau sambil meneriakkan, “Hosanna! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.” Teriakan dan seruan ini agaknya mewakili harapan atau ekspektasi orang banyak pada saat itu, bahwa yang datang ke kota mereka adalah seseorang yang mampu mengeluarkan mereka dari situasi mereka. Kata “Hosana” berasal dari istilah Ibrani “hosyiana,” dari kata Yasha (selamatkan) dan Anna (mohon), yang mengandung arti “tolonglah, selamatkan kami sekarang!” dan kalimat ini merupakan deklarasi pujian dan seruan untuk keselamatan. Orang banyak pada saat itu menyambut Yesus dengan harapan besar bahwa Yesus kelak menjadi raja yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi.
Jemaat Tuhan,
agaknya kedatangan Yesus dengan tidak menunggangi kuda (lambang kekuasaan dan kejayaan), tapi memilih menunggangi keledai (hewan pembawa barang, dikenal sebagai hewan lemah, bodoh), justru memberi pesan bahwa Yesus datang bukan dengan misi politis, bukan untuk menjadi penguasa yang dilayani. Yesus datang dengan kesederhanaan, semangat melayani dan memberi diri. Yesus datang ke Yerusalem dengan pandangan tertuju pada salib, melaksanakan kehendak Bapa-Nya, bersedia menderita dan sengsara karena cinta kasih-Nya pada manusia, dan untuk mendatangkan damai sejahtera dan keselamatan bagi dunia. Teriakan dan seruan yang dinyatakan oleh banyak orang pada saat itu dengan harapan yang telah mereka tanamkan dalam hati mereka atas pembebasan terhadap penjajahan Romawi, lalu oleh kedatangan Yesus ke kota mereka, menjawab lebih dari apa yang mereka harapkan, yaitu kebebasan dari seluruh aspek kehidupan, termasuk kebebasan dari segala dosa mereka.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
saat ini dengan segala kondisi yang kita alami, bahkan dengan semakin dibatasinya setiap ruang gerak kita karena pandemi yang masih ada di bumi ini, lalu dengan semakin meningkatnya jumlah orang yang terpapar dengan Covid-19, baik varian delta maupun varian omicron, tentu ada saatnya kita merasa lelah, ada saatnya kita merindukan kebebasan yang seharusnya dapat kita rasakan dan nikmati. Bila nas kita menyatakan setiap orang menyambut Yesus dengan teriakan dan seruannya, dan di dalamnya mereka membangun mimpi dan harapan mereka, maka saat ini juga kita diminta untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, meneriakkan seruan permintaan tolong kepada-Nya, hingga akhirnya Yesus akan menjawab lebih dari apa yang kita mintakan. Maka jangan berhenti membangun harapan pada-Nya, dan berserulah kepada-Nya. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 319:1-2
Ningon Jesus hasomanku pitah ahu kahou do.
Rapkon Jesus boi au monang talu munsuhkin ganup.
Seng mabiar au ijin Jesus do hasomankin.
Sai irikkononku Jesus balosanku mando in.
Pitah Jesus hasomanku bani sitarononkin.
Sai hu Bani husuhutkon haganup na borat in.
Seng mabiar au ijin, Jesus do hasomankin.
Sai irikkononku Jesus balosanku mando in.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS