1. Mandoding Haleluya No. 2:1
Puji Jahowa ale tonduyhu, puji ma Ia Naibatamin.
Paima bois ope bohalhu, sai pujionku layak-Ni in.
Sitompa daging tonduy pe, ningon ipuji do hape.
Haleluya! Haleluya!

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Markus 14:24
“Lanjar ihatahon ma bani sidea, “Daroh-Ku do on, daroh parpadanan in, na niduruskon mangkopkop buei halak.”

“Dan Ia berkata kepada mereka: “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.”

 

4. Renungan
Jemaat Tuhan,
Injil Markus secara keseluruhan menuliskan secara terperinci hal-hal yang berhubungan dengan kisah kesengsaraan Yesus, dan salah satu bagian dari kisah itu adalah saat Yesus melaksanakan Perjamuan Malam Terakhir yang sering disebut Perjamuan Terakhir atau Perjamuan Malam (The Last Supper). Perjamuan Malam adalah makan malam terakhir Yesus bersama kedua belas rasul sebelum Ia dikhianati, ditangkap untuk kemudian menghadapi kematian-Nya. Pemaknaan Perjamuan Malam bukan hanya sekedar makan bersama, tetapi ada pesan yang akan disampaikan oleh Yesus kepada para murid tentang esensi dari Perjamuan Malam tersebut. Perjamuan Malam Terakhir adalah penggenapan atas pemeliharaan perjamuan Paskah dalam Perjanjian Lama, di mana Paskah adalah hari raya umat Israel untuk memeringati peristiwa saat Allah menyelamatkan mereka dari tulah kematian jasmani dan melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir (Kel. 11:1 – 13:16). Jadi Perjamuan Malam yang dilaksanakan Yesus bersama dengan para murid-Nya, berhubungan erat dengan peristiwa pembebasan umat Israel dari Mesir.

Jemaat Tuhan,
pada Perjamuan Malam, Yesus mengambil dua simbol yang berhubungan dengan Paskah dan memberinya makna yang baru, yakni pengorbanan-Nya yang menyelamatkan kita dari kematian rohani dan melepaskan kita dari perbudakan rohani. Diawali dengan saat Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecahkannya lalu memberikan kepada para murid, dan berkata “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku,” lalu Yesus mengambil cawan, mengucap syukur dan memberikan cawan itu kepada para murid, dan berkata, “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang,” seperti yang tertulis dalam nas kita hari ini. Ada beberapa kata penting dalam nas kita ini, yang sebaiknya kita pahami secara mendalam, yaitu kata: Darah-Ku, Darah Perjanjian. Kata Perjanjian bukanlah istilah yang dipakai untuk mengungkapkan persesuaian di antara dua pihak yang setara (synthēkē). Karena hanya Allah yang menentukan syarat-syarat perjanjian, dan manusia hanya dapat menerima atau menolak. Darah Kristus adalah perjanjian baru yang dijanjikan dalam Yeremia 31:31-34, sebagai sebuah legitimasi bahwa Allah adalah Allah umat Israel, dan umat Israel adalah umat Allah.
Lalu kata “ditumpahkan” dalam nas hari ini adalah terjemahan kata bahasa Yunani ekcheo, yang artinya dicurahkan. Bukan hanya sebagian, melainkan seluruhnya, sampai habis. Darah Kristus tercurah bagi kita semua untuk memberikan pengampunan dosa serta keselamatan. Dan darah yang sama ditumpahkan Yesus di kayu salib tanpa sedikit pun noda dan kesalahan. Darah Anak Domba Allah yang tidak bercacat cela dan tidak bernoda. Kematian-Nya di kayu salib menetapkan suatu perjanjian yang baru di antara Allah dan semua orang yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Kata terkahir adalah “banyak orang,” menghunjuk kepada setiap orang yang berdosa, yang akan menerima darah-Nya dan akan menerima keselamatan yang dipersiapkan oleh-Nya.

Jemaat Tuhan,
nas kita hari ini mengingatkan kita bahwa darah Yesus yang ditumpahkan untuk banyak orang telah mengubah segalanya. Kita yang seharusnya menjadi orang-orang terhukum, yang seharusnya mati, tapi oleh karena kasih-Nya yang diperlihatkan dengan darah-Nya yang ditumpahkan, kini merdeka dan dilayakkan untuk menerima segala berkat yang Tuhan sediakan. Kita yang seharusnya menanggung kutuk, kini menikmati kebaikan dan kemurahan Tuhan. Tentu hal ini terjadi adalah karena anugerah Tuhan semata, karena kita tidak mampu menggapai situasi itu. Lalu atas semua yang telah kita terima, anugerah yang diberikan Allah kepada kita, sehingga kita memeroleh keselamatan, apa yang seharusnya kita lakukan? Tentu dengan menghargai darah yang tidak bercela itu dengan menjaga kekudusan hidup dan memelihara kesetiaan kita kepada-Nya. Menyatakan kepada dunia bahwa Allah melalui Yesus Kristus menumpahkan darah-Nya untuk kita, maka mari kita menyatakan itu kepada seluruh dunia melalui sikap dan perbuatan kita. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 299:1
Domma ihopkop Tuhanku tonduyhu, ase maluah tonduyhu tongtong.
Domma isasap Tuhanku dousangku, ase manggoluh tonduyhu tongtong.
Malas uhurhu megah uhurhu lao pasangapkon Tuhan bai goluhkon.
Nai ma hapeni holongni atei-Ni, hita pe patut marholong tongtong.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS