1. Mandoding Haleluya No. 145:1
Ringgas hita rup, manogu ganup,
na pag manendel na hengkeng hobal, bai Hatani Tuhan,
na sangap tongtong rosuhNi ma bahen i dunia on.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Psalmen 150:6
“Sagala na marhosah, sai ipuji ma Jahowa! Haleluya.”

 

“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!”

 

4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
tandanya kita hidup adalah kita bernafas. Saat kita hiduplah maka kita dapat melakukan apa yang mau kita lakukan. Kita selalu berusaha agar apa yang kita lakukan selama hidup kita membuahkan hasil dan dampak yang baik bagi kita, terlebih lagi bagi Tuhan. Itulah mengapa rasul Paulus mengatakan dalam Kolose 3:23, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Salah satu perbuatan yang harus kita lakukan dengan segenap hati kita adalah memuji Tuhan.

 

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
terlepas dari perintah untuk memuji Tuhan di atas, kita sendiri pun pasti pernah dipuji atau memuji orang lain. Saat kita memuji seseorang, besar kemungkinan bahwa yang kita puji itu adalah orang yang hidup, bukan orang yang telah meninggal. Begitu juga jika kita dipuji oleh orang lain, maka yang memuji kita itu pastilah orang yang hidup. Itulah alasannya mengapa kita disuruh memuji Tuhan, yaitu karena Tuhan yang kita puji adalah Tuhan yang hidup. Jadi, pujian dan kehidupan adalah dua hal yang sulit untuk dipisahkan.

 

Ayat ini mengatakan, “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan.” Ini artinya bahwa makhluk hidup yang masih hidup, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan, disuruh untuk memuji Tuhan. Ayat ini juga bisa berarti bahwa jika ada makhluk hidup yang memuji Tuhan, maka “biarlah” ia memuji Tuhan, jangan diganggu atau jangan dilarang. Begitulah setidaknya kita bisa memahami ayat harian hari ini. Kemudian, memuji Tuhan itu bisa menjadi sebuah “akibat” atau “sebab.” Bagaimana dengan kita? Saat kita memuji Tuhan, pujian itu adalah sebuah akibat atau sebuah sebab? Kalau di ayat 2 pasal 150, memuji Tuhan itu dijadikan sebagai sebuah akibat, yang disebabkan “karena segala keperkasaanNya.” Lalu, jika memuji Tuhan adalah sebuah sebab, maka apa yang menjadi akibatnya? Cukup sulit menemukan di dalam Alkitab yang menuliskan bahwa pujian kepada Tuhan itu adalah sebuah sebab. Lebih banyak pujian yang muncul di dalam Alkitab adalah sebagai sebuah sebab. Walau demikian, ada satu ayat dalam Alkitab yang menuliskan bahwa pujian kepada Tuhan itu adalah sebagai sebuah sebab, yaitu dalam 2 Tawarikh 20:26, “Pada hari keempat mereka berkumpul di Lembah Pujian. Di sanalah mereka memuji TUHAN, dan itulah sebabnya orang menamakan tempat itu Lembah Pujian hingga sekarang.” Maka dari sini kita bisa melihat bahwa jika pujian kepada Tuhan dijadikan sebagai sebuah sebab, maka akibatnya adalah bahwa orang akan mengenal di tempat tersebut telah disampaikan pujian kepada Tuhan. Oleh karena itu, selama kita bernafas, pujilah Tuhan, baik karena sebuah sebab, maupun karena sebuah akibat. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 402:1
Puji ma Naibatanta, bai ianan napansingNi in,
bai paratas hamuliaonNi in,
Haleluya! Haleluya! Puji ma Naibata.
Pasangap ma GoranNi, halani pambahenanNi in,
ampakon hagogohonNi in.
Haleluya! Haleluya! Pasangap Naibata.
Pahata ma tarompit ‘ge arbab pe, irandu pakon gonrang husapi pe.
Irik homa sarunei ‘ge sordam pe, sonai ampakon ogung marolol bei.
Puji ma! Rumbuk ma baen parhatani parugas in.
Sombah ma! Marhiteihon ni doding na lurlur ijin.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS