1. Mandoding Haleluya No. 115:1+4
Sadokah ho i tanoh on papintor uhurmin,
padingat-dingat ma tongtong nidok ni Tuhanmin.
Ambungkon humbai uhurmin na so margagan in.
Ganup na humbai Tuhan in ramot ma jaga in.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Psalmen 116:6
“Jahowa do siramotkon halak paruhur sisaluju; galek hinan do ahu, tapi ipaluah do ahu.”
“TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku.”
4. Renungan
Bagaimanakah menjadi orang-orang sederhana? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa melihat kenyataan yang ada di sekitar kita dan dalam diri kita. Sepasang kekasih yang ingin melangsungkan perkawinan, sadar atau tidak sadar selalu sibuk bagaimana merancang sebuah pesta perkawinan, yang unik bahkan mewah, jika mampu. Katanya, “Sekali seumur hidup.” Padahal esensi perkawinan bukan pada pestanya, tapi bagaimana mereka saling menyayangi setelah berumah tangga. Namun pesta yang sederhana kadang-kadang membuat orang tidak percaya diri. Contoh lain, memilih smartphone. Banyak orang bangga memiliki smartphone dengan brand terkenal dan mahal, padahal fungsinya sama dengan brand yang biasa dan lebih murah. Ada pula sebagian orang yang bangga dengan mobil yang mewah dan memamerkannya di media sosialnya, padahal kalau dari segi fungsinya, sama saja dengan mobil yang lebih sederhana dan lebih murah seperti alat transportasi.
Ternyata tidak gampang menjadi orang sederhana. Keinginan manusia selalu menuntut lebih dari yang seharusnya. Kita tidak nyaman hidup dalam kesederhanaan. Akhirnya kita terus berusaha sekuat tenaga agar bisa lebih dari orang lain, bahkan kadang-kadang memaksakan diri, padahal sebenarnya tidak mampu. Mengejar yang terbaik tentu saja baik, tetapi ketika kita harus memaksakan diri, sehingga terlalu banyak yang dikorbankan, padahal yang kita kejar tersebut juga bukan sesuatu yang utama, tetapi lebih kepada kebanggaan diri yang semu, maka akhirnya kita akan semakin jauh dari kesederhanaan hidup.
Kesederhanaan dapat dimulai dari hati yang sederhana, hati yang seperti anak-anak. Hati yang sederhana adalah hati yang percaya pada apa yang dimiliki saat ini, jika dikembangkan akan bisa berguna kepada diri sendiri dan juga orang banyak. Hati yang sederhana, adalah hati yang berserah kepada Tuhan, sembari terus melakukan yang terbaik. Hati yang sederhana percaya kepada rasa cukup dan menolak keserakahan. Ia tidak menuntut terlalu berlebihan, tetapi dengan kesederhanaannya dan keterbatasannya, ia terus berkarya dan berbuat bagi dirinya dan orang banyak.
Terhadap orang sederhana tersebutlah berlangsung pemeliharaan Tuhan. Dalam ayat ini, pemazmur menaikkan syukur kepada Tuhan. Pemazmur yang sudah merasakan penderitaan yang luar biasa dalam hidupnya menyadari bahwa ia tak berdaya, lemah, dan tak mampu berbuat apa-apa lagi untuk menyelamatkan hidupnya dari ancaman dihancurkan “badai kehidupan.” Akan tetapi, di saat ia merasa bahwa sudah tidak ada jalan lagi untuk mendapatkan keselamatan, di saat seperti itulah ia sendiri merasakan kuasa pertolongan tangan Tuhan yang menyelamatkan hidupnya. Oleh karena pertolongan Tuhan yang luar biasa itu, maka berserulah pemazmur kepada dirinya sendiri, “kembalilah tenang, hai jiwaku … Tuhan telah berbuat baik kepadamu” (Mazmur 116:7). Pemazmur memperlihatkan kesederhanaan imannya kepada Tuhan. Dalam kesederhanaan tersebut, ia mengalami bagaimana Tuhan menyertai hidupnya, sehingga ia mampu bertahan melebihi apa yang ia bisa bayangkan.
Di tengah situasi kehidupan yang terus berubah terutama akibat dari pandemi Covid-19 saat ini, tentunya kesederhanaan sangatlah diperlukan. Kita memang butuh hiburan, kita memang butuh aktualisasi diri. Kita juga sudah berkeinginan menuntut lebih seperti saat keadaan normal, misalnya jalan-jalan ke luar kota, berbelanja, apalagi mencari hiburan di tengah kerumunan. Di samping semua yang sanggup kita lakukan itu, ayat hari ini meminta kita untuk bersikap bijak. Inilah saatnya kita mempersiapkan diri dengan berbagai hal-hal yang bermanfaat, dengan hidup sederhana. Jika saatnya nanti, situasi sudah aman, maka kita sudah bermetamorfosis menjadi pribadi yang lebih unggul dan siap melakukan yang terbaik. Ingat, dalam kesederhanaan, ternyata Tuhan tidak tinggal diam. Ia memelihara orang-orang yang hatinya sederhana dan kehidupannya yang sederhana. Amin.
5. Mandoding “El Shaddai”
Tak usah ku takut, Allah menjagaku.
Tak usah ku bimbang, Yesus p’liharaku.
Tak usah ku susah, Roh Kudus hiburku.
Tak usah ku cemas, Dia memberkatiku.
El Shaddai, El Shaddai, Allah Maha Kuasa.
Dia besar, Dia besar, El Shaddai mulia.
El Shaddai, El Shaddai, Allah Maha Kuasa.
BerkatNya melimpah, El Shaddai.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS