1. Mandoding Haleluya No. 141:1-2
Jesus, Raja ni Kuria, na pansing janah porsaya,
pasu-pasu Ham au on.
Sai papuho Ham uhurhu, mangirikkon Ham Rajangku,
Pargogohi Ham au tong, pargogohi Ham au tong.
Tonduy Na Pansing ma bere, roh bai uhur ni kuria bai ganup dunia on.
Ase tong sada uhurni, gembit merap pe halakni.
Pasangapkon Ham tongtong, pasangapkon Ham tongtong.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: 1 Korintus 11:27
“Ase anggo adong na mangankon ruti in, anjaha na minum humbani panginuman ni Tuhan in ibagas na so talup, parsalah do ia bani badan ampa daroh ni Tuhan in.”
“Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.”
4. Renungan
Jemaat Tuhan,
hari ini kita masuk dalam sebuah perayaan Kamis Putih, yaitu momen di mana kita menyaksikan Tuhan Yesus yang memperlihatkan kerendah-hatian-Nya melalui prosesi basuh kaki yang dilakukan-Nya terhadap para murid-Nya, juga pelaksanaan jamuan malam terakhir, karena tidak lama lagi Tuhan Yesus akan berhadapan dengan penyiksaan dan kematian-Nya. Apa sebenarnya makna dari Perjamuan Malam (Kudus) yang dilaksanakan oleh Tuhan Yesus bersama dengan umat-Nya (gereja pada saat ini)? Injil Matius, Markus, maupun Lukas mencatat peristiwa Perjamuan Terakhir, saat Tuhan Yesus yang mengucap syukur atau memberkati roti dan cawan itu, memberikannya kepada para murid-Nya seraya berkata bahwa roti itu adalah tubuh-Nya dan cawan itu adalah darah perjanjian baru dalam darah-Nya. Ketika Tuhan Yesus mati, darah-Nya yang tercurah dan tubuh-Nya yang terpecah itu, dipersembahkan melalui kematian diri-Nya yang menggantikan diri kita, demi menebus semua janji Allah. Cawan pengucapan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus, dan roti yang dipecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus.
Jemaat Tuhan,
dalam nas kita hari ini rasul Paulus sangat tandas menekankan makna Perjamuan Malam yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (yang pada hari ini juga kerap dilakukan oleh umat-Nya dalam ibadah Kamis Putih). Sebelumnya rasul Paulus sudah menjelaskan persoalan yang terjadi (ayat 17-21), menegur kelompok kaya (ayat 22), dan mengingatkan mereka tentang tradisi perjamuan Tuhan yang mengedepankan kebersamaan dan kesatuan (ayat 23-26). Kini ia memberikan beberapa nasihat tentang pelaksanaan Perjamuan Kudus yang benar. Teks ini lebih menyoroti ketidaklayakan dalam cara pelaksanaan. Kata “layak” (axios) yang muncul di tulisan rasul Paulus yang lain menyiratkan ide tentang kesesuaian dengan natur atau karakteristik dari sesuatu. Hal ini memberikan petunjuk bahwa ketidaklayakan cara pelaksanaan Perjamuan Kudus di Korintus berarti ketidaksesuaian dengan makna di dalamnya. Sikap mementingkan diri sendiri yang tercermin dalam tindakan mereka tidak sesuai dengan esensi perjamuan Tuhan yang menekankan kebersamaan dan kesatuan. Rasul Paulus dengan tegas juga menuliskan bahwa ketidaksesuaian tersebut merupakan dosa. Dengan mengabaikan makna Perjamuan Kudus (yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di kayu salib), sama bersalahnya dengan para penyalib yang menganggap Tuhan Yesus sebagai orang yang bersalah (2:8; Mrk. 14:64). Karena sejatinya apa yang dilakukan Tuhan Yesus adalah hal yang sangat berharga dalam kehidupan manusia, ada darah dan tubuh yang Kudus yang masuk dan mengalir dalam kehidupan manusia yang berdosa, yang membawa perubahan bagi yang menerimanya.
Jemaat Tuhan,
untuk hal yang telah dituliskan di atas, maka sebenarnya rasul Paulus ingin menyampaikan nasihat kepada umat Kristen yang di Korintus, juga kita pada saat ini. Bahwa Perjamuan Kudus adalah sebuah masa yang mengedepankan kebersamaan dan kesatuan. Kebersamaan bersama dengan sesama umat-Nya, kebersamaan yang diperlihatkan dengan hubungan yang dibangun di atas kasih, juga kesatuan, karena melalui Perjamuan Kudus, maka kita menyatu bersama dengan Tuhan Yesus melalui darah dan tubuh-Nya, kita telah ditebus-Nya dan harga yang mahal. Sejatinya, yang harus kita lakukan adalah menjaga kelayakan kita dalam mengikuti Perjamuan Kudus, bahwa Perjamuan itu bukan hanya sekedar prosesi makan roti dan minum anggur dari cawan, tetapi lebih dari itu, ada penyatuan antara kita yang berdosa dengan Yesus yang Kudus, maka seharusnya yang kita lakukan adalah menjauhkan diri dari sikap tinggi hati, tidak menghargai hakikat dari Perjamuan, tidak peduli, tidak memperhatikan keseriusan dari apa yang telah terjadi di atas kayu salib, karena kita adalah umat yang menerima penebusan yang diberikan Yesus kepada kita. Amin.
5. Mandoding “Bukan dengan Barang Fana”
Bukan dengan barang fana Kau membayar dosaku.
Dengan darah yang mahal tiada noda dan cela.
Bukan dengan emas perak Kau menebus diriku.
Oleh segenap kasih dan pengorbanan-Mu.
Ku telah mati dan tinggalkan jalan hidupku yang lama.
Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi.
Hidup ini kuletakkan pada mezbah-Mu, ya Tuhan.
Jadilah padaku seperti yang Kau ingini.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS