1. Mandoding Haleluya No. 64:1-2
Laho do Biri-biri in mamorsan ganup dousa,
ni haganupan jolma in ase maluah hita.
Iporsan naboritta in, ibere do diri-Ni in
hu tangan ni pamunuh,
itaron do na sahit in. Das bai na rotap hosah-Niin
nini: “Sai porsanon-Ku.”
Ai anggo Biri-biri in, in ma huan-huanku,
na paluahkon tonduyhin, isuruh Naibatangku.
Ai nini dompak Anak-Nin: “Parayak ma pardousa in
na dob pinapaanku, banggal do ringiskin,
tapi tarbaen mahombun in pangkorhon ni daroh-Mu.”
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Jesaya 52:13
“Tonggor ma, mardohar do juakjuak-Ku, pagijangon do ia anjaha patimbulon, maningon gijang tumang do ia.”
“Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
pada umumnya, keberhasilan menunjuk kepada kondisi yang baik dan berhasil menjalani proses menuju keberhasilan. Misalnya, cita-cita yang tercapai, karir yang meningkat, ekspansi bisnis yang berhasil, dan sebagainya. Dalam renungan Jumat Agung ini justru kita diberi renungan tentang keberhasilan yang justru terjadi dalam konteks penderitaan. Dalam Yesaya 52:13 disebutkan bahwa Sang Hamba akan berhasil dalam makna yang lain, yaitu dapat melakukan tugas dengan baik atau berhasil menyelesaikan tugas. Keberhasilan itu membuat Ia ditinggikan, disanjung, dan dimuliakan. Tetapi ketika kita membaca ayat lanjutan dari Yesaya 52 ini yang membuat banyak orang tertegun dan raja-raja terdiam karena keberhasilan dari raja tersebut, kemudian diikuti dengan penjelasan, “begitu buruk rupanya bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi” (Yesaya 52:14). Hal ini menunjuk kepada sebuah bentuk penderitaan yang dialami oleh Hamba tersebut. Penderitaan secara fisik terlihat jelas karena “begitu buruk rupanya” menunjukkan bagaimana secara fisik Ia dihancurkan, sehingga wajah dan tubuhnya terlihat bukan seperti manusia lagi.
Kita dapat memahami bahwa teks ini ditulis dalam bentuk nubuatan. Dan nubuat ini digenapi dalam Perjanjian Baru dengan salib sebagai bukti nyata penderitaan fisik yang dialami Yesus Kristus. Penderitaan seperti itulah yang merupakan keberhasilan Sang Hamba, penderitaan yang membuat Sang Hamba ditinggikan, disanjung, dan dimuliakan oleh Allah. Kita mengetahui bahwa Yesus yang menderita dan mengalami kesengsaraan bukan akibat perbuatanNya. Ia menderita atas kehendak Allah. Ia dihina, dihindari, dipukul, ditikam, diremukkan, dan dianiaya orang. Semua penderitaan yang dipikul adalah bukti ketaatan dan kesetiaanNya kepada Allah. Di balik penderitaan yang ditanggungNya ada kemenangan. Sekalipun Ia amat menderita, namun pada akhirnya ditinggikan, disanjung, dan dimuliakan.
Dalam merenungkan Firman Tuhan di Jumat Agung ini, sangat disayangkan apabila ada umat percaya yang tidak percaya akan kemuliaan di balik penderitaan. Mungkin ada orang yang menolak percaya karena menghindari penderitaan. Lalu, bagaimana bila kita sebagai orang beriman tidak memercayai berita tentang kemenangan di balik penderitaan? Apakah kita juga menolak penderitaan? Hal yang Tuhan inginkan adalah penderitaan Hamba-Nya mencapai puncak kemuliaan, yaitu bahwa banyak orang memperoleh keselamatan.
Jika kita mengalami penderitaan karena kesalahan sendiri, penderitaan itu adalah konsekuensi yang harus kita tanggung. Akan tetapi, jika kita mengalami penderitaan karena Tuhan Yesus, percayalah bahwa Yesus Kristus Sang Hamba yang telah lebih dulu menderita akan menyertai kita dalam melewati penderitaan tersebut. Ingatlah bahwa ada upah dalam Kerajaan Sorga yang disediakan Allah bagi umat-Nya yang menderita karena nama-Nya. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 62:1-2
Jesus Ham do bah tubuhku, sipagoluh tonduyhin.
Ai ibunuh Ham munsuhku in ma hamateian in.
Ham manaron hamagouan, pasirsirhon hagoluhan.
Halanin hupuji Ham sai marribu hali tong.
Habileion, apas-apas, lansat ampa tijur pe.
Tali pakon tompa-tompas itaronkon Ham hape.
Paluahkon au na sombuh humbai tangan ni sibolis.
Halanin hupuji Ham sai marribu hali tong.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS