1. Mandoding Haleluya No. 384:1
Anggo sai tong hupingkiri, pambahenankin.
Simbei do tong ganup tingki, seng margagan in.
Holongmu, Tuhan pangajamankin,
sai marpangulaki, Ham mangidah in.
Holongmu, Tuhan pangarapankin,
seng dong parsuhutan, pitah Ham do in.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Tangis-tangis 3:39
“Mase marungut-ungut jolma na manggoluh in? Dompak dousani ma ia marungut-ungut.”
“Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!”
4. Renungan
Berapa kali dalam sehari anda mengeluh tentang sesuatu? Manusia memang seringkali mengeluh dan bersungut-sungut dalam hidupnya. Hanya oleh karena masalah atau perkara kecil saja manusia selalu mengeluhkannya. Dapatkah kita hidup tanpa mengeluh? Kita sangat mudah sekali untuk mengeluh dan kalau sudah terbiasa bisa menjadi sangat sulit untuk keluar dari sana. Ketahuilah bahwa orang yang suka mengeluh tidak hanya berdampak pada dirinya saja melainkan juga bagi orang di sekitarnya. Mengeluh adalah tanda kurang beriman, kurang merasa puas, dan kurang bersyukur. Mengeluh bukanlah solusi tepat atas persoalan yang dihadapi, tapi justru seringkali memperburuk keadaan. Dasar yang melatarbelakangi manusia mengeluh biasanya adalah karena merasa diperlakukan tidak adil oleh Tuhan dan sesamanya. Hasil penelitian membuktikan bahwa orang yang berusaha untuk tidak mengeluh biasanya akan merasa hidupnya lebih berbahagia.
Mengeluh terus-menerus akan mengakibatkan kita mengorbankan sukacita yang seharusnya menjadi milik kita dan seharusnya kita nikmati. Kata “mengeluh” dalam bahasa Mandarin diterangkan dengan 2 (dua) simbol, yaitu: “memeluk” dan “ego.” Saudara beretnis Tionghoa percaya bahwa ketika mengeluh berarti di sana kita sedang memeluk keegoan kita. Alkitab juga menceritakan bahwa bangsa Allah seringkali lebih banyak mengeluh dan bersungut-sungut daripada bersyukur atas segala perbuatan Allah yang luar biasa yang dinyatakan bagi mereka. Bahkan mereka seringkali menyalahkan Tuhan atas kehidupan mereka yang penuh dengan tantangan dan pergumulan. Tuhan tidak menghendaki bangsa-Nya suka mengeluh. Ketika bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir di bawah pimpinan Musa mereka mengeluh dan bersungut-sungut kepada Musa. Mereka dengan cepat melupakan segala sesuatu yang diperbuat Allah bagi mereka yang tetap menyediakan segala sesuatu selama 40 tahun perjalanan mereka di padang gurun. Allah mencukupkan makanan dan minuman dan juga tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari untuk menuntun perjalanan mereka, namun mereka mengeluh dan tidak pernah merasa puas atas pemeliharaan Allah. Maka Allah marah karena kurangnya iman mereka kepada Allah. Mengeluh adalah tanda kurang beriman dan mempercayakan diri kepada Allah.
Bagaimana dengan kita saat ini? Kita juga sering mengeluh dan menyalahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Mengeluh berarti menyangkal kasih karunia dan kehadiran Allah dalam hidup kita. Itu juga berarti bahwa kita menganggap Allah tidak ada. Maka kita harus tetap mengingat bahwa dalam hidup kita ada Allah yang Maha Tahu dan mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Kita harus percaya dan mempercayakan diri pada pemeliharaan-Nya. Apapun yang terjadi, kita harus tetap bersyukur kepada Allah di dalam Yesus Kristus (1 Tes. 5:18). Dengan demikian, kita akan memiliki sikap berpikir positif dan tidak hanya itu tetapi kita juga mengakui bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemilik kita, yang senantiasa memelihara dan mengasihi kita, serta menolong kita dalam segala situasi hidup yang kita hadapi. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 362:1
Na loja ho bai goluhmin, ibahen hasunsahan in.
Sirsir do parsaranan in, kawahkon Tuhan Jesus in.
Sai sip, ungut-ungutmin pasoh, sai sip ungut-ungutmin pasoh,
sai sip ma ho, kawahkon Jesus in.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS