1. Mandoding Haleluya No. 352:2
Marhitei idop uhur in, porsaya au tongon,
janah gogoh ni hataNin pasonang uhurhon.
Tapi hubotoh janah porsaya bani gogohNi pakon kuasaNi,
ai iparorot tongtong goluhku, das bai parujungan in.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: 2 Korint 4:11
“Ai tongtong do hanami na manggoluh ope, iondoskon hu hamatean halani Jesus, ase talar homa goluh ni Jesus bani dagingnami na ra matei on.”

 

“Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.”

 

4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ada sebuah masalah yang muncul di tengah-tengah pemberitaan Injil pada zaman rasul Paulus, juga pada masa kita saat ini. Apakah itu? Jika Injil yang diberitakan itu penuh dengan kekuatan, kuasa, dan kemuliaan Allah, lalu bagaimana dengan pemberitanya? Apakah pemberita Injil juga memiliki kekuatan, kuasa, dan kemuliaan? Ternyata tidak. Rasul Paulus tidak mau berbohong. Ia mengakui bahwa dirinya dan para pemberita Injil yang lain adalah bukan orang-orang yang hidup dengan kekuatan, kuasa, dan kemuliaan. Justru sebaliknya. Sebelum ayat harian kita hari ini, pada ayat-ayat sebelumnya rasul Paulus mengakui bahwa, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” (2 Kor. 4:8-9). Jadi, pemberita Injil menghadapi kenyataan bahwa hidupnya tidak dijamin untuk senantiasa selamat dalam segala situasi, dan aman dalam segala kondisi. Hanya saja, di tengah kelemahan-kelemahan yang dirasakan pemberita Injil seperti rasul Paulus, ada saja kekuatan dan keberhasilan yang melimpah-limpah didapatinya. Di sini pun ia mengakui, “… bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2 Kor. 4:7). Di sini kita bisa melihat sekilas bahwa Injil itu kuat, tetapi pemberita Injil itu lemah, seperti bejana tanah liat.

 

Contoh lain dari kelemahan yang dihadapi pemberita Injil adalah seperti yang tertulis dalam ayat harian kita hari ini. Rasul Paulus mengatakan, “Sebab kami…. terus menerus diserahkan kepada maut karena Yesus,” Tetapi mengapa rasul Paulus membiarkan dirinya merasakan hal itu terus menerus? Ternyata ia, dan para pemberita Injil lainnya, merasa puas jika membiarkan Allah membuktikan kekuatan dan kuasaNya dalam segala kelemahan manusia. Hanya saja, perlu juga ditekankan bahwa, penderitaan bukanlah tujuan dari segala pemberitaan Injil Kristus. Penderitaan yang benar itu hanyalah penderitaan karena yesus dan demi Yesus. Bukan karena diri sendiri dan demi diri sendiri. Ke sinilah ayat harian kita hari ini mau mengarahkan kita. Tidak bisa kita mengklaim bahwa segala penderitaan yang terjadi dalam hidup kita adalah penderitaan yang muncul sebagai akibat dari pelayanan kita.

 

Pendeta Eka Darmaputera pernah mengatakan bahwa orang Kristen bukanlah masochist. Masochist adalah seseorang yang suka menderita. Jika tidak perlu (sampai) menderita, maka kita tidak perlu menderita. Tetapi jika karena mempertahankan iman dan pemberitaan Injil Kristus kita harus menderita, maka jangan melarikan diri. Kita harus menghadapinya. Di saat kita menghadapinya, sehingga kita harus berhadapan dengan maut, maka di situlah hidup Yesus menjadi nyata dalam tubuh kita yang fana ini. Jadi, penderitaan karena pemberitaan Injil tidak membuat rasul Paulus undur, kecewa, dan tawar hati dalam menjalani hidupnya. Justru ia semakin berani dan yakin, bahkan sampai mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21). Inilah yang bisa kita teladani dari rasul Paulus. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 327:4
O hasoman anggo sihol ho sonang,
ingat ma padan ni Tuhan in tongtong.
Ai ma jolomanmu tenger uhurmin,
das bani parroh ni Tuhan in.
Sai mangarap bani padan ni Tuhanta Jesus Kristus.
Sai mangarap ma hita bai partobusonNi in.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS