1. Mandoding Haleluya No. 121:2+3
Jolom au Jesus Tuhanku, jolom au sai tongtong,
ulang sirpang be naheihu humbai dalam na sintong.
Bai musim ni haba-haba pinaroh ni munsuhkin,
togu ahu das hu labah bani parsaranan in.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: 1 Petrus 2:11-12
“Nasiam na hinaholongan, huojur ma nasiam songon panginsolat ampa halak dagang: Horom nasiam ma hisap-hisap pardagingon, na marlawan dompak tonduy. Marpangabak na madear ma nasiam i tongah-tongah ni sipajuh begu-begu, ase anggo adong na pahata-hata nasiam songon parjahat, gabe ipasangap sidea Naibata bani ari parrohNi, dob ididah sidea horja nasiam na madear in.”
“Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
biasanya orang tua menasihati anaknya yang akan pergi merantau, entah dengan tujuan menuntut ilmu, atau mencari pekerjaan. Nasihat orang tua itu diberikan agar anak yang akan merantau dapat sukses di perantauan, ingat akan kampung halaman, dan terhindar dari godaan-godaan. Intinya, pastilah nasihat orang tua kepada anaknya yang akan merantau berisi tentang hal-hal yang baik. Seperti itulah rasul Petrus menasihati jemaat untuk berhati-hati di perantauan. Dalam pasal 1 ayat 1 di surat 1 Petrus ini, dituliskan, “Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia,” yang memperjelas tentang siapa penerima surat 1 Petrus ini. Di sini, rasul Petrus memosisikan dirinya sebagai gembala, yang selalu berusaha menjaga kawanan domba Allah, walau hingga ke perantauan.
Betul memang bahwa di perantauan, ada banyak hal-hal baru yang bisa kita temukan. Hal-hal tersebut bisa jadi lebih “keren” dari yang pernah kita lihat, bisa pula lebih “norak/kampungan” dari yang pernah kita alami. Akan itu semua, rasul Petrus menasihatkan supaya “kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging.” Apa itu keinginan-keinginan daging? Di sini kita dibantu rasul Paulus, yang menuliskan tentang keinginan daging di dalam surat Galatia 5:16-26. Bagi rasul Paulus, keinginan daging adalah segala sesuatu yang bertolak belakang dengan keinginan Roh, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, persta pora dan sebagainya. Rasul Paulus mengatakan bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Ke arah inilah rasul Petrus menasihatkan jemaat di pemantauan agar tetap hidup di dalam roh dan kebenaran, serta menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging.
Ia bahkan memberikan jaminan, bahwa barangsiapa yang bertahan dalam melawan keinginan-keinginan daging selama sebagai pendatang di perantauan, maka akan terhindar dari terkaman fitnah. Betul sekali jemaat yang dikasihi Tuhan, bahwa fitnah memang hanya bisa dilawan dengan bukti, bukan dengan kata-kata. Sebuah tindakan benar yang konsisten kita lakukan dan pertahankan, akan menjadi perisai paling ampuh untuk melawan serbuan dari ribuan fitnah yang menerjang. Salah atau jatuh sekali saja ke dalam tindakan tidak benar, maka terjadilah seperti apa yang pepatah katakan, “Karena nila setitik rusak susu sebelanga.” Mempertahankan “susu sebelanga” itu tidak ditumpahi nila setitiklah yang bisa kita samakan dengan “menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” dalam ayat harian kita hari ini. Bagaimana caranya? Hidup dalam Roh. Hidup dalam Tuhan; dan juga Tuhan hidup dalam kita. Tidak bisa hanya kita hidup dalam Tuhan, tetapi Tuhan tidak hidup dalam kita. Bayangkan seperti batu yang dimasukkan ke dalam air, maka seperti itulah manusia yang hidup dalam Tuhan, tapi Tuhan tidak hidup di dalamnya. Sebaliknya, seperti selembar tisu yang dimasukkan ke dalam segelas air, seperti itulah manusia yang hidup di dalam Tuhan dan Tuhan pun hidup di dalamnya.
Kita semua adalah pendatang. Pendatang yang berasal dari sorga untuk merantau di dunia ini. Cara kita memuliakan Allah di tengah-tengah perantauan kita ini adalah dengan tetap menjaga hidup kita bertumbuh di dalam keinginan-keinginan Roh. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 130:1-2
Ai domma jumpah au ondolan ni tonduyhin na magou in;
Daroh ni Jesus do manahan sadokah ni dokahni in.
Maseda pe dunia on, tongtong togap ondolan on.
Ai ipaherbang do tanganNi lao mangalehon jolma on.
Isuruh do bai hajolmaon, Anakni Sipagoluh in.
Sai ihartuki hataNiin do labah ni uhurta in.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS