1. Mandoding Haleluya No. 343:1-2
Banggal tumang do holong-Mu, pabayu goluhkon.
Nadoyuk kahou magou ahu, hape maluah do.

 

Dob hutandai diringkin, megah ma uhurhin.
Salosei hape utangkin, ibaen layak ni in.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Jona 4:4
“Nini Jahowa ma mambalosi, “Ai patut ma manggila ho?”

 

“Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”

 

4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ada ungkapan bijak dari Eckhart Tolle mengatakan, “Di mana ada kemarahan, selalu ada rasa sakit di bawahnya.” Jelas memang bahwa marah merupakan salah satu emosi yang bisa dirasakan oleh setiap manusia. Emosi marah ini pun bisa datang kapan saja. Biasanya, seseorang yang merasakan marah dipicu oleh hal-hal tertentu. Baik disebabkan oleh sikap atau tindakan seseorang, suatu situasi di luar kendali, hingga perasaan marah pada diri sendiri karena tidak mampu melakukan hal sesuai dengan rencana. Ada cara tertentu untuk meredakan emosi tersebut. Cara meredakan emosi marah ini bisa dilakukan dengan mengubah cara pandang tentang emosi marah itu sendiri. Bahwa marah merupakan salah satu emosi yang bisa menyesatkan dan membuat keadaan lebih buruk dari sebelumnya.

 

Ayat harian kita hari ini menjelaskan kekuatan kasih karunia Tuhan yang besar yang diharapkan mampu meredam amarah yang besar dalam diri seorang nabi Yunus. Kitab Yunus pasal 4 ini bercerita tentang situasi Yunus setelah Niniwe bertobat oleh khotbah Yunus. Ternyata, Yunus sangat tidak senang melihat pertobatan Niniwe dan belas kasihan Tuhan kepada Niniwe. Dan perasaan yang dialami Yunus ini adalah perasaan yang sangat buruk. Dalam kitab Yunus, perasaan yang sedang melanda Yunus adalah, yang dalam bahasa asli Ibrani, disebut dengan satu kata “kejahatan besar,” yang dalam Alkitab berbahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “marah.” Hal yang ironis terjadi dalam diri Yunus karena pada saat Niniwe sudah berbalik dari kejahatannya, situasi amarah sedang menguasai Yunus. Yunus sangat yakin bahwa kejahatan Niniwe akan membuat Tuhan benar-benar menjatuhkan malapetaka atasnya. Namun kenyataannya sekarang, batas waktu yang ditentukan Tuhan sudah habis, Niniwe bertobat dan Tuhan tidak jadi menjatuhkan hukuman-Nya. Yunus menjadi marah. Dalam kemarahannya ia berdoa, “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu ketika Kau masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Tuhan yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya” (Yunus 4:2). Kemarahan Yunus kepada Tuhan makin jelas terungkap dalam pasal 4:3 dengan meminta Tuhan untuk mengambil nyawanya dan mengatakan bahwa kematiannya lebih baik daripada hidupnya. Kalimat ini menunjukkan betapa dalamnya ketidakpuasan Yunus terhadap kebaikan Tuhan, yang telah ia alami sendiri secara dramatis ketika ia diselamatkan dari dalam laut.

 

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ketika kehidupan dan keadaan yang kita hadapi tidak selaras dengan pengetahuan kita akan Tuhan, maka ada kemungkinan kita pun sedang berada pada posisi melawan Tuhan. Orang yang sudah mengenal Tuhan, yang seharusnya menjadi anak-anak Tuhan, ternyata mempunyai kemungkinan untuk berdiri sebagai yang menentang dan tidak memahami kasih Tuhan. Sebagai jawaban atas doa Yunus tersebut, di ayat empat Tuhan malah balik bertanya dengan satu pertanyaan retoris. Tuhan sama sekali tidak menghiraukan permintaan Yunus untuk kematiannya. Sebaliknya, Tuhan mendidik Yunus dengan menguji kebenaran tuduhan Yunus pada Tuhan. Tuhan bertanya, “Apakah baik bagimu untuk marah?” Sewaktu Yunus protes dengan tindakan Tuhan, artinya keputusan Tuhan dianggap tidak baik oleh Yunus, Tuhan justru berbalik bertanya, “Jadi, apakah baik jika engkau marah?” Pertanyaan ini sudah seharusnya membawa Yunus kepada pengertian bahwa kemarahannya tersebut merupakan sesuatu yang jahat secara moral. Jawaban Tuhan terhadap Yunus ini kembali membuktikan karakter Tuhan yang murah hati, berbelas kasih, dan panjang sabar. Jawaban Tuhan begitu baik dan sabar, yang diberikan untuk membawa Yunus, yang keras kepala, kepada pengoreksian diri yang benar. Tuhan ingin kita berubah dan terus bertumbuh. Jika pada hari ini ada teguran yang Tuhan berikan melalui alur dan penggalian kisah Yunus ini, dengarkanlah Dia dan patuhlah pada kehendak-Nya. Hendaklah hati dan tingkah hidup nyata kita sepadan/selaras dengan kehendak-Nya. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 497:1-2
Holong ni Jesus manggomgom ganup kuria,
na patotapkon hasadaonta in.
Damei-Ni in ma manrahut paruhuranta,
idop ni uhur batar-batarta in.
Damei-Ni in ma manrahut paruhuranta,
idop ni uhur batar-batarta in.

 

Riap ma hita sauhur martangkap tangan,
ibagas damei na humbai Tuhan in.
Marpangarapan tongtong bai horja ni Tuhan,
hataridahan ni hasintongan-Nin.
Marpangarapan tongtong bai horja ni Tuhan,
hataridahan ni hasintongan-Nin.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS