1. Mandoding Haleluya No. 353:1
Marsora do Tonduy ni Tuhanta in. Gati lang itangar, itulak ham in.
Sai tanda dousamu sopotkon homa. Holong do atei-Ni isasap do in.
Marunduk ni uhur sopotkon ma in, pambaenmu na jahat ampa jungkatmin.
Ondoskon bai Jesus bulat dirimin, tongtong ma sai dingat pangkopkop-Ni in.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Sakaria 10:2
“Ai ladung do isahapkon terapim, anjaha sipartondung manondungi sipaoto-oto; nipi na so tongon do ihatahon sidea, anjaha apoh-apoh na lumei iberehon. Halani ai kahou do sidea songon hulanan ni biribiri, anjaha masombuh do sidea, halani lang adong parmahan.”
“Sebab apa yang dikatakan oleh terafim adalah jahat, dan yang dilihat oleh juru-juru tenung adalah dusta, dan mimpi-mimpi yang disebutkan mereka adalah hampa, serta hiburan yang diberikan mereka adalah kesia-siaan. Oleh sebab itu bangsa itu berkeliaran seperti kawanan domba dan menderita sengsara sebab tidak ada gembala.”
4. Renungan
Jemaat Tuhan,
nas kita hari ini adalah sebuah pesan moral yang disampaikan oleh nabi Zakharia (yang melayani sezaman dengan Hagai) kepada bangsa Yahudi, selepas mereka kembali dari pembuangan Babel, dan ini adalah masa pemulihan bagi mereka. Zakharia memahami bahwa peristiwa kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel adalah suatu peristiwa eskatologis dan mesianis. Bangsa yang kembali adalah “sisa-sisa Israel,” yang kepada mereka Allah memberikan keselamatan. Perhatian khusus nabi Zakharia adalah pembangunan kenisah yang dihancurkan sebelum pembuangan ke Babel dan membangun masyarakat yang hidup sesuai dengan kehendak Allah. Tentu dengan fokus kepada hal yang sedemikian, maka nabi Zakharia menekankan bahwa pengharapan akan karya Allah pada masa mendatang yang harus dibangun dalam kehendak Allah. Sisa-sisa bangsa akan mampu menimbulkan tunas-tunas yang dikehendaki oleh Allah dan dari situ akan muncul kehidupan.
Jemaat Tuhan,
di awal masa pemulihan yang dialami bangsa itu, ternyata ada masalah yang mereka hadapi di keseharian mereka. Bahwa mereka yang kebanyakan hidup dari hasil tanah dengan bercocok tanam merindukan hujan yang membasahi tanah mereka (ayat 1). Tentu melihat pergumulan ini nabi Zakharia menekankan bahwa Allah pemilik segalanya, yang membuat awan-awan, yang mendatangkan hujan, yang menumbuhkan tanaman, sehingga mereka tidak perlu kuatir dengan keadaan yang mereka alami. Tetap berharap di dalam pengharapan kepada Allah. Lalu penekanan atas pengharapan pada Allah itu diperbandingkan dengan terafim dan juru-juru tenung. Hal ini ada kaitannya dengan masa lalu umat yang hidup dalam penyembahan berhala (bdk. Kej. 31:19). Mereka juga datang kepada juru-juru tenung untuk mendapatkan penglihatan dan mimpi. Ini adalah sebuah kekejian bagi Tuhan (Ul. 18:10-12). Dan tanpa disadari oleh bangsa tersebut, bahwa semua yang mereka lakukan di masa lalu mereka adalah sebuah kehampaan dan kesia-siaan. Hal itu terlihat sebab mereka justru menderita dan sengsara karena mereka tidak memiliki gembala yang menuntun mereka kepada situasi hidup yang baik dan menguntungkan mereka. Saat mereka menduakan Allah, maka kesengsaraan menjadi upah yang mereka terima, mereka semakin jauh dan semakin tenggelam dalam kehampaan. Karena sejatinya hanya Allah yang memberi kehidupan bagi umat manusia. Kesalahan yang tidak ditolerir Allah adalah saat Allah diduakan, dan kita melihat dari sejarah kehidupan bangsa-Nya yang menerima hukuman saat mereka menduakan Allah, karena Allah adalah Allah pencemburu (Kel. 20:5).
Jemaat Tuhan,
kisah bangsa Israel menjadi sebuah pengalaman yang berharga bagi kita saat ini, dan di sini. Bahwa setiap apapun yang kita alami dalam hidup ini adalah sebuah proses yang diberikan Allah kepada kita dalam rangka pematangan iman kita kepada-Nya. Tentu setiap proses itu tidak keseluruhannya memberikan hal yang nikmat, karena ada saatnya kita harus bergumul, mengalami kesakitan dalam proses tersebut. Melalui firman ini kita justru diingatkan bahwa menyandarkan pengharapan dalam kesetiaan kepada Tuhan itulah yang harus kita lakukan. Tidak menduakan dan tidak pernah mencoba menduakan Allah agaknya sebuah sikap yang juga menempa kita dalam proses yang diberikan Allah kepada kita. Karena ketika kita mencari yang lain, maka kehampaan dan kesia-siaan yang akan kita terima. Tetapi ketika kita mencari Allah, maka kehidupan yang akan kita terima. Oleh karena itu, selamat menikmati proses dalam Allah, dan jangan salah memilih. Amin.
5. Bernyanyi Kidung Pujian “Tetap Setia”
Selidiki aku, lihat hatiku, apakah ‘ku sungguh mengasihiMu Yesus?
Kau yang Maha Tahu dan menilai hidupku.
Tak ada yang tersembunyi bagi-Mu.
T’lah kulihat, kebaikan-Mu, yang tak pernah habis di hidupku.
‘Ku berjuang, sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS