1. Mandoding Haleluya No. 402:1

Puji ma Naibatanta, bai ianan Na Pansing-Nin, bai paratas hamuliaon-Nin,

Haleluya! Haleluya! Puji ma Naibata.

Pasangap ma goran-Ni, halani pambahenan-Nin, ampakon hagogohon-Nin.

Haleluya! Haleluya! Pasangap Naibata.

Pahata ma tarompit ‘ge arbab pe, irandu pakon gonrang husapi pe.

Irik homa sarunei ‘ge sordam pe,

sonai ampakon ogung marolol bei.

Puji ma! Rumbuk ma baen parhatani parugas in.

Sombah ma! Marhiteihon ni doding na lurlur ijin.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Jesaya 47:13-14

“Loja ni in ho ibahen buei ni sipodahi ho, jongjong ma tongon sidea mangurupi ho, sisibari langit ai, na mardiateihon bintang-bintang ai, na pabotohkon aha na sihol roh bam, bani ganup poltak ni bulan. Tonggor ma, songon tompoh-tompoh do sidea siboiskonon ni apuy; seng tarpaluah sidea dirini humbani gara ni apuy. Ai apuy ai sedo bahen pandadangan ai, sedo apuy tataring ai, nab boi sidohoran.”

 

“Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang!”

 

4. Renungan

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

ada suatu ungkapan yang mengatakan, “Kesombongan adalah awal dari kejatuhan.” Demikianlah orang-orang Babel pada waktu itu, mereka menyombongkan diri karena memiliki banyak pengetahuan dan menguasai ilmu perbintangan. Misalnya dapat mengucapkan mantra untuk menyerang musuh dan meramalkan nasib orang (bandingkan ayat 9-13). Tuhan menentang kekuasaan dunia yang angkuh seperti itu. Pada waktu itu bangsa Israel terbuang ke Babel. Tuhan mengakhiri kesombongan Babel. Saatnya tiba, mereka seperti jerami yang dimakan api, sehingga tidak ada yang dapat menyelamatkan diri. Nyala api itu bukan untuk berdiang, tapi nyala api itu adalah yang terlalu panas bagi mereka. Hukuman Tuhan pasti menimpa seluruh kebohongan dari orang-orang yang menganggap diri bijaksana.

 

Pada kenyataan di dunia saat ini memang ada juga orang yang merasa aman dan terbiasa melakukan pelanggaran bahkan kejahatan. Ia merasa bahwa tidak ada orang lain yang tahu perbuatannya dan seolah-olah kebal terhadap penghakiman Tuhan. Selanjutnya ia dengan bangga terus melakukan kejahatan. Tidak berkenan di hadapan Tuhan orang yang merasa diri luar biasa dan tahu segalanya. Dari sini kita dapat memetik pelajaran berharga. Bahwa Tuhan yang mengatur segalanya lebih daripada yang kita mampu pikirkan. Ia mengatur menurut kehendak-Nya, dan dipakai untuk keadilan-Nya, karena itu semua adalah milik-Nya. Jika seseorang memakai ilmu dan kecerdasannya untuk kesombongan diri maka ilmu itu tidak ada gunanya. Tuhan telah mengingatkan kita bahwa orang yang menyombongkan diri hanya akan berakhir pada kehancuran.

 

Kita patut bersyukur karena firman-Nya selalu mengingatkan kita untuk selalu dalam kerendahan hati. Kita mengakui Tuhan kita sebagai Tuhan yang Maha Tinggi. Pengakuan ini juga yang akan menghindarkan kita dari kesia-siaan dan malapetaka. Hidup kita dapat berguna bukan hanya pada diri kita tapi juga bagi sesama. Semua-Nya menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 348:3

Ipasu-pasu Tuhan in ganupan hita on,

ase pongkut ma uhurmu marhorja pe ringgas.

Patoruh uhurmu homa bai Tuhan Naibata,

totap bani hata-Ni da, ibagas holong in.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS