1. Mandoding Haleluya No. 499:1-2
Panorang olob-olob, sai roh ma hita ganupan.
Riap ma mangolobkon, Ambilan na ondos banta.
Domma lihar nuan ganup ikehen in, ‘ge i huluan.
In ma kuasa ni Hata-Ni Tuhan in, mandilo hita.
Hata ni Naibatanta, do mambaen mangasup hita.
Bani sagala horja, na dear bani Tuhanta.
Domma lihar nuan ganup i kehen in, ‘ge i huluan.
In ma kuasa ni Hata-Ni Tuhan in, mandilo hita.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: 1 Johannes 4:14
“Domma ididah anjaha isaksihon hanami, paboa domma isuruh Bapa in Anak-Ni, ai ma Sipaluah dunia on.”
“Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
pada saat Pdt. August Theis pertama sekali menginjakkan kaki di Pamatang Raya pada tanggal 2 September 1903, 119 tahun yang lalu, Firman Tuhan yang ditabur adalah Yohanes 4:35, “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” Dalam bahasa Simalungun, ayat ini berbunyi, “Mangkawah ma hanima, tonggor hanima ma juma in, domma gorsing, boi ma sabion.” Dalam perjalanan Injil di Simalungun dan GKPS, ladang yang telah menguning itu (Simalungun dan GKPS) sudah dituai dan menjadi berkat. Dituai dan menjadi berkat terlihat dalam pertumbuhan iman warganya dan juga dalam penatalayanan gereja melalui persekutuan, kesaksian, dan pelayanan. Dengan demikian, peristiwa Injil yang tiba dan bekerja di Simalungun setiap tanggal 2 September dijadikan sebagai tanggal masuknya Injil di Simalungun yang dirayakan dalam ibadah olob-olob.
Begitu banyak pengalaman dan kesaksian yang telah lahir dan bertumbuh sebagai buah dari Injil yang ditabur. Pada hari ini telah genap 119 tahun. Setiap warga GKPS yang dalam pembukaan Tata Gereja GKPS poin 9 disebutkan, “GKPS merupakan persekutuan dari orang-orang percaya yang menjadi warganya, yang dipanggil dan diutus Allah untuk melaksanakan misi GKPS dalam kerangka misi Allah.” Untuk itu, Allah mengaruniakan kepada semua warga GKPS berbagai karunia Roh yang bernilai setara untuk melaksanakan pelayanan misional mereka, baik secara pribadi maupun secara kolektif. Semua warga GKPS adalah pelayan. Oleh karena itu, seperti yang disebut dalam ayat harian ini, sebagai pelayan maka warga GKPS juga harus mempunyai pengakuan yang sama yang mengatakan: kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
Melalui ayat harian ini diberikan kepada kita refleksi teologis tentang makna terdalam sebagai bukti telah hadir Injil di Simalungun yaitu pengenalan yang dalam akan Tuhan Yesus Kristus adalah Allah. Hubungan Tuhan Yesus dengan Allah dengan jelas disebut bahwa Ia adalah Anak dari Bapa, Putra yang tiada duanya, dan dengan demikian Ia adalah Allah bersama-sama dengan Bapa. Hubungan ini dapat kita sambungkan kepada kita bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Ia menyelamatkan kita melalui kematian, teladan, Roh, dan kuasa-Nya melawan para musuh keselamatan kita. Dasar yang menjadikan-Nya demikian, yaitu pengutusan diri-Nya: Bapa telah mengutus Anak-Nya, memberi perintah dengan keputusan dan menghendaki kedatangan-Nya itu, di dalam dan dengan persetujuan Sang Anak.
Sama seperti rasul Yohanes yang menulis kitab ini, kita juga harus sudah meyakini dan melihatnya dalam iman. Rasul Yohanes bersama dengan murid-murid Tuhan Yesus yang lain telah menyaksikan Anak Allah dalam kodrat manusiawi-Nya, dalam kehidupan dan pekerjaan kudus-Nya, dalam perubahan rupa-Nya di atas gunung, dan dalam kematian serta kebangkitan-Nya dari maut, dan kenaikan agung-Nya ke sorga. Mereka sudah melihat-Nya sedemikian rupa, sehingga yakin bahwa Dialah Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Pembuktian rasul Yohanes mengenai hal ini, “Kami telah melihat dan bersaksi.” Bobot kebenaran ini mewajibkan mereka untuk bersaksi dan membuktikan kebenarannya. Keselamatan dunia terletak di atas kebenaran ini. Bukti kebenaran itu menuntut kita juga untuk bersaksi tentang Kristus.
Kuat kuasa Injil yang telah bekerja selama 119 tahun harus terus hadir dan bergelora bagi kita. Sebagai bukti bahwa kita telah melihat dan bersaksi bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia, maka kita diminta melakukan 3 kata semakin, yaitu: (1) Semakin mengasihi. Kita harus semakin berani keluar dari diri kita, dari egosentris masing-masing untuk terbuka “memberi diri” bagi orang lain lewat keberanian untuk menahan diri untuk sejenak memberikan waktu, tenaga, sumbangsih pikiran/ide kepada anggota keluarga di rumah. Berani untuk semakin proaktif menjalin komunikasi, sharing dalam keluarga dan antar anggota keluarga tentang banyak hal: makanan kesukaan, hobi, cita-cita, tugas belajar, tentang lingkungan rumah/taman dan kebersihan, dan lain-lain. Kita semakin dekat dengan orang tua dan saudara/i di rumah karena semakin saling memahami kelebihan dan kekurangan satu dengan yang lain. Kita diminta untuk semakin memperdalam rasa mengasihi dalam hidup dan keluarga. (2) Semakin terlibat. Gerakan “Semakin Terlibat” adalah memperkokoh iman dan harapan dalam persekutuan, terutama berkaitan dengan spiritualitas. Kasih itu harus nyata dan tampak dalam kehidupan sehari-hari kita, yakni kemauan dan kemampuan kita melebur/membaur atau terlibat di dalam kegiatan kebersamaan. Selaku orang yang beriman/beragama, kita dituntut untuk berani membuka diri terlibat dalam aneka persekutuan, doa-doa bersama, ibadah, dan lain-lain. Dengan cara itu, kita saling menguatkan dan saling memberi peneguhan dalam iman, harapan, dan kasih satu dengan yang lain. “Tidak ada manusia yang cukup bijaksana secara sendirian, dia tetap butuh kebijaksanaan orang lainnya.” (3) Semakin menjadi berkat. Gerakan “Semakin Menjadi Berkat” mengarah pada meluaskan kasih dan solidaritas. Gerakan menjadi berkat ini adalah tugas mulia yang diberikan Tuhan pada kita: Pergi ke seluruh dunia wartakan injil. Injil adalah kabar baik. Kabar baik itu adalah berkat yang harus dibagikan kepada semua orang. Refleksi ini semakin meluas. Menjadi berkat itu tidak lagi mengenal kotak-kotak atau suku, ras, dan agama. Semua orang adalah subjek yang harus mendapatkan berkat. Biarlah dengan semangat olob-olob (sukacita akan hadirnya Injil) semakin menjadikan kita pribadi yang telah melihat dan bersaksi akan begitu banyaknya kasih dan perbuatan Tuhan dalam kehidupan kita, sehingga kita semakin mengasihi, semakin terlibat, dan semakin menjadi berkat. Salam sukacita olob-olob 119 tahun Injil (pardasni Ambilan na Madear) di Simalungun. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 463:1-2
Ai domma gorsing omei i juma, barah ma pariama.
Idilo Tuhan Jesus do hita, ase dihut marhorja.
Riap ma hita sauhur mangidangi, bai horja ni Tuhanta.
Sirsir do Tuhanta Jesus mambohali, irikkon malah Ia.
Humpulan na porsaya do juma, hulanan ni Tuhanta.
In ma na sihol arahkononta, sada bai pangarapan.
Riap ma hita sauhur mangidangi, bai horja ni Tuhanta.
Sirsir do Tuhanta Jesus mambohali, irikkon malah Ia.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS