
1. Mandoding Haleluya No. 334:1-2
Anggo sai holsohan ham bai goluh on,
pala ham mandolei lang tuk gogohmu.
Ingat pasu-pasu ni Tuhanta in,
janah paruhurhon pambaenanNi in.
Ulang lupa bai layakNi in, ganup ari sai bilangi in.
Sai bilangi pambaenanNi in, in ma pasu-pasu ni Tuhanta in.
Mase sai tongtong marpusok uhur ham,
bai borat ni silang na iporsan ham?
Sabar ma ham bai pusok ni uhur in,
Roh ma pasu-pasu dob salosei in.
Ulang lupa ham bai layakNiin, ganup ari sai bilangi in.
Sai bilangi pambaenanNi in, in ma pasu-pasu ni Tuhanta in.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: 1 Korintus 7:23
“Harga do nasiam itobus, ulang ma ra nasiam parjabolonon ni jolma.”
“Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
di tengah-tengah kita sudah sangat jarang terdapat sistem perbudakan, di mana seorang budak menjadi milik tuannya, hidup dan mati. Kehidupan sebagai seorang budak adalah kehidupan yang sangat menyedihkan dan menyakitkan, karena seorang budak tidak memiliki kuasa untuk mengatur dan menentukan jalan hidupnya. Seluruh hidupnya, bahkan matinya, ada pada kuasa tuannya. Tetapi walaupun begitu menyedihkan dan menyakitkan, tetap saja pilihan untuk menjadi budak pada zaman dahulu tidak bisa dielakkan, terutama akibat terlilit hutang, rendahnya tingkat pendidikan, kalah berperang, dan lain-lain. Bahkan ketika kekristenan sudah dianut di tengah-tengah komunitas yang menjalankan sistem perbudakan ini, membedakan-bedakan status warga jemaat masih terbawa-bawa ke dalam gereja, apakah ia tuan atau hamba. Itulah mengapa beberapa kali dalam Perjanjian Baru dituliskan dan ditekankan tentang kesetaraan antara tuan dan hamba di hadapan Tuhan. Rasul Paulus mengatakan bahwa tuan dan hamba telah menjadi satu tubuh dalam Kristus (bdk. 1 Kor. 12:13). Kepada jemaat di Kolose juga dikatakannya bahwa tidak ada lagi perbeda-bedaan asal dan status seseorang di dalam gereja, karena semua sama-sama berada di dalam Krstus (Kol. 3:11).
Kemerdekaan atas status sebagai budak menjadi kerinduan terdalam dari seorang budak. Penebusan budak itu sangat ditunggu-tunggu. Jika seorang budak telah ditebus, maka tuannya terdahulu tidak berkuasa lagi atas hidup dan matinya, serta ia pun tidak memiliki tanggung jawab apa-apa lagi kepada tuannya terdahulu. Gambaran itulah yang diangkat rasul Paulus untuk diberitakan kepada jemaat di Korintus, seperti yang tertulis pada ayat harian bagi kita hari ini. Kematian Yesus di kayu salib adalah penebusan dosa yang dilakukan Tuhan untuk semua manusia, sehingga manusia tidak lagi menghambakan dirinya kepada dosa, melainkan kepada Tuhan yang telah menebusNya. Dampak dari penebusan itu apa? Hidup yang kekal.
Oleh karena itu, pada hari ini kita kembali diingatkan (atau lebih tepatnya ditanya) tentang kepada siapakah hidup kita kita berikan? Jawabannya ya kepada Tuhan. Roma 12:1 mengatakan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 340:1-2
Huondoskon bani Jesus haganupan diringkon.
Ia do pasangaponku sadokah bai goluhkon.
Huondoskon ma, huondoskon ma,
bani Jesus Sipaluah huondoskon ma.
Huondoskon bani Jesus haganupan goluhkon.
Hutadingkon ganup dousa, huihutkon Tuhan in.
Huondoskon ma, huondoskon ma,
bani Jesus Sipaluah huondoskon ma.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS