1. Mandoding “Lingkupiku”
Lingkupiku dengan sayap-Mu. Naungiku dengan kuasa-Mu.
Di saat badai bergelora, ‘ku akan terbang bersama-Mu.
Bapa, Kau Raja atas s’mesta, ‘ku tenang s’bab Kau Allahku.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Psalmen 57:3
“Dilo-dilo do ahu bani Naibata na timbul in, hubani Naibata siluluhon ahu.”

“Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku.”

 

4. Renungan
Jemaat Tuhan,
pada tanggal 1 Oktober 2022 yang lalu, negara Indonesia begitu dikejutkan saat terjadi tragedi di stadion Kanjuruhan Malang, yaitu insiden saat pertandingan dua grup sepak bola dan diakhiri dengan kekacauan, kericuhan, dan saling injak. Situasi itu menyebabkan muncul kepanikan, dan para penonton serta supporter kedua grup sepak bola tersebut banyak yang menjadi korban. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan bahwa jumlah korban jiwa akibat tragedi tersebut mencapai 131 orang sampai dengan tanggal 4 Oktober 2022. Tentu kita bisa bayangkan kepanikan serta ketakutan yang terjadi pada saat itu. Kepanikan bisa membuat orang lupa untuk berpikir logis dan tenang, sehingga mencoba keluar dari situasi itu dengan tanpa perhitungan sama sekali. Hal itu akan membuat keadaan semakin kacau, sehingga insiden saling menginjak terjadi di tempat itu, dan ini semakin menambah kekacauan.

Jemaat Tuhan,
situasi kepanikan dan ketakutan juga pernah dialami Daud dalam sejarah kehidupannya, yaitu ketika ia mengalami intimidasi dari Saul, karena Saul ingin membunuh Daud, dan salah satu upaya Saul adalah dengan mengejar Daud. Teks kita hari ini mempunyai latar belakang keadaan saat Daud bersembunyi di dalam sebuah gua untuk menghindar dari kejaran Saul. Daud menggambarkan bahwa kejaran Saul kepadanya ibarat singa buas yang memiliki taring tajam seperti tombak dan panah, serta lidah bagaikan pedang yang siap memangsa dan menghunus dirinya. Lalu apa yang dirasakan Daud? Apakah Daud cemas atau takut? Cemas dan takut adalah ekspresi dari setiap orang yang berada dalam kondisi darurat serta terdesak. Tetapi yang menarik yang dapat kita lihat dari sikap Daud adalah bahwa Daud tidak kehilangan ketenangan dan logikanya. Daud masih berpikir dengan jernih serta tidak panik. Sikap itulah yang menyebabkan Daud mengambil sebuah tindakan yang tepat. Apa yang dilakukan Daud dalam masa daruratnya itu? Teks kita menuliskan bahwa Daud berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, untuk meminta pertolongan dan kelepasan. Pesan dari sikap Daud adalah bahwa keyakinan dan keimanannya kepada Tuhan tidak tergeser walaupun dalam kondisi darurat dan terdesak, serta ancaman yang mengelilinginya. Daud mengimani bahwa hanya kepada Tuhan ia berseru. Keimanan itu semakin dibungkus dengan sebuah keyakinan bahwa hanya Allah yang mampu menyelesaikan situasi darurat yang dialaminya. Daud menyadari kondisi dan keterbatasannya. Dia juga menyadari bahwa ia tidak berdaya menghadapi serangan dari Saul, tetapi Daud yakin bahwa ia akan mampu keluar dari situasi ini, karena ia memiliki Allah yang mampu mengeluarkannya dari situasi yang dihadapinya, dan hanya Allah yang mampu. Keyakinan ini mendorong Daud mengambil sebuah sikap yang tepat, yaitu berseru kepada Allah Yang Mahatinggi.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
dalam kisah perjalanan hidup kita, ada kalanya kita juga berada dalam kondisi sulit, terjepit, atau darurat, yang menyebabkan kita cemas, panik, bahkan takut. Belajar dari kisah Daud, seharusnya yang dilakukan oleh umat yang percaya adalah berseru dan memohon kepada Tuhan. Bahwa Dia adalah Allah Yang Mahatinggi, dan hanya Dia yang mampu menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi. Keyakinan dan keimanan yang seperti itu sejatinya harus melekat pada umat percaya. Tidak ada yang mampu mengatasi persoalan kita di dunia ini kalau bukan Allah yang Mahakuasa dan Mahatinggi. Dalam segala sesuatu yang menimpa kita, kita harus memandang dan mengakui pekerjaan tangan Allah. Allah itu Mahatinggi, tetapi Ia mau turun sampai sebegitu rendahnya untuk menjaga agar segala sesuatu bekerja demi kebaikan umat-Nya. Ini merupakan alasan yang baik mengapa kita, dalam segala kesusahan dan kesukaran kita, harus berseru kepada-Nya, tidak sekadar berdoa begitu saja, tetapi berdoa dengan sungguh-sungguh. Maka selamat berseru kepada Allah. Amin.

 

5. Mandoding “Dia Hanya Sejauh Doa”
Bila kau rasa gelisah di hatimu. Bila kelam kabut tak menentu hidupmu.
Ingat masih ada seorang P’nolong bagimu.
Yesus tak pernah jauh darimu.
Bila cobaan menggodai hatimu. Bila sengsara menimpa keadaanmu.
Ingat Yesus takkan pernah jauh darimu.
Dia s’lalu pedulikan kamu.
Berseru memanggil nama-Nya, berdoa Dia kan seg’ra menghampiri dirimu.
Percaya Dia tak jauh darimu. Dia hanya sejauh doa.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS