1. Mandoding Haleluya No. 366:1
Surga do hasusuranta in, seng adong be na parngit ijin.
Sai mamuji na mando ijin pinaluahni Tuhanta in.
Surga in, surga in, lang adong be na parngit ijin,
surga in, surga in, lang adong be na parngit ijin.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: 2 Korint 5:1
“Ai ibotoh hanami do, anggo irumbakkon lampolamponami na i dunia on, adong do bannami rumah humbani Naibata, rumah na so pinauli ni tangan, na totap sadokah ni dokahni i nagori atas.”
“Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ada sebuah percakapan seorang turis yang berkunjung ke rumah seorang guru bijak. Turis itu heran karena rumah sang guru bijak itu hanya berisi buku-buku saja. “Kok barang-barangmu di rumah ini cuma buku-buku saja, guru? Ke manakah barang-barangmu yang lainnya itu?” tanya si turis itu. Lalu sang guru bijak berkata, “Kamu pun tak membawa semua barang-barangmu ke sini kan?” Turis menjawab, “Saya tidak membawa semua barang saya ke sini karena saya di sini cuma mampir saja untuk jalan-jalan.” Kata sang guru bijak, “Begitu pula denganku, aku pun hanya mampir saja di dunia ini.” Guru yang bijak itu memahami kefanaan hidup. Rasul Paulus juga hendak menjelaskan tentang kefanaan hidup melalui ayat harian ini.
Dalam ayat harian ini, rasul Paulus menggunakan dua kata untuk menggambarkan tentang hidup ciptaan Tuhan adalah sesuatu yang terbatas. Dalam ayat ini digambarkan dengan kata “kemah,” yang mengacu pada tempat kediaman yang sementara. Kata ini melambangkan tubuh manusia, tempat kediaman yang fana bagi jiwa, yang suatu saat akan mengalami kematian. Kata berikutnya, “dibongkar,” berarti dilonggarkan, dirobohkan, atau dihancurkan. Dalam bahasa Yunani, kata ini biasa untuk menggambarkan musafir yang selesai berjalan jauh, lalu membongkar tali pengikat pada pundak binatang dan menurunkan bebannya. Tubuh fana kita pada suatu saat akan mati dan ikatan kita dengan dunia ini berakhir. Di satu sisi, kita akan mengalami penderitaan dan kesedihan karena berpisah dengan orang-orang yang kita kasihi akibat kematian. Di sisi lain, kehidupan ini dengan segala beban, cobaan, dan masalahnya tidak berlangsung selama-lamanya. Sebagai gantinya, Allah telah menyediakan tempat kediaman yang kekal bersama dengan Dia.
Sebelum tiba pada kediaman kekal yang disediakan oleh Allah, maka di ayat berikutnya dalam ayat harian ini disebutkan rasul Paulus bahwa salah satu “godaan” kita sebagai manusia dalam penyadaran bahwa “kita semua di sini itu hanya sementara” adalah “kita (menjadi) mengeluh oleh beratnya tekanan.” Dalam 2 Korintus 5:4 disebutkan: Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Kata mengeluh dalam bahasa aslinya adalah stenazomen, yang artinya juga digunakan untuk menggambarkan rintihan mengerang seperti orang melahirkan, kesedihan, duka, bahkan kemarahan. Sewaktu kita mengalami kehidupan yang sementara di dunia, bukankah berkeluh keberatan, merintih, mengerang, dukacita dan kesedihan bahkan kemarahan akan selalu menjadi “lawan” kita? Karena kita melupakan bahwa hidup kita ini hanya sementara. Kita akan mengeluh apabila ada hal yang kita anggap buruk sedang terjadi dalam kehidupan kita: kehilangan handphone atau dompet atau seseorang yang kita kasihi.
Oleh sebab itulah Firman Tuhan mengingatkan kepada kita hari ini untuk memiliki sebuah kehidupan yang tabah dan percaya akan perubahan yang akan diberikan Tuhan kepada kita. Dalam 2 Korintus 5:6 disebutkan, “Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan.” Memiliki hati yang tabah, kuat, berani, untuk melawan kecenderungan seseorang ketika lupa menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Melawan untuk hidup berkeluh keberatan, merintih, mengerang, iri hati, dendam, dukacita dan kesedihan. Inilah ketabahan dalam kehidupan. Kiranya janji Allah ini menggugah kita untuk menjalani hidup dengan tabah, penuh syukur, dan prioritas yang benar. Dan kita yakin bahwa kita mempunyai kehidupan kekal yang sudah disediakan Allah, sehingga kita tidak akan lagi diombang-ambingkan dunia ini dan tidak akan diperdaya oleh dunia ini, tetapi senantiasa mengutamakan kehidupan yang setia kepada Tuhan. Amin.
5. Mandoding Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) No. 241:1-2
Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok, namun langkahku tegap.
Bukan surya kuharapkan, kar’na surya ‘kan lenyap.
O tiada ‘ku gelisah, akan masa menjelang;
‘ku berjalan serta Yesus. Maka hatiku tenang.
Banyak hal tak kupahami dalam masa menjelang.
Tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang.
Makin t’ranglah perjalanan, makin tinggi aku naik.
Dan bebanku makin ringan, makin nampaklah yang baik.
Di sanalah t’rang abadi, tiada tangis dan keluh;
Di neg’ri seb’rang pelangi, kita k’lak ‘kan bertemu.
Banyak hal tak kupahami dalam masa menjelang.
Tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS