1. Mandoding Haleluya No. 451:1-2
Sihol do uhurhu patimbulhon Ham Jahowa, na pagoluhkon au pardousa.
Sanggah na hudilo, goran-Mu lao mangurupi, sirsir do Ham roh mambalosi.
Itogu Ham do, au humbai lombang bagas, in ma ianan hagolapan.
Sai boban Ham ma au hu nagori atas, ase tongtong marhasonangan.
Ganupan munsuhku, seng ilopas Ham marmegah, manangkut au baen jabolonni.
Ipatudu Ham do, au bai dalan na gok tuah, tongtong do Ham mangkasomani.
Itogu Ham do, au humbai lombang bagas, in ma ianan hagolapan.
Sai bobahon Ham ma au hu nagori atas, ase tongtong marhasonangan.
2. Tonggo
3. Ayat harian: 1 Kronika 29:9
“Tapi malas bei do uhur ni bangsa ai, halani ringgas bei do sidea na margugu ai, ai humbani gok ni uhurni bei do sidea na margugu ai bani Jahowa; age Raja Daud malas tumang do uhurni.”
“Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada Tuhan; juga raja Daud sangat bersukacita.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
dunia telah melatih kita untuk hanya hidup bagi dirinya sendiri. Kalau pun hidup dengan banyak orang, maka dialah yang harus diperhatikan terlebih dahulu. Namun ketahuilah, apabila hati ini terbiasa untuk berbagi dengan banyak orang, maka pasti ada tambahan kesukaan dan sejahtera serta kedamaian yang akan kita peroleh. Mungkin kita hanya akan berkata ya apabila yang kubantu tahu diri dan berterima kasih. Pastinya hati ini menjadi senang dan merasa berharga terhadap apa yang kita kerjakan. Namun apabila yang dibantu tidak tahu diri dan berterima kasih, maka hati ini bisa runyam.
Mari kita lihat siapakah di dunia ini yang paling rela dengan diri kita? Bukankah Sang Pencipta kita yang senantiasa 24 jam rela untuk menjagai kita tanpa terlelap? Supaya hari-hari kita bisa dilewati dengan penuh kedamaian dan sukacita. Ada kisah tentang Sukanto yang sedang belajar di Amerika Serikat dan meminta tolong sahabatnya, Yahya, untuk membantu mengirimkan uang kepada Bapaknya di desa menjelang Idul Fitri. Ia mengirim sejumlah uang dolar untuk ditukar ke mata uang rupiah sesuai nilai tukar di Amerika, supaya ketika tiba di Indonesia, Yahya dapat memberikan jumlah uang tersebut kepada Bapak sahabatnya. Tetapi nilai tukar dolar ke rupiah berubah setiap saat di Indonesia. Akibatnya, Yahya harus membayar selisih uang tersebut dari kantongnya sendiri supaya jumlah rupiah yang diterima ayah Sukanto sesuai keinginan sahabatnya. Namanya juga menolong. Kalau menolong lalu mendapat keuntungan, maka bukan menolong namanya, melainkan mencari untung. Itu pikiran Yahya. Bila ingin hidup ini bernilai, belajarlah untuk memiliki hati yang rela kepada siapa pun juga. Sebab tidak ada manfaatnya bila kerelaan hati yang kita peroleh ini tidak bersedia hanya untuk diri sendiri bukan kepada sesama. Tuhan menciptakan manusia untuk bisa saling berbagi dengan sesamanya. Mulailah dengan perkara sederhana di mana setiap hari berterima kasih dengan hembusan nafas yang kita hirup. Karena kerelaan akan memberikan hidup menjadi lebih berharga dan bernilai bagi banyak orang. Menolong, berarti memberi, entah waktu, tenaga, pikiran, pengalaman, bahkan uang. Masalahnya, apakah memberi itu merugikan? Bukan begitu kata Alkitab. Daud sadar bahwa kalau dia bisa menjadi raja besar bagi bangsa Israel adalah karena ia memperolehnya dari TUHAN. Sebab baik kekayaan dan kekuasaannya, maupun Salomo, anaknya adalah pemberian Tuhan. Seluruh pengalaman masa lalunya tidak terlepas dari campur tangan TUHAN, menyenangkan maupun tidak. Ketika orang dapat memahami bahwa semua pengalaman masa lalu merupakan pemberian Tuhan, maka memberi sesuatu, dapat dilakukan tanpa beban, maka itulah fungsi kita sebagai gereja. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 115:1-3
Sadokah ho i tanoh on papintor uhurmin.
Padingat-dingat ma tongtong nidok ni Tuhanmin.
Sai songon hayu dear ho ramos parbuahniin.
Bulung ni pe tabun homa usihi ma sonin.
Buei do hadearon ni bah tubuh in tongtong.
Pausih dirimin hujin baen uhurmin sintong.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS