1. Mandoding “Berkat Kemurahan-Mu”
Kau hiasi kehidupanku dengan kemurahan-Mu.
Kau rancangkan masa depanku penuh dengan harapan.
Aku ada saat ini semuanya kar’na kasih-Mu.
Aku hidup hari ini semua berkat kemurahan-Mu.
Terima kasih, Yesus. Engkau sangat baik, teramat baik bagiku.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Mateus 5:10
“Martuah ma na pinarburu ni halak halani hapintoron, ai bani sidea do Harajaon nagori atas in!”

“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”

 

4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
akhir-akhir ini berita viral yang mewarnai setiap media adalah kisah tentang penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Lalu kasus penganiayaan tersebut tidak hanya tentang penganiayaan, tetapi melebar kepada keluarga, pekerjaan, harta milik, dan berimbas kepada pegawai atau orang lain. Terlepas dari dampak yang dihasilkan oleh kasus tersebut, tetapi banyak pihak yang menyesalkan kejadian penganiayaan tersebut, karena pasti ada pelaku dan korban dalam setiap kasus penganiayaan, dan sudah dapat dipastikan bahwa korban akan mengalami luka/sakit, pelaku akan masuk dalam proses hukum, dan sanksi sosial yang akan diterimanya. Maka wajar kalau penganiayaan adalah keadaan yang sering dihindari.

Jemaat Tuhan,
hari ini nas kita juga menuliskan tentang kata yang sama, yaitu tentang seseorang yang menjadi objek terhadap penganiayaan, dalam hal ini adalah “dianiaya.” Hanya sedikit berbeda dengan konteks dari apa yang telah ditulis di atas, nas kita justru mengawali kalimat/ucapan ini dengan “berbahagia.” Apa arti kata berbahagia? KBBI merumuskan sebagai suatu keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan); beruntung; berbahagia. Artinya, suatu keadaan yang dinantikan dan diharapkan oleh setiap orang. Tetapi bila dilanjutkan dengan kata berikutnya, “orang yang dianiaya,” maka pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana mungkin seseorang dapat merasakan kebahagiaan saat ia dianiaya? Bukankah penganiayaan/dianiaya adalah kondisi yang sedapatnya dihindari? Lalu mengapa harus berbahagia? Maka kita akan melihat frasa kata selanjutnya, “oleh karena kebenaran,” yang adalah bahwa seseorang berhak untuk berbahagia meskipun dianiaya, karena ternyata kalaupun seseorang itu dianiaya, tetapi saat dia berlandaskan kebenaran, maka dia akan berbahagia. Hidup benar atau hidup berlandaskan kebenaran adalah sebuah prinsip dan pola hidup yang selalu sesuai dengan Firman Tuhan. Tentu prinsip dan pola hidup ini tidak selamanya mudah untuk dilakukan, karena pasti ada orang di luar kita yang terusik dengan prinsip dan pola hidup yang demikian. Yesus melihat bahwa dalam kondisi yang seperti itu, tentu para pengikutNya akan berhadapan dengan kondisi yang susah, atau secara ekstrim mereka akan mengalami penganiayaan dari kelompok yang tidak menginginkan firman Allah menjadi landasan hidup. Dan kesetiaan juga kematangan iman seseorang dapat terukur dalam situasi seperti ini. Sepanjang seseorang tidak menyerah dan tidak bergeser dari prinsip dan pola hidupnya, maka ia akan memperoleh dan merasakan kondisi berbahagia. Tetapi sebaliknya, bila menyerah akan kondisi yang tidak mudah, maka kondisi berbahagia tidak akan dirasakan olehnya. Saat seseorang sudah sampai kepada level kesetiaan dan kematangan iman, maka hal yang selanjutnya adalah dia empunya Kerajaan Allah. Menjadi warga di mana Allah sendiri yang memerintah dan menjadi pemilik baginya. Bersama dengan Allah akan menerima kehidupan kekal yang dipersiapkan-Nya bagi setiap orang yang setia kepada-Nya dan kepada firman-Nya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
melalui nas ini kita masuk kepada realita kehidupan yang benar-benar memproses kita untuk semakin matang di dalam Tuhan. Unsur kesetiaan, kepatuhan, dan totalitas tanpa batas menjalankan firman-Nya menjadi satu alasan yang kuat bagi kita untuk dapat berbahagia dalam hidup ini, sehingga ketika kita bertahan bahkan dalam kondisi yang sulit sekalipun, maka kita akan berbahagia, dan akhirnya kita menjadi empunya Kerajaan Allah. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 249:1+4
Seng tadingkononku Ham, ale Jesus Sipagoluh.
Sai irikkononku Ham, sadokahni au manggoluh.
Ham do hagoluhankin, seng tadingkononku in.

Sai hujolom Jesuskin ase boi das au hu surga.
Ase saud huidah in, na huarap na saindokah;
Malas uhurhin ijin, bani Jesus Tuhankin.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS