1. Mandoding Haleluya No. 162:1
O jolma, puji ma bona ni hagoluhanmu.
Na marmuduhon tongtong tonduy pakon dagingmu.
Puji tongon, sai haholongi tongtong, napasirsirhon sonangmu.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: 5 Musa 8:18
“Maningon ingaton ni uhurmu do Jahowa Naibatamu, ai Ia do na mambere gogoh bamu mansari arta, ase ipahot padan-ni, na dob binulawankon-Ni hubani ompungmu, songon sadari on.”
“Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”
4. Renungan
Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus,
sebagai umat ciptaan Tuhan yang mulia, maka bagi kita berlaku prinsip seperti yang dijelaskan oleh Galatia 6:7b, yang berbunyi, “karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Artinya, apa yang akan dihasilkan dalam hidup seseorang sepadan dengan apa yang ia lakukan. Jika seseorang menabur padi, maka beraslah yang akan dituainya. Jika ia menanam bibit singkong, maka singkonglah yang akan dituainya. Jika seseorang sudah bekerja keras, maka akan mendapatkan banyak hasil dan bisa menjadi kaya. Jika sudah bermalas-malasan dalam hidup, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa dan akan jatuh menjadi miskin. Jelas bahwa manusia adalah makhluk yang luar biasa yang telah diciptakan Allah menurut rupa dan gambar-Nya. Kita adalah maha karya Allah, sehingga meskipun tidak maha kuasa seperti Allah, namun kemampuan yang sangat luar biasa sudah ada di dalam diri kita. Jika kita berhasil memancing potensi yang hampir tidak terbatas yang ada di dalam diri kita dan diperagakan, maka kita dapat menjadi pribadi yang mengubah sejarah dunia.
Dalam praktik kehidupan kita menjadi jelas bahwa sebagai orang Kristen, kita juga harus bekerja keras dan berjuang dengan gigih. Di samping bekerja keras dan berjuang gigih, kita juga harus mempunyai kesetiaan dan integritas, yang merupakan sikap-sikap yang berkenan kepada Tuhan. Pribadi seperti inilah yang akan mendapatkan keberhasilan, kekayaan, berkat, dan kebahagiaan dalam hidup.
Tetapi dalam upaya untuk mengelola segala kemampuan yang diberikan Tuhan bagi kita, ayat harian ini memberi peringatan agar kita tetap ingat kepada Tuhan. Melalui kehidupan bangsa Israel, kita diingatkan untuk terus-menerus menjadi setia, bergantung kepada Allah, bukan hanya agar kita memperoleh hidup, tetapi juga agar bisa beranak cucu, sehingga turut dalam perjanjian yang telah disediakan oleh Tuhan bagi kita. Seperti umat Israel yang telah melalui perjalanan yang amat panjang di padang gurun, Allah telah mengajar bangsa Israel agar memahami bahwa mereka tidak bisa bergantung pada kekuatan alam dan bangsa-bangsa lain untuk hidup, tetapi pada janji pemeliharaan Allah sendiri. Kesesakan dan disiplin yang dialami bangsa Israel menjadi berkat besar bagi mereka.
Dalam perjalanan bangsa Israel terbukti bahwa mereka akan mendapatkan kemakmuran dan hati mereka penuh dengan sukacita serta ucapan syukur kepada Allah karena tanah yang begitu berlimpah dan juga karena mereka boleh mendapatkannya. Namun, sekali lagi Musa memperingatkan bangsa Israel agar tidak lupa diri ketika mereka sudah masuk ke tanah itu, sudah mapan dengan ternak yang berkembang biak, sistem hidup sudah terbentuk rapi, dan kebahagiaan senantiasa tergapai. Israel harus terus mengingat suasana padang gurun ketika mereka tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Jika mereka melupakan itu semua, hukuman dan ketiadaan berkat menanti mereka.
Pesan yang dapat kita teladani dari umat Israel yang setia adalah bahwa kita juga harus tetap rajin dan tekun bekerja, serta tetap setia dan tulus melaksanakan firman Tuhan. Bahkan sama seperti umat Israel yang mendapat kekayaan dan tanah yang subur, kita juga mempunyai peluang dan berkat yang sama untuk mendapatkan segala berkat Tuhan dengan kerja keras, ketekunan dan kesetiaan kepada Tuhan. Namun, ketika kekayaan tercapai, di situ kualitas kita akan teruji. Apakah kita hanya menampung kekayaan itu untuk diri sendiri, atau kita akan mengalirkan dan menyalurkan kekayaan tersebut ke mana seharusnya dialirkan? Allah menguji manusia dengan kekayaan. Apakah manusia menciptakan keseimbangan dan keharmonisan yang indah dengan menggunakan kekayaan? Atau sebaliknya, kekayaan itu hanya akan merupakan manifestasi keserakahan dan keegoisan manusia yang najis?
Untuk menjaga kita dalam mengelola semua potensi yang diberikan Tuhan, kita kembali diingatkan agar kita tetap mengingat Tuhan. Apa yang memiliki nilai tukar yang tinggi bagi Allah dan di kerajaan-Nya ialah sikap bekerja keras, gigih dan setia, sikap berbagi, sikap tulus dan rendah hati, dan sikap memperhatikan sesama. Sikap-sikap seperti ini memiliki nilai tukar yang amat tinggi bagi Allah dan kerajaan-Nya, sehingga ketika Allah menemukan sikap (orang) seperti ini, berlakulah baginya perjanjian yang diikrarkan Allah dalam Kristus Yesus. Sedangkan orang yang bekerja yang bertujuan untuk mendapatkan materi di dunia ini berupa uang, emas, tanah, bangunan, mobil, dan sebagainya, tidak memiliki nilai tukar sama sekali bagi Allah dan kerajaan-Nya. Maka sebanyak apapun seseorang memiliki kekayaan duniawi, jika tidak disertai sikap yang berkenan kepada Allah, maka semua itu adalah sia-sia. Oleh karena itu, marilah kita tetap ingat kepada Tuhan dan berada dalam tatanan keseimbangan dari Allah dengan tetap bekerja keras dan berintegritas. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 466:1
Ringgas hita marhorja, ase torsa marhasonangan goluhta on.
Sirsir do tong Tuhanta, mambere gogoh lao marhorja hubanta on.
Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.
Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS