1. Mandoding Haleluya No. 298:1-2
Ai na marsanina hita on hape.
Lang be marnamubah barang ise pe.
Legan bei hatanta ‘ge tanohta pe,
sada do Bapanta dingat hita bei.
Sada do Bapanta Sipagoluh in,
mansarihon hita sadokahni in;
Haganup goluhta, ‘ge bohalta in,
sada do Bapanta pasirsirhon in.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Galatia 3:26
“Ai haganup do nasiam anak ni Naibata marhitei haporsayaon bani Kristus Jesus.”
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.”
4. Renungan
Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus,
salah satu sikap manusia yang paling sulit untuk diubah adalah “fanatik.” Fanatik adalah suatu sikap yang mengidolakan, mengagungkan, atau mempertahankan suatu prinsip yang tertutup terhadap perbedaan dengan pihak lain atau orang lain. Secara ekstrem, orang yang fanatik tidak pernah mau memandang orang lain atau kebenaran lain, karena baginya, dia yang paling benar dan yang lain salah. Pada akhirnya orang yang fanatik terhadap sesuatu cenderung menjadi arogan. Sikap yang fanatik ini pernah dihadapi oleh rasul Paulus di jemaat Galatia. Dalam surat kepada jemaat di Galatia kita dapat membaca bagaimana usaha rasul Paulus dalam melawan para pengajar palsu yang menanamkan pentingnya sunat dan hukum Taurat (baca: fanatik). Tetapi secara tegas rasul Paulus menegaskan bahwa hidup dari iman kepada Allah yang menjadikan seseorang memiliki status sebagai anak-anak Allah, bukan dari hukum Taurat.
Walaupun bertentangan dengan para pengajar palsu tersebut, rasul Paulus tetap menunjukkan apresiasinya terhadap Taurat, yang walaupun tidak menyelamatkan, tetapi berfungsi sebagai penuntun bagi umat manusia sebelum Kristus datang. Kemudian dengan hadirnya Kristus, maka pusat iman kita adalah kepada Kristus yang menggenapi hukum Taurat. Iman kepada Kristus adalah puncak yang membuat kita menjadi anak-anak Allah. Itu berlaku bagi semua orang yang percaya kepada Kristus, baik mereka yang bersunat jasmani maupun yang tidak. Pemahaman yang seperti ini bertujuan untuk mengubah sikap fanatik orang-orang yang terpengaruh dengan mereka yang menekankan sunat jasmani. Dan mendobrak sikap superior bangsa Yahudi yang memandang rendah orang non Yahudi saat itu. Seakan-akan identitas ditentukan berdasarkan superior dan fanatik. Identitas di dalam Kristus tidak tergantung dari seseorang yang lahir dari keluarga Kristen maupun dari mereka yang sudah dibaptis atau belum. Tidak ditentukan dari seseorang berstatus hamba Tuhan atau bukan. Akan tetapi, ditentukan oleh karena iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dan hal sangat penting bagi orang yang telah beriman kepada Kristus adalah harus menghasilkan buah dari imannya yang sudah dibenarkan. Iman yang benar adalah percaya kepada Kristus. Iman yang hidup adalah iman yang berbuah bagi Kristus dan iman yang bertumbuh adalah mengerti bahwa kita sudah tergolong anak-anak Allah.
Dalam ayat harian ini, rasul Paulus menegaskan bahwa kita menjadi anak-anak Allah. Sebagai umat Allah, maka semua orang percaya dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan; artinya hidup kita seluruhnya menjadi kepunyaan Tuhan; di sisi yang lain, sebagai anak-anak Allah (anggota keluarga Allah), kita sekarang memiliki hubungan yang baru dengan Allah, di mana Ia menjadi Bapa kita dan kita menjadi anak-anak yang dikasihiNya. Semua hal ini didapatkan oleh orang-orang percaya karena iman mereka kepada Kristus. Orang-orang percaya haruslah menjaga status dan identitas dirinya sebagai anak-anak Allah. Bagaimanakah kita dapat menjaga baik status maupun diri kita? Tentu bukan dengan mengembangkan sebuah perilaku lahiriah tertentu yang sebenarnya bisa menjadi semacam kemunafikan rohani dalam diri kita; yang harus kita lakukan adalah membangun integritas hidup kita. Kita harus memperbaiki apa yang ada dalam diri kita, yakni hati dan pikiran kita, sehingga apa yang keluar dari diri kita adalah apa yang ada dalam diri kita. Hal itu dapat terjadi ketika kita senantiasa melakukan pembaharuan watak dan akal budi. Pembaharuan watak dan akal budi akan menjadi nyata bagi kita ketika kita tidak membiarkan dunia dan dosa terus mempengaruhi diri kita; kita senantiasa berusaha untuk meninggalkan dosa-dosa kita dan terus bertumbuh dalam firman Tuhan. Dengan demikian akan semakin jelaslah identitas kita di dalam Tuhan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Sebagai anak-anak Allah kita juga harus merawat persekutuan kita dengan sesama anak-anak Allah, sehingga kita dapat menemukan dan merasakan indahnya hidup sebagai anak-anak Allah. Ketika kita mewujudkannya, maka kita akan bersukacita dalam kebebasan yang kita miliki dalam Kristus. Salah satu wujud kebebasan di dalam Kristus adalah tidak lagi ada diskriminasi ras, gender, dan status sosial di dalam gereja. Dan semua itu bisa terjadi melalui anak-anak Allah yang meniru Tuhan Yesus dalam hidupnya. Amin.
5. Mandoding Kidung Jemaat No. 249:1
Serikat persaudaraan, berdirilah teguh!
Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu.
Bersama-sama majulah, dikuatkan iman.
Berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS