1. Mandoding Haleluya No. 306:1
Hu hamegahkon do in tongtong: Jesus Tuhanku rupeihu tongon;
Au parsimada tinobusNin napinabayu ni Tonduy in.
Marmegah-megah mandoding au, mamuji Jesus parholong in.
Marmegah-megah mandoding au, mamuji Jesus parholong in.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Galatia 6:7
“Ulang ma kahou nasiam, seng ra Naibata apasan! Ai ia in itidahkon halak, ai do sabionni.”

“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”

 

4. Renungan
Jemaat Tuhan yang terkasih,
firman Tuhan yang telah kita baca hari ini mengingatkan kita bahwa hukum menabur dan menuai itu akan terjadi dan dialami oleh siapapun. Itu sebabnya setiap orang harus bertanggung jawab dengan apa yang ditaburnya. Mengapa? Karena sesungguhnya apa yang ditabur itu juga yang pasti dituainya. Dalam hidup ini kita seperti orang yang sedang menabur benih, dimana suatu hari kelak benih yang kita tabur akan tumbuh dan menampakkan buahnya, karena sejatinya dalam hidup ini kita membangun sesuatu yang suatu kali kelak akan kelihatan hasilnya. Hukum tabur dan tuai juga berlaku dalam perkara kerohanian kita. Alkitab memberikan pengertian tentang orang yang menabur di dalam daging dan dalam roh. Ini bicara tentang buah yang dihasilkan dari perbuatan kita. Setiap perbuatan baik yang kita lakukan bukanlah sia-sia, karena pada saatnya kita akan menikmati dan menuai hasil kerja keras yang kita lakukan.

Saudara yang terkasih,
dalam nas ini rasul Paulus mengatakan, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7). Jangan sesat artinya jangan bermain-main, atau jangan salah dan jangan sembarangan pada waktu akan menabur. Mengapa? Karena hubungannya dengan sikap terhadap Allah. Menabur dengan cara tidak bertanggung jawab itu sangat membahayakan karena dianggap mempermainkan Allah. Rasul Paulus dalam nas ini sangat tegas mengatakan bahwa apapun yang kita lakukan selalu memiliki hubungan dengan Allah. Setelahnya itu rasul Paulus menekankan apa yang diinginkan Allah untuk kita lakukan, dan apa yang tidak diinginkan-Nya.

Menabur dalam bahasa aslinya disebut speiro yang berarti menyebarkan, menghamburkan, dan membagikan atau pun dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan. Hukum tabur-tuai berlaku untuk selamanya dan dalam segala aspek hidup kita. Benih yang kita tabur dan keadaan hati kita saat menabur ikut mempengaruhi hasil yang akan kita peroleh di kemudian hari. Karena itu, jangan pernah menganggap sepele taburan kita dan bagaimana cara melakukannya. Sama halnya seperti seorang petani yang memang merasakan lelah saat melakukan pekerjaan untuk menabur dan menuai, ditambah lagi dengan membutuhkan waktu yang lama, maka petani yang sabar tidak akan jemu menantikan benih yang telah ditaburnya bertumbuh dan menghasilkan buah. Jika kita menantikan taburan kita berhasil, nantikanlah sampai berharap bahwa suatu saat kelak apa yang kita tabur itu akan kita tuai. Ketika kita berhenti menabur maka kita sebenarnya menghentikan berkat bagi diri kita sendiri. Mari pandanglah Tuhan Yesus yang menjadi pokok keselamatan bagi kita.

Oleh karena itu Saudara/i, janganlah pernah jemu untuk menabur dan jangan pernah berhenti untuk melakukannya, sebab kita tahu bahwa kita akan menuainya kelak. Jangan berharap menuai jika kita tidak menabur. Selagi masih ada kesempatan marilah kita menabur hal-hal yang baik kepada orang lain, sehingga dengan kebaikan yang telah kita taburkan orang akan merasakan kebaikan Kristus melalui orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan yang melakukan kebaikan itu. Maka mari jangan sesat, tetap lakukan kebaikan selagi masih ada waktu. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 352:1
Ai halongangan do hape, holong ni Tuhan in.
Itobus Kristus au hape pardousa na doyuk.
Tapi hubotoh janah porsaya, bani gogohNi pakon kuasaNi,
ai iparorot do tong goluhku, das bai parujungan in.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS