1. Mandoding Haleluya No. 64:1-2
Laho do Biri-biri in mamorsan ganup dousa
ni haganupan jolma in ase maluah hita.
Iporsan naboritta in, ibere do diri-Ni in
hu tanganni pamunuh, itaron do na sahit in.
Das bai na rotap hosah-Nin nini: “Sai porsanon-Ku.”
Ai anggo Biri-biri in, in ma huan-huanku,
na paluahkon tonduyhin, isuruh Naibatangku.
Ai nini dompak Anak-Nin: “Parayak ma pardousa in
na dob pinapaanku, banggal tumang do ringiskin,
tapi tarbaen mahombun in pangkorhon ni daroh-Mu,”
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Heber 5:7
“Sanggah jolma Ia, igalangkon do pangindoan-Ni ampa elek-elek-Ni marhasoman doruh banggal ampa iluh hubani na boi paluahkon-Si humbani hamatean, anjaha itangihon do Ia, gabe maluah humbani habiaran ai.”
“Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.”
4. Renungan
Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus,
dalam merenungkan Jumat Agung pada hari ini, kita diberitakan tentang pribadi Tuhan Yesus yang luar biasa. Sebagai sosok Anak Allah dan manusia sejati, Yesus menjadi teladan dalam menjalani ratap tangis, keluhan, penderitaan, dan segala yang menyakitkan yang pernah dialami manusia. Semuanya itu sungguh nyata dalam peristiwa Jumat Agung. Sungguh pengalaman Yesus yang luar biasa harus menginspirasi kita untuk terus meniru dan meneladani Tuhan Yesus dalam perjalanan hidup kita setiap hari. Dalam ayat harian ini, kita belajar suatu tiruan dari hidup Yesus di dunia; bagaimana menghadapi penderitaan. Kita dapat belajar dari Tuhan Yesus dalam menghadapi penderitaanNya dengan cara: doa.
Dalam menghadapi penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa, bahkan dengan ratap tangis (Ibrani 5:7). Yesus sendiri berdoa, apalagi kita yang sangat lemah, maka tentunya tidak akan dapat lepas dari doa kepada Tuhan. Ketika kita ada niat untuk berdoa, hal ini menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya kita tidak sendiri menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan. Pengalaman murid Tuhan Yesus ketika Yesus berdoa bersama dengan muridNya di Getsemani harus menjadi pelajaran bagi kita. Ketika kita memanjatkan doa, maka bukan lagi ketakutan yang menguasai diri kita, tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan keyakinan dari Tuhan, sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan, namun ketika kita berdoa saat itu juga Tuhan telah memberikan kepada kita kekuatan dan keyakinan untuk dapat menghadapi penderitaan yang kita hadapi.
Walaupun Tuhan Yesus adalah Anak, namun Ia taat dalam penderitaanNya (Ibrani 5:8). Sebenarnya Dia adalah Tuhan. Apa yang tidak dapat dilakukan dalam penderitaanNya? Namun Dia taat dalam penderitaanNya sampai mati di kayu salib. Hal ini menjadi tiruan yang berharga bagi kita. Bagaimana kita dapat meniru ketaatan Tuhan Yesus dalam penderitaanNya? Seperti apapun pahitnya derita dan pergumulan yang kita hadapi, tetaplah kita jalani dengan tidak gentar. Jangan pernah lari dari masalah dan jangan tinggalkan iman percayamu kepada Tuhan.
Dalam penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa agar luput dari maut. Namun apa yang terjadi? Tetap Yesus mati dengan hina di kayu salib. Bisa muncul pertanyaan, “Apakah tidak ada kuasa dari doa Tuhan Yesus?” Jika kita melihat dan memahami perbuatan dan kasih Tuhan, bisa saja iman kita goyah bahkan meninggalkan iman kita. Namun kita harus ingat bahwa kita tidak dapat mengukur dan menilai kebesaran perbuatan Tuhan dengan pikiran dan logika kita. Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan dan tetap taat, walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan pikirkan terjadi dalam hidup kita, namun yang Tuhan lakukan adalah yang terbaik bagi kita. Apakah doa Tuhan Yesus tidak dikabulkan untuk luput dari maut? Dari logika manusia tentu jawabnya “tidak dikabulkan,” namun dari rencana besar Tuhan apa yang terjadi jauh lebih dari situ. Lihatlah apa yang terjadi pada hari ketiga setelah kematianNya, bukan hanya Tuhan yang hidup tetapi juga memberikan kehidupan bagi setiap orang yang percaya. Demikianlah kita memahami walaupun yang terjadi dalam hidup kita tidak seperti yang kita harapkan, namun Tuhan akan berbuat jauh lebih besar, yang terbaik diberikanNya kepada kita.
Dengan sikap yang demikian, sesuai dengan kesaksian kitab Ibrani, disebut bahwa Yesus melakukannya dengan kesalehan-Nya. Tentu kesalehan yang sedemikian menjadi pribadi yang harus kita renungkan dan laksanakan dalam Jumat Agung ini. Dalam setiap ibadah dan perenungan yang kita lakukan dalam Jumat Agung ini, maka mari kita membiarkan diri kita mengalami seperti yang dialami Tuhan Yesus. Betul bahwa ratap tangis dan keluhan selalu ada dalam kehidupan kita. Betul bahwa kita tidak menghendaki keluhan, penderitaan, dan ratap tangis terjadi dalam hidup kita. Tetapi ternyata yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah meniru Tuhan Yesus dalam ketaatan dan kesalehan, sehingga melalui kita pesan Jumat Agung semakin membiarkan diri kita memahami bahwa merasakan penderitaan seperti Tuhan Yesus akan semakin membuka diri kita untuk memahami kemenangan Yesus Kristus. Selamat merayakan Jumat Agung dan mempersiapkan diri dalam kemenangan Paskah. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 437:1
Borit do tongon, poupou ni goluh on,
ngayotan, marhoih, halani dousa in.
Sai tong do rongom, parlajouan na roh,
seng mangadi in, sipangapasi in.
Haporsayaonku, sai totap do toguh,
loja pe au, bai ganup goluhkon.
Bamu do Tuhan, marsuhutan au roh,
holong-Mu Tuhan, songon bah tubuh do.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS