Nats                 : Ratapan 3:25-26

Usulan lagu     : Bapa Engkau Sunguh Baik

Tema               : Pertolongan Tuhan Atas Orang yang Berharap kepada-Nya

Tujuan             : Agar Pemuda meyakini kuasa pertolongan Tuhan yang selalu tersedia bagi orang yang berharap kepada-Nya

Berharap Kepada Tuhan

Kitab Ratapan adalah sebuah kitab yang ditulis oleh Nabi Yeremia. Nabi ini adalah nabi yang hidup pada saat umat Tuhan di Yerusalem sedang mengalami kerusakan moral. Kitab Ratapan ditulis Yeremia sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem:  tembok-tembok kota yang runtuh dan pembuangan orang-orang ke Babel. Kalau kitab Yeremia memberi penekanan lebih pada peringatan-peringatan bahwa Tuhan akan mendatangkan hukuman atas ketidaksetiaan umat-Nya, maka kitab Ratapan ini lebih pada perkabungan atas hukuman Allah yang telah ditimpakan kepada umat Tuhan tersebut. Kehancuran ini mendatangkan kesedihan yang mendalam bagi Yeremia, sehingga mereka berkabung atas kejatuhan Yerusalem dan bait Allah tersebut. Dalam kesedihan dan perkabungan itu, mereka menyadari bahwa penderitaan yang mereka alami adalah akibat ketidaksetiaan mereka pada Tuhan, sekaligus mengakui bahwa selalu ada harapan baru di dalam Tuhan, bahkan di dalam kehancuran pun kasih setia Tuhan tidak pernah berkesudahan. Terkadang kita merasa sulit untuk percaya bahwa “Tuhan baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia”. Pada kenyataannya banyak orang-orang bahkan generasi muda yang tidak dapat bertahan dalam masa-masa sulit dalam hidupnya terutama ketika kita tidak tahu kapan penderitaan kita akan berakhir. Ketika penderitaan itu datang, yang muncul dalam pikiran kita adalah menyalahkan Tuhan atas apa yang sedang menimpa hidup kita, berbalik dan bahkan meninggalkan Tuhan. Banyak orang-orang khususnya kaum muda yang mencari jalan pintas untuk menyelesaikan setiap permasalahan dalam hidupnya, yang pada akhirnya bukannya menyelesaikan masalah yang ada tetapi justru semakin memperumit dan jatuh semakin dalam.

Ayat 25 menunjukkan bahwa apa yang baik adalah bagi orang yang berharap kepada-Nya dan bagi jiwa yang mencari Dia, keduanya adalah kategori orang yang sama, yakni mereka yang masih mau memiliki harapan dalam penderitaan. Jadi, seseorang tidak dapat mengatakan, bahwa “Tuhan adalah baik,” jika Tuhan tidak menjadi bagian hidupnya, yang ia harapkan dan yang ia cari. Karena, “Tuhan adalah baik” merupakan pengalaman orang beriman dalam pengalamannya dengan Tuhan di masa yang sukar itu. Ayat 26 menunjukkan bahwa menantikan dan diam itu baik. Diam ini tidak berarti bahwa penyair Ratapan benar-benar tidak mengucapkan sepatah kata pun selama proses menantikan. Oleh karena itu, diam bukanlah diam secara harfiah, tetapi sikap percaya, dalam proses menunggu ia percaya bergantung kepada Tuhan, secara total berserah  kepada Tuhan, hanya percaya kepada Tuhan, dan menunggu keselamatan-Nya. Tidak peduli seberapa mendesak penderitaannya, ia bertekad untuk tidak membuang harapan ini, dengan diam ia beriman dan itu adalah kekuatan pendorong terbaik. Setelah berharap dan mencari Tuhan, saatnya orang beriman menanti dengan diam pertolongan Tuhan. Untuk mengenal Tuhan secara pribadi, memahami kehendak-Nya, dan mengharapkan pertolongan-Nya di masa yang sukar, kita harus aktif mencari Dia, tetapi dalam menantikan pertolongan-Nya itu orang beriman harus diam. Jadi, kalau ada masalah orang beriman tidak usah gembar gembor ke sana sini, apalagi curhat di medsos. Jangan juga terlalu berharap kepada manusia untuk dapat menolong dan membantu kita dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi dalam hidup kita. Karena Yesaya 2:22 mengatakan jangan berharap kepada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan napas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap? Maka oleh karena itu, cukuplah Tuhan yang menjadi tempat curhat. Memang tidak mudah, tetapi demikianlah yang diajarkan oleh firman Tuhan melalui nabi Yeremia. Di dalam keheningan dan menanti pertolongan Tuhan itulah Tuhan akan memberikan jawaban, kekuatan dan jalan keluar.

Banyak orang berkata menanti adalah pekerjaan yang paling membosankan. Apa lagi menanti janji yang tidak pasti. Bagi orang yang tidak menyerahkan kepercayaannya sepenuhnya kepada Tuhan, janji Tuhan adalah janji yang tidak pasti. Tetapi bagi kita yang menyerahkan kepercayaan kita sepenuhnya kepada Tuhan, janji Tuhan adalah janji yang pasti. Namun untuk menunggu kegenapan janji Tuhan dibutuhkan kesabaran dan kesetiaan. Kesabaran dan kesetiaan tidak dapat dibuktikan dalam waktu singkat. Tidak seperti kebaikan, kebaikan dapat dilihat orang dalam waktu singkat. Orang yang tadinya jahat bisa tiba-tiba drastis berubah 180 derajat karena pertobatan. Setelah bertobat, dia akan menjadi baik. Namun tidak sama halnya dengan kesabaran dan kesetiaan, ini hanya dapat dibuktikan oleh waktu. Waktulah yang dapat membuktikan apakah seseorang itu sabar/setia atau tidak. Orang yang baik belum tentu sabar dan setia, tetapi orang yang setia sudah pasti adalah orang yang baik. Dalam Alkitab, kita banyak menemukan janji-janji Tuhan. Untuk menerima janji-janji Tuhan itu maka harus ada pengharapan. Pengharapan bahwa suatu waktu Tuhan akan menepati janji-Nya. Pengharapan akan membuat kita mampu untuk sabar dan setia dalam menanti janji-janji dan pertolongan Tuhan.