1. Mandoding Haleluya No. 145:1-2
Ringgas hita rup, manogu ganup, na pag menendel na hengkeng hobal,
bai Hatani Tuhan, na sangap tongtong,
rosuh-Ni ma bahen i dunia on.
Sai ulang be da mabiar ganup, boiskon ma da gogohmu ganup.
Age roh sibolis lao mandorab ho,
sai tatap ma Jesus na lampou gogoh.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Jesaya 57:20
“Tapi halak parjahat songon laut na gunsang do; seng tarbahensi soh, ipansampakkon gilumbangni do hubang pakon tompoh-tompoh.”
“Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.”
4. Renungan
Jemaat Tuhan,
hidup manusia selalu berdampingan dengan perbedaan antara dirinya dengan orang lain, seperti perbedaan agama, strata sosial, perilaku, dan perbedaan-perbedaan yang lainnya. Hal itu adalah wajar, karena sejatinya Allah menciptakan manusia itu berbeda adanya, sehingga komunitas manusia tinggal dan hidup dalam kepelbagaian. Persoalan terjadi bila manusia itu tidak siap dengan segala kepelbagaian yang ada di sekitarnya, sehingga sering menilai dan menyimpulkan hal yang salah, bahkan merasa bahwa mereka mengalami ketidakadilan di tengah-tengah keperbedaan tersebut. Agaknya hal itu juga terjadi dalam satu fase kehidupan bangsa Israel. Bahwa mereka harus hidup dan tinggal dengan orang-orang yang berbeda dengan mereka, orang-orang yang dikategorikan sebagai orang fasik, yang hidup tanpa aturan Allah, yang menyerahkan diri dan menyembah dewa Molokh, yang kelihatan justru hidupnya lebih nyaman dari orang-orang yang setia kepada Allah. Lalu dalam situasi ini menyebabkan bangsa yang setia menanamkan pemahaman yang berbeda, seolah-olah bangsa yang tidak setia pada Allah justru mengalami hidup yang baik-baik saja, sementara mereka yang setia justru merasa ada praktik ketidakadilan yang dirasakan mereka.
Jemaat Tuhan,
lalu melalui nabi Jesaya, Tuhan ingin meneguhkan bangsa-Nya dengan mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang dekat kepada orang yang setia dengan-Nya. Di samping itu, Allah yang berkeadilan justru akan menindak orang yang fasik, yang hidup di luar aturan Allah. Lalu bagaimana kategori orang yang fasik? Orang fasik adalah orang-orang yang sesungguhnya telah mengenal Tuhan dan mengetahui firman-Nya, tetapi tidak mau melakukan firman tersebut. Ini adalah bukti bahwa mereka meremehkan keberadaan Tuhan serta tidak menganggap bahwa Tuhan itu ada. Orang fasik menganggap bahwa beribadah kepada Allah merupakan kesia-siaan dan hidup yang seperti ini kelak akan menerima ganjaran dari Allah. Pada realita hidup bangsa Israel, mereka (orang benar) hidup di tengah-tengah orang fasik, dan di tengah keperbedaan pola hidup tersebut, mereka juga harus menentang arus dan harus menghadapi ancaman dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tapi tidak perlu sangsi atau khawatir, karena hidup orang benar adalah hidup yang diwarnai oleh damai sejahtera dari Allah. Orang benar akan menerima sesuatu yang baik, sedangkan orang fasik akan menerima sesuatu yang buruk. Rasul Paulus pernah mengingatkan, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Gal. 6:7). Karena itu orang percaya tidak perlu iri hati terhadap orang fasik, tidak perlu merasa bahwa hidup tidak adil, tidak perlu menyimpulkan bahwa hidup orang fasik dipenuhi dengan kebahagiaan, karena sejatinya hidup orang fasik itu adalah semu. Pada saatnya Tuhan akan bertindak untuk melakukan pembalasan.
Orang-orang fasik, di mana pun mereka berada, sama seperti laut yang bergelora, mereka tidak akan mengalami kedamaian yang sejati karena selama orang fasik berbuat dosa, hidup mereka akan seperti ombak laut yang penuh sampah dan lumpur. Orang yang tidak bertobat tidak pernah bisa menemukan damai sejahtera sejati, melainkan akhirnya dimuntahkan seperti luapan muatan kapal yang kotor di pantai. Orang fasik atau orang jahat adalah seperti laut yang gelisah, ketika ia tidak dapat beristirahat. Dia diganggu oleh angin, badai, dan angin topan, ketika ombaknya naik, mengamuk, dan bergolak, dan menghantam pantai dan pasir, dalam pergolakan seperti itulah pikiran orang jahat. Hati nurani mereka merasa terteror atas dosa-dosa yang mereka perbuat atau mereka merasa gelisah atas kedengkian dan iri hati pada kebahagiaan dan kemakmuran orang lain. Demikianlah hati orang-orang fasik, yang tidak memiliki apa-apa selain lumpur dan kotoran dosa di dalamnya, tidak mengeluarkan apa pun selain buih-buih dari rasa malu mereka sendiri, penghujatan terhadap Allah, dan kedengkian terhadap umat Allah.
Jemaat Tuhan,
melalui firman hari ini, kita diminta untuk tetap bertahan dengan hidup dalam kebenaran, tidak terpengaruh dengan kebahagiaan semu yang dipertontonkan oleh orang fasik, karena nas ini dengan tegas menyatakan bagaimana kelak kehidupan orang fasik yang tetap bertahan dalam keberdosaannya. Maka tetaplah hidup benar, walaupun kadang kita mengalami kesulitan, tetapi itu bukanlah ketidakadilan Tuhan, justru Tuhan sedang memproses kita untuk semakin matang dalam kesetiaan kita kepada-Nya. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 458:1
Bai ganupan sidalananmu in, Jesus ma baen hasomanmu.
Iparorot do ham tongtong ijin, ronsi ondos bai tujuanmu.
Ge daoh mahol sidalananmin, ulang ham mandolei ijin.
Seng boi sotto ham bahenonni in, asal Jesus baen hasomanmin.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS