1. Mandoding Haleluya No. 383:1-2
Marhitei diatei tupa roh do au Tuhan,
mamboban buah ni horja na binereMu.
Jesus, Jesus, jalo Ham ma au,
bai hurangni panurdukku, anju Ham ma au.
‘Ge buei na dob hujalo pasu-pasu-Mu,
tapi hurang do hu bahen, malas uhur-Mu.
Jesus, Jesus, jalo Ham ma au,
bai hurang ni panurdukku, anju Ham ma au.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Mateus 6:3
“Ase anggo marsibere-bere ho, ulang ma pala ibotoh tanganmu sambilou na binere ni tanganmu siamun,”
“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
pemberian sedekah merupakan salah satu kewajiban agama yang sudah mengakar dalam masyarakat Yahudi. Semua orang yang tidak tergolong “miskin” wajib memberikan sedekah. Oleh karena itu, kalau kita membaca Matius 6:1-4, tidak membahas tentang “Apakah sedekah perlu diberikan?” melainkan, “Bagaimana memberi sedekah yang baik?” Ketaatan terhadap hal ini bukan hanya bersentuhan dengan aspek rohani, melainkan juga aspek moral dan sosial. Pemberi sedekah tergolong orang yang taat dalam beribadah (rohani) dan baik hati (moral). Apa yang dilakukan oleh mereka sangat bermanfaat bagi orang-orang miskin (sosial).
Dalam konteks masyarakat Yahudi yang sudah tidak asing lagi dengan kemiskinan (bdk. Yoh 12:8a, “karena orang-orang miskin selalu ada padamu”), nilai penting sedekah tidak dapat diremehkan. Pemberi sedekah ibarat penyambung kehidupan bagi orang-orang miskin. Di tengah situasi semacam ini, dua macam bahaya bisa muncul. Dari pihak penerima sedekah, mereka bisa saja tergoda untuk menggantungkan hidup pada pemberi sedekah (menghargai mereka secara berlebihan). Dari pihak pemberi sedekah, mereka sangat mudah tergoda pada kesombongan (menunjukkan diri sebagai orang yang baik hati dan merasa dibutuhkan). Oleh karena itu, dalam ayat harian hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan dua hal penting. Yang pertama, pemberian bukan untuk mencari pujian dari orang lain. Sedekah harus dilakukan secara tersembunyi. Kita tidak usah memperlihatkan kepada orang lain. Yang kedua, pemberian bukan untuk mencari kepuasan diri. Tuhan Yesus tidak hanya memperingatkan agar jangan ada orang lain yang tahu, melainkan juga agar jangan tangan kiri kita mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanan kita. Yesus mengingatkan bahwa bukan respons orang lain yang Ia sedang pikirkan, melainkan respons dari diri kita sendiri. Seorang yang memuji dirinya sendiri sama bersalahnya dengan orang yang menginginkan pujian dari orang lain. Kita mungkin tidak mau orang lain melihat perbuatan baik kita, tetapi jika kita merasa diri benar dan saleh dalam melakukan hal itu, kita tetap dianggap bersalah. Apabila kita merasa senang pada saat kebaikan kita yang tersembunyi diketahui oleh orang lain, kita pada dasarnya sudah melakukan kesalahan yang sama.
Jika kita melakukan semua kebaikan secara tulus (hanya untuk kepentingan orang lain dan kemuliaan Allah), hal itu justru memberi upah kepada kita. Bapa di sorga mengawasi setiap tindakan kita, bahkan yang dilakukan di tempat tersembunyi sekalipun. Dalam kedaulatan-Nya Ia memberikan respons setimpal terhadap tindakan kita. Ini adalah sebuah paradoks ilahi. Orang yang menginginkan sesuatu dari perbuatan baiknya justru tidak akan mendapat apa-apa. Sebaliknya, orang yang tidak mengharapkan apa-apa dari kebaikannya justru akan mendapat pahala. Kita tidak boleh melakukan kebaikan kepada orang lain dengan harapan akan mendapat kebaikan dari Allah. Itu bukan perbuatan yang sungguh-sungguh baik, melainkan egoisme yang terselubung. Itu adalah keagamaan yang manipulatif. Kita memperalat orang lain dan Allah demi kepentingan diri sendiri.
Di pihak lain, kita juga tidak boleh anti terhadap berkat. Allah memang seringkali memberikan berkat atas perbuatan baik kita, tanpa bermaksud menjadikan berkat itu sebagai motivasi atau tujuan. Yang perlu kita lakukan adalah menjaga hati kita dengan baik. Sebisa mungkin, setiap pemberian tidak usah diketahui oleh orang lain. Dalam praktik memberi kita dapat menggunakan inisial tertentu (tidak terlalu mudah ditebak dan juga tidak terlalu umum) pada saat memberikan persembahan. Jika identitas kita terpaksa diketahui oleh orang lain, berdoalah agar hati kita tetap terjaga dari kesombongan. Bagi kita yang jarang berkorban secara materi atau memberi terlalu sedikit, marilah kita tingkatkan pemberian kita, baik secara kualitas maupun kuantitas. Soli Deo Gloria. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 466:1-2
Ringgas hita marhorja, ase torsa marhasonangan goluhta on.
Sirsir do tong Tuhanta, mambere gogoh lao marhorja hu banta on.
Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.
Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.
Horjahon ma rosuh-Ni, ase dapotan pasu-pasu horjamu in.
Manggargar na sinari, janah tongtong ihasomani Tuhanta in.
Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.
Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS