1. Mandoding Haleluya No. 108:1+8
Sanggah holong tong Tuhanta, na mangidah hita on.
Imbang hita ma dirinta tanda jora hita on.
Hisapmin tongtong ampogi, sai taluhon dagingmin;
Ase ulang irajai hadousaon uhurmin.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Podah 15:1
“Balos na lamlam pahombun ringis, tapi hata na kasar mamuhoi gila,”
“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ada sebuah kisah tentang seorang tukang kayu yang menerima sepucuk surat dari anaknya yang berada di luar kota. Karena tukang kayu tersebut buta huruf, ia meminta tolong penjual daging kenalannya yang memiliki watak keras untuk membacakan surat itu. “Ayah aku sakit dan tidak punya uang sesenpun. Tolong kirimkan aku sejumlah uang dan mohon Ayah sesegera mungkin ya mengirimnya.” Isi surat itu dibacakan dengan nada keras dan kasar oleh tukang daging tersebut, sehingga membuat si tukang kayu menjadi marah dan dengan emosi berkata, “Dasar anak tidak tahu diri, memangnya dia siapa memerintah aku. Kurang ajar, jangan kira aku akan mengirimi dia sesenpun.”
Dalam kemarahannya ia kembali ke rumah, tetapi di perjalanan pulang ia bertemu sahabatnya, seorang penjahit yang bersuara lembut. Ia pun bercerita tentang surat yang ia terima dari anaknya dan meminta sang sahabat membacanya. Si penjahit itu lalu membaca surat tersebut dengan suaranya yang lembut, tenang dan jelas, sehingga membuat si tukang kayu menjadi sedih dan berkata, “Oh, anakku yang malang. Kamu pasti sangat menderita. Lebih baik aku segera mengiriminya uang sekarang juga.”
Dampak dari sebuah pesan sangatlah tergantung pada cara orang yang menyampaikannya. Penyampaian yang keras dan kasar membuat sang ayah marah terhadap anaknya. Sebaliknya, penyampaian yang lemah lembut membuat sang ayah berempati. Kisah tersebut membuktikan kebenaran ayat harian ini bahwa “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Perkataan yang lemah lembut dapat menjaga kedamaian. Sebaliknya, tidak ada hal yang dapat membangkitkan marah dan menebar perselisihan seperti perkataan yang pedas. Menurut Amsal, hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi mulut orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat (Amsal 15:28). Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan (Amsal 15:2), tetapi lidah curang melukai hati (Amsal 15:4). Menyadari hal ini, dalam kitab Mazmur kita diminta untuk memiliki tekad dan menjaga diri, supaya jangan berdosa dengan lidahnya, dan menahan mulutnya dengan kekang (Mzm. 39:2), serta memohon supaya Tuhan mengawasi mulut dan berjaga pada pintu bibirnya (Mzm. 141:3).
Saat ini kita mewakili Kristus melalui perkataan kita. Betapa terhormatnya kita bila dikenal sebagai orang-orang yang selalu tersenyum dan memiliki tutur kata yang lembut bagi semua orang. Oleh sebab itu, untuk menghindari rusaknya kedamaian, banyak sakit hati, dan konflik dalam kehidupan sehari-hari, ketika orang lain meninggikan suara atau membuat kita marah, marilah kita belajar untuk merendahkan suara kita dan menjawab dengan lemah lembut. Sikap yang lemah lembut akan meredakan konflik dan amarah. Hendaklah kita menggunakan mulut secara bijak, sehingga jawaban dan penjelasan kita dapat membangun, menguatkan orang lain, menenangkan dan menyejukkan suasana. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 268:1-2
Jahowa Tuhankin, bah tubuh sijengesan.
Sitompa ganup in, sibere hagoluhan.
Hupindo hu-Bamu, angkula na jorgit.
Age uhurhu pe, ase tongtong borsih.
Ham mangajari au bai sihatahononku;
Dear marsahap au na sambor horomonku;
Sai bahen Ham au on, parhata na mantin;
Margogoh ma tongon ganupan hatangkin.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS