Bahan PA Namaposo, Minggu 12 Set. Trinitatis, 27 Agustus 2023
Nats : Mazmur 62: 1-5
Usulan Lagu : Hanya Dekat Allah Saja
Tema : Dekat Pada Tuhan
Tujuan : Agar pemuda menginsyafi sepenuh hati, bahwa hanya dekat pada Tuhan membuat kehidupan pemuda berarti dan bermutu.
Tenang dekat Allah
Gambaran yang dekat antara orang percaya dengan Tuhan ini ditegaskan juga oleh ikatan darah melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Efesus 2:13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Oleh Darah Yesuslah, kita semua sudah menjadi dekat dengan Tuhan. Sebab segala dosa dan pelanggaran kita, yang membuat kita jauh dan terpisah dari Allah, telah diampuni dan ditebus oleh Darah Yesus. Melalui tetesan darah Yesus, Tuhan menunjukkan kasihNya kepada kita. Jadi seharusnya setiap orang percaya itu hidup dekat dengan Tuhan, dan ini adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Tidak ada alasan atau dalih lain untuk tidak dekat dengan Tuhan. Jangan lemparkan alasan karena banyak kesibukan, atau karena keadaan tertentu. Jika Tuhan masih beri waktu dan kesempatan bagi kita untuk hidup, itu berarti Tuhan mau kita menjalin hubungan yang dekat denganNya. Setiap kita wajib hidup dekat dan intim bersama Tuhan, sebab dengan demikian kita tetap memelihara ikatan Darah Yesus di dalam hidup kita.
Dalam nats ini, Daud memberikan pernyataan iman bahwa Allah adalah satu-satunya landasan kehidupan dan keselamatannya. Ay. 1-2, Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Bagaimana hebatnya kesulitan yang dihadapinya, Ia tahu bahwa dirinya harus segera lari ke dalam dekapan Allah. Di sanalah jiwanya yang gelisah menjadi tenang sebab ia berada dalam tangan yang tidak pernah goyah. Apa yang dialami oleh Daud merupakan masalah yang serius. Ay. 3-4, Ia menghadapi orang-orang yang bermulut manis, tetapi dalam hati mereka penuh intrik dan tipu muslihat. Bahkan orang-orang dan keluarga terdekatnya ingin menggulingkannya dari singgasana. Setiap saat, Daud merasa dirinya dalam ancaman. Dengan posisinya sebagai raja, Daud bisa saja mengambil tindakan tegas menyingkirkan mereka satu per satu. Namun ia memilih datang kepada Allah yang adalah harapan, kekuatan, dan gunung keselamatannya. Ay. 5, Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.
Kita tidak bisa mencintai seseorang dengan sepenuh hati, dengan tulus tanpa mengenal siapa mereka dengan baik terlebih dahulu. Dengan Tuhan pun sama. Tanpa didasari pengenalan yang mendalam, kita akan mudah turun naik dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ada kalanya Tuhan terasa dekat, tapi ada pula kalanya Tuhan terasa jauh. Apakah Tuhan memang suka datang dan pergi dari hidup kita? Apakah Dia pada waktu-waktu tertentu terlalu sibuk sehingga jauh, dan pada saat lain ketika sedang santai baru mau dekat dengan kita? Adakah Tuhan berlaku seperti itu? Tentu tidak. Tuhan selalu dekat dengan kita. Dia menginginkan sebuah hubungan yang erat atau karib terbangun antara diriNya dengan kita. Dia sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita, dan Tuhan selalu setia dengan janjinya. Jika dalam lembah kekelaman sekalipun Tuhan tidak meninggalkan kita, bagaimana mungkin Tuhan berniat jauh dari kita? Sebagai pemuda kita juga harus sama seperti Daud. Disaat kita memiliki beban yang berat kita berlari kepada Tuhan dan bukan malah menjauh seakan menyalahkan Tuhan atas setiap masalahmu, karna harus percaya hanya Dialah yang paling mengerti, yang paling peduli dan yang dapat mengubah beban berat menjadi ringan. Dan disaat kita telah menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada-Nya dari sanalah sumber ketenangan dan damai.
Hasoman Namaposo, di zaman yang semakin canggih ini, kita hidup di dalam kondisi yang semakin individualistik dan penuh drama dan topeng. Itu adalah sesuatu hal yang nyata. Di sosial media bisa saja kita terlihat happy, cantik atau ganteng dan berpakaian yang bagus, good looking, dan memiliki pengalaman yang indah-indah. Misal kita posting ketika kita jalan-jalan, beracara yang gembira, hangout, nongkrong di cafe yang keren dan lain sebagainya. Kita juga melihat hidup teman sosial media kita itu indah, punya banya teman dicoba diperlihatkan melalui foto ramai-ramai dan lain sebagainya. Lalu pertanyaannya adalah: “Apakah yang terlihat di sosial media itu sama dengan di dunia nyata?” Tentu jawabannya bisa ya bisa tidak. Ternyata yang terlihat happy di dunia maya itu belum tentu happy di dunia nyata. Hidup seakan-akan sukacita yang ditunjukkan di sosial media itu hanya secuil dari kehidupan ini. Sebagai Namaposo, bagaimana kita menyikapi itu semua? Jadikanlah Tuhan sebagai gunung batu dan benteng hidup kita. Hanya Tuhan yang nyata, hanya kebahagiaan di dalam Tuhan yang kekal dan tidak semu dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Amin.