PA Namaposo, Minggu 03 September 2023 (13 Set. Trinitatis)

Nats                 : 2 Korintus 4: 7-12

Usulan Lagu    : Bagaikan Bejana

Tema               : Harta Rohani dalam Bejana

Tujuan             : Agar pemuda memberi respons peranan Roh Kudus yang diam dan memerintah di dalam lubuk hati pemuda yang paling dalam, untuk mendatangkan kebaikan.

 

Harta dalam Bejana

Orang Kristen adalah “bejana-bejana tanah liat” yang kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingungan, kelemahan, dan ketakutan. Benar, kita adalah “bejana tanah liat.” Kita rapuh, lemah, penuh dengan kekurangan. Pada dasarnya kita dibuat dari tanah. “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kej. 2:7). “Ingatlah, bahwa Engkau yang membuat aku dari tanah liat”. Kita ini seperti vas bunga dari tanah liat. Hal ini seharusnya membuat kita rendah hati. Namun, adalah baik jika kita merasa rendah hati karena “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”. Lebih lagi, Tuhan sangat mengerti kondisi kita. “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”. Juga merupakan hal yang memerdekakan jika kita menyadari bahwa kita adalah bejana tanah liat. Tuhan tidak akan menuntut kita untuk menjadi lebih dari pada sebuah bejana tanah liat. Ia ingin agar kita menjadi seperti tujuan sebuah bejana dibuat, yaitu menjadi tempat menampung sesuatu. Sesuatu yang ditampung oleh bejana tersebut adalah harta sorgawi. “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat”.

Paulus sendiri sadar bahwa dirinya hanyalah bejana tanah liat yang dipakai untuk menyampaikan harta mulia itu (Ay. 7). Begitu berat pengalaman yang telah ia lalui sebagai akibat dari pelayanannya bagi Kristus dan bagi Injil-Nya: ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan (Ay. 8-9). Namun lihatlah kemenangan yang Paulus alami: tidak terjepit, tidak putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, tidak binasa. Paulus sadar benar bahwa kekayaan rohani yang ada padanya lahir sebagai akibat penderitaan yang ia tanggung dalam pelayanan. Namun godaan itu mampu ditepis Paulus. Sebaliknya, dari tawar hati atau hancur karena tekanan-tekanan dalam pelayanan, ia malah bertahan dan mengalami kuasa kebangkitan Yesus (Ay. 10-11). Justru di tengah kelemahannya itulah Paulus mengalami kesetiaan Allah yang senantiasa menyegarkan dan menguatkannya oleh anugerah-Nya.

Kita hanya akan menjadi bejana tanah liat yang berharga ketika kita dibentuk dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita memang bisa menjadi bejana tanah liat biasa, tapi tanpa Roh Kudus hidup kita hanya akan digunakan untuk tujuan yang tidak mulia. Dalam artian, kita akan cenderung hidup dalam karakter yang buruk, rentan jatuh dalam dosa dan kehilangan fungsi sesungguhnya. Karena itulah kita butuh penebusan di dalam Tuhan. Sehingga kita kembali menemukan fungsi sejati kita dalam hidup yaitu diisi oleh harta karun ilahi. Tuhan bisa memakai kekacauan yang kita buat dalam hidup untuk kemuliaan-Nya. Kita tentu tidak pernah berharap mengalami penderitaan di dalam pelayanan. Mungkin kita juga tidak bisa memahami “mengapa harus ada rintangan bagi orang yang melayani?” Wawasan dan pengalaman Paulus dalam penderitaannya, menolong kita memahami bahwa ada maksud Tuhan di balik semua itu. Karena di dalam kesulitan itulah, kita ambil bagian dalam penderitaan Kristus karena pelayanan-Nya. Lebih dari itu, kita juga akan mengalami kemenangan-Nya atas semua penderitaan itu. Sebab itu, jangan pernah mundur karena adanya tantangan dalam pelayanan. Jika kita sudah menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita akan memperoleh kekuatan untuk melayani. Sehingga dari kekuatan tersebut terang Kristus akan bersinar melalui pelayanan kita dan saat orang lain melihat bagaimana hidup kita diubahkan dan bahkan semua kesalahan kita telah dibersihkan, mereka sendiri akan menyaksikan dan percaya kuasa Tuhan atas hidup kita.

Hasoman Namaposo yang terkasih di dalam Nama Yesus Kristus Tuhan kita, melayani adalah panggilan untuk semua orang dan panggilan itu juga haruslah dilakukan pada umur berapapun kita tentu dengan porsinya masing-masing. Memang benar bahwa ada saat-saat nya kita rapuh, kita lelah, kita kehilangan tenaga, mungkin oleh pergumulan hidup atau oleh hidup kita sendiri yang masih dalam pencarian makna. Namun hasoman Namaposo, marilah kita tetap mengingat bahwa memang kita ini adalah bejana tanah liat, kita rapuh dan mudah hancur kalau kita tidak disertai oleh Tuhan. Namun, di sisi yang lain, walaupun kita adalah bejana tanah liat yang rapuh, namun Tuhan bersedia memakai kita untuk pelayanan dan untuk memuliakan nama-Nya. Kita berharga seperti apa pun keadaan kita, kita berguna dan memiliki peranan penting dalam pelayanan untuk memberitakan Kerajaan Allah.