1. Mandoding Haleluya No. 494:1+3
Roh ma ham idilo Jesus, ipasirsir do banta pargoluhon.
Bani pesta malas uhur, sipanganon sonai ‘ge parhiouon.
Roh ma ham idilo Jesus.

Sai tangihon ma Hata-Ni, in ma baen goluhni tonduy.
Ase ulang jiris i tongah dalan, lanjar himong manrarat gabe tonjan.
Sai tangihon ma Hata-Ni.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat Harian: Jesaya 51:4
“Tangihon hanima ma Ahu, ale bangsang-Ku, anjaha hanima bangsa-bangsa, pateleng hanima ma pinggolnima Bangku! Ai hun Bangku do harohan ni titah, anjaha Ahu do pajongjong hasintongan-Ku gabe haliharon bani bangsa-bangsa.”

“Perhatikanlah suara-Ku, hai bangsa-bangsa, dan pasanglah telinga kepada-Ku, hai suku-suku bangsa! Sebab pengajaran akan keluar dari pada-Ku dan hukum-Ku sebagai terang untuk bangsa-bangsa.”

 

4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
dalam catatan sejarah penginjilan di Simalungun, hari ini tepat 120 tahun yang lalu, tanggal 1 September 1903 adalah saat Pendeta August Theis bersama 2 orang Penginjil dari tanah Batak berangkat dari Tigaras menuju Pematang Raya. Semangat yang menggerakkan mereka menuju wilayah yang belum mereka kenal adalah supaya Firman Tuhan dan keselamatan disampaikan ke Simalungun. Perjalanan yang panjang melewati hutan dan kampung-kampung bukanlah perjalanan yang mudah karena belum mengenal wilayah tersebut. Tapi karena penyertaan dari Tuhan dalam perjalanan yang panjang dan menginap di kampung yang belum mereka kenal, dapat dilalui. Walaupun tempat mereka belum disediakan di Pematang Raya, tetapi mereka tiba dengan selamat dan dapat melakukan kebaktian minggu perdana pada tanggal 6 September 1903. Semuanya itu adalah bukti penyertaan Tuhan dan cara Tuhan untuk “mengarahkan” iman percaya dan “telinga” orang Simalungun kepada Firman Tuhan.

Seperti pesan yang disampaikan oleh ayat harian ini, nabi Yesaya mengingatkan kita akan dua hal yang menarik yang perlu diperhatikan, yaitu kata “perhatikanlah suara-Ku” dan “pasanglah telinga kepada-Ku.” Dalam konteks yang lebih besar pada pasal 51, terdapat seruan yang meminta umat penerima titah nabi ini untuk memberikan perhatian, “dengarkanlah Aku” (Yesaya 51:1, 4 dan 7). Pertanyaannya, mengapa nabi memberikan tekanan pada frasa kata “dengarkanlah Aku”? Ayat ini menunjukkan akan adanya sebuah persoalan serius yang terjadi dengan umat Israel. Di perikop yang lain nabi Yesaya mengatakan bahwa Israel adalah umat yang “tidak memperhatikan” apa yang menjadi perintah Tuhan. Secara fisik mereka bertelinga, tetapi parahnya “tidak mendengar” (Yesaya 42:20) Firman Tuhan yang sampai kepada mereka; dan ternyata bahwa “mendengar” adalah persoalan serius yang dihadapi umat Tuhan.

Persoalan “mendengar” dewasa ini juga melanda kehidupan kita. Sebagian dari kita lebih suka berbicara daripada mendengar. Kalaupun ada yang lebih suka “mendengar,” ternyata yang ingin didengarkan hanyalah apa yang memuaskan keinginannya, terlepas dari apakah yang didengar itu adalah sesuatu yang benar ataupun tidak. Apa yang menyenangkan diri, itu yang didengar; apa yang membuat dia puas, itu yang didengar; apa yang membuat diakui keberadaannya, itu yang pasti akan didengar.

Ayat harian ini mengingatkan agar kiranya “pasanglah telinga” dan “dengarkanlah pengajaran Tuhan.” Mari, pertama-tama mendengar suara dan pengajaran Tuhan, karena itulah yang menuntun kita ke dalam kebenaran akan hukum-hukumNya. Mendengar suara Tuhan akan membawa terang bagi kehidupan kita. Pengalaman daripada para leluhur kita akan memasang telinga kepada Firman Tuhan dalam perjalanan sejarah penginjilan di Simalungun telah membuktikan bahwa terang keselamatan itu membuka iman dan wawasan kehidupan yang lebih luas. Kiranya semangat yang sama terus kita lakukan dan utamakan dalam hidup kita. Mari memberi perhatian utama kepada Firman Tuhan, memasang telinga kepada kehendak Tuhan, sehingga pengajaran dan kehendak Tuhan semakin nyata dan terang Tuhan semakin bersinar. Amin.

 

5. Mandoding Kidung Jemaat No. 424:1+4
Yesus menginginkan daku bersinar bagiNya,
di mana pun ‘ku berada, ‘ku mengenangkanNya.
Bersinar, bersinar; itulah kehendak Yesus;
bersinar, bersinar, aku bersinar terus.

Akupun ingin bersinar dan melayaniNya,
hingga di sorga ‘ku hidup senang bersamaNya.
Bersinar, bersinar; itulah kehendak Yesus;
bersinar, bersinar, aku bersinar terus.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS