Minggu 14 Set. Trinitatis, 10 September 2023

Nats                 : 2 Raja-Raja 20: 1-11

Usulan Lagu    : Tuhanlah Kekuatan dan Mazmurku

Tema               : Tuhan Sumber Kesembuhan

Tujuan             : Agar pemuda mengimani bahwa kesembuhan itu bersumber dari Tuhan.

 

Sakit dan disembuhkan

Menurut World Health Organization, kesehatan atau kesembuhan adalah keadaan status sehat secara utuh secara fisik, mental rohani dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Sehat dikatakan sebagai orang yang tidak mengalami gangguan atau kesakitan. Menderita sakit atau mengalami penderitaan tubuh yang disebabkan oleh penyakit itu bukanlah kehendak Tuhan, karena Dia tidak senang melihat umat-Nya menderita, sama halnya ketika Ia melihat umat-Nya hidup dalam dosa. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus rela menanggung segala dosa dan penyakit kita, melalui kematian-Nya di bukit Golgota. Tertulis, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh (1 Petrus 2:24). Darah Kristus telah menyucikan segala dosa kita dan bilur-Nya menyembuhkan segala penyakit kita. Hal ini menunjukkan bahwa dari pihak Tuhan, memang sudah pasti Tuhan merancangkan kesembuhan bagi kita dan harga untuk penebusan penyakit kita, sudah dibayar oleh-Nya di Kalvari. Tuhan Yesus telah menggenapkan keselamatan dengan sempurna, karena Ia sudah bangkit dengan kemenangan yang gilang-gemilang, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya, beroleh keselamatan, termasuk di dalam kesembuhan dan kesehatan.

Dalam nats ini ketika Hizkia mendengar dari Yesaya bahwa ia tidak akan sembuh dan akan meninggal, maka “menangislah Hizkia”. Dalam doanya, Hizkia hanya mengingatkan Tuhan, bahwa ia telah berlaku setia kepada-Nya, percaya, bersandar, serta taat pada firman-Nya (Ay. 3). Mendengar doa dan tangisan Hizkia, Tuhan pun berbelas kasihan dan memperpanjang umur Hizkia 15 tahun lagi. Tuhan mengabulkan doa permohonan Hizkia bukan semata-mata karena hal-hal baik yang telah ia lakukan melainkan karena kasih setia-Nya (Ay. 6). Hizkia mendapatkan peneguhan akan jawaban Tuhan melalui suatu tanda yang menarik, yaitu waktu yang dimundurkan sepuluh tapak (Ay. 11).  Walaupun demikian Hizkia harus tetap beriman, setelah mendengarkan pemberitaan Yesaya, Hizkia bertanya apa yang akan menjadi tanda. Pertanyaan ini mengungkapkan iman dan bukan keraguan.

Untuk itu kita perlu meneladani bagaimana Hizkia berdoa ketika dia sakit keras dan hampir mati. Dia tidak merasa mempunyai hak untuk mendapatkan pahala dari kehidupan salehnya atau bahkan dari doanya. Namun orang saleh seperti Hizkia mempunyai hak untuk memohon anugerah Allah. Kalau pun dia akhirnya disembuhkan oleh Allah, ini tidak berarti bahwa Hizkia juga mempunyai hak secara otomatis untuk mendapatkan kesembuhan atau pun berkat Allah lainnya. Kata “Aku akan” menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. Kesembuhan yang dialami oleh Hizkia bergantung kepada “Aku akan” bukannya aku ingin atau aku butuh. Hizkia dan pahlawan iman lainnya yang ada di dalam Alkitab memahami hal ini dan tidak lancang terhadap anugerah Allah. Sebagai pemuda yang beriman kita harus lebih banyak bersyukur atas kesehatan dan keselamatan yang diberikan Tuhan kepada kita setiap hari. Dan jika kita jatuh kepada keterpurukan atau sakit-penyakit kita sebagai pemuda juga harus mengimani bahwa kesembuhan bersumber hanya dari Tuhan. Jika kita percaya bahwa Tuhan adalah dokter dari segala dokter yang dapat menyembuhkan. Maka jelaslah bahwa kesembuhan dari Kristus itu termasuk dalam karya penebusan-Nya, dan kesembuhan itu disediakan bagi semua orang yang datang kepada-Nya.