
1. Mandoding Haleluya No. 107:1-2
Irikkon nasiam ma Au, nai hatani Tuhanta
Sai parnalang ma dirimu, hatangku malah harga
Sai mambur bahenlah ganup, parlahoumin na so talup
Au do palihar dalanmin, na dompak hagoluhan;
Ai seng be kahou langkahmin, daoh pakon hamagouan.
Au parhiteian na bujur, bai hasonangan na botul!
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Johannes 7:18
“Barang ise na mangkatahon humbani dirini sandiri, sangapni do na pinindahanni. Tapi na mangindahi sangap ni na marsuruh-Si, in do parsintong, seng dong na geduk ibagas dirini.”
“Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
dalam perkembangan istilah zaman sekarang, kita sering mendengar kata pencitraan. Pencitraan adalah suatu usaha menonjolkan citra diri yang baik kepada publik. Tetapi dalam percakapan di masyarakat, kesan pencitraan ini sendiri biasanya terkesan buruk karena banyak yang kemudian mempraktikkannya dengan kebohongan dan berlebihan. Pencitraan juga akan menjadi salah jika ada orang yang kemudian melakukan pencitraan palsu dengan cara menampilkan sesuatu yang sama sekali berbeda dari berbagai kondisi aslinya. Pencitraan dapat dikatakan sebagai pembuktian atas kualitas diri yang sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya akan lebih baik jika dilakukan secara konsisten, serta dalam jangka waktu yang lebih panjang. Kemungkinan kita pernah menjumpai orang dengan pencitraan yang sangat percaya diri. Berkata-kata tentang sesuatu yang baik tetapi mengarahkan pendengarnya pada pujian atas dirinya. Ya, banyak sekali kita menjumpai pencitraan-pencitraan demikian, apalagi jika suasana/musimnya sudah menjelang pemilihan anggota legislatif, pemilihan Presiden, pemilihan Pangulu Nagori (Kepala Desa), pemilihan pemimpin di daerah, di pemerintahan, atau bahkan di gereja kita sendiri.
Ketika kita membaca teks ini tampak bahwa Kristus sendiri yang adalah Pribadi yang rendah hati, namun dapat melakukan banyak hal mustahil dan bukan untuk melakukan pencitraan. Ia sendiri berkata bahwa dirinya tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri, sebab Ia tidak mencari hormat untuk diri-Nya sendiri (Yohanes 7:18). Jadi perlulah kita menilai bahwa di sini ditunjukkan beberapa ciri-ciri dari seorang penipu, yaitu ia mencari hormat untuk dirinya sendiri dan berkata-kata dari dirinya sendiri, seperti yang diperbuat oleh banyak nabi-nabi palsu. Mereka berdusta karena mereka dapat berkata-kata tanpa adanya pengutusan dari Allah. Dalam pelayanan dan interaksi yang dialami Tuhan Yesus, kita dapat membaca dalam kitab Injil tentang orang-orang yang munafik dan cenderung mencari hormat bagi dirinya sendiri. Dan dengan jelas juga, Tuhan Yesus sangat mengecam dan menentang sikap yang demikian.
Apabila ada orang yang selalu berkata-kata tentang dirinya dan pencapaiannya dan tidak lagi berbicara dalam kuasa Allah dan kemuliaan Allah, maka orang yang demikian telah membuktikan dirinya tidak diutus oleh Allah. Ini ciri yang Tuhan Yesus sampaikan kepada kita bahwa barang siapa yang mencari hormat bagi dirinya sendiri, ia tidak diutus Allah. Tetapi barang siapa yang mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, jelaslah bahwa ia benar. Yohanes Pembaptis telah membuktikan hal ini dalam pelayanannya. Dalam pelayanan dan citra diri yang ada padanya, ia mempunyai kesempatan untuk menunjukkan betapa hebat dan besar pelayanan yang dilakukannya. Tetapi ketika orang banyak meminta ia bersaksi tentang pelayanan tersebut, Yohanes Pembaptis berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Oleh karena itu, hendaklah kita selalu rendah hati dalam pelayanan kita agar kita tidak mencari hormat untuk diri sendiri tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Amin.
5. Mandoding Kidung Jemaat No. 376:1
Ikut dikau saja, Tuhan, jalan damai bagiku;
Aku s’lamat dan sentosa hanya oleh darahMu.
Aku ingin ikut Dikau dan mengabdi padaMu:
Dalam Dikau, Jurus’lamat, ‘ku bahagia penuh!
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS