
Bahan PA Seksi Namaposo Minggu 24 September 2023 (16 Set. Trinitatis)
Nas : Yehezkiel 18: 1-9
Usul doding/lagu : “Hidup ini adalah kesempatan”
Tema : Setiap orang bertanggungjawab atas dirinya
Tujuan : Agar pemuda memakai tiap kesempatan dalam hidupnya untuk melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan.
Berani Berbuat Berani Bertanggung jawab
“Berani berbuat berani bertanggung jawab” suatu kalimat yang tidak asing lagi di telinga kita. Kalimat yang mengingatkan seseorang agar berhati-hati dalam berbuat suatu hal. Setiap hal yang kita lakukan pasti memiliki dampak positif dan negatif dikemudian hari. Sikap baik akan beroleh yang baik dikemudian hari dan begitu sebaliknya sikap yang tidak baik pula akan beroleh yang tidak baik dikemudian hari. Tidak ada seorang pun di dalam dunia yang bisa mempertanggungjawabkan perbuatan kita kecuali diri kita sendiri. Kita yang berbuat dan bertindak maka kita pula yang akan menerima upah atas perbuatan kita entah itu perbuatan baik maupun perbuatan jahat. Analogi “Tabur tuai” sudah menjadi hal yang umum dalam perbincangan kita sehari-hari tapi masih di angka rendah dalam pengaplikasiannya. Kita tahu pasti seperti apa perbuatan baik secara teori namun enggan untuk menyatakannya. Kita sering mengharapkan hal baik dan perlakuan baik dalam hidup kita tapi kita enggan dan nyaris sukar dalam melakukannya. Bukankah menabur dulu baru menuai?
Bicara tentang tabur tuai itu pula bukan mengarah untuk berbuat baik dan berharap bahwa perbuatan baik itu akan terbalaskan. Tabur tuai ini pula sering dipahami dengan makna yang salah, makna yang mengarah ke berlomba-lomba untuk berbuat baik agar perbuatannya dibalas dan cenderung ke kata pamrih/mengharapkan balas budi. Padahal sejatinya perbuatan baik itu harus dilaksanakan dan diupayakan dengan keikhlasan hati.
Saudari/i yang terkasih dalam nama Kristus Yesus dalam perikop ini kita bisa melihat apologenetik Yehezkiel atas opini yang dilontarkan oleh teman-teman sebayanya. Teman-temannya mengemukakan bahwa mereka sedang dihukum karena dosa-dosa dari generasi-generasi terdahulu. Yehezkiel menegaskan bahwa Allah tidak bekerja demikian, melainkan Allah mengganggap tiap orang bertanggung jawab atas setiap perbuatannya dan membalaskan setimpal dengan perbuatannya. Mengingatkan kita bahwa tabur tuai tetap berlaku di level ekonomi, kedudukan, dan ras mana pun kita berada. Setiap perbuatan baik kecil maupun besar harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah karena tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Allah tidak menganggap orang bertanggung jawab atas keadaan-keadaan di mana dia dilahirkan, tetapi hanya atas tindakannnya memanfaatkan keadaan-keadaan itu kemudian. Karena itu orang bebas untuk melepaskan masa lalunya, entah untuk perbuatan baik maupun perbuatan jahat. Sebagai wakil Allah, Yehezkiel menyatakan bahwa manusia secara perorangan tidak terlibat dalam dosa dan nasib nenek moyangnya.
Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya, termasuk atas perbuatannya dan dosanya. Orang yang berbuat dosa dialah yang harus mati. Anak tidak akan menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan menanggung kesalahan anaknya. Orang benar menerima berkat kebenarannya dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. Tidak ada seorang pun pantas berbuat sesuka hati dan melanggar ketetapan Allah, karena itu sebagai bunga-bunga Gereja seharusnyalah kita tunduk di hadapan Allah bahwa setiap kita harus bertanggung jawab atas perbuatan kita masing-masing. Jiwa kita adalah milik Tuhan karena itu kita harus memberi tanggung jawab kepada Tuhan atas penggunaan jiwa kita, demikian pula segala dosa dan kejahatan kita harus kita akui agar Tuhan memberikan pengampunan-Nya bagi kita. Karena itu milikilah rasa tanggung jawab yang benar agar kita mampu mempertanggung jawabkan jiwa dan dosa kita dihadapan Tuhan. Lakukanlah tanggung jawab itu dengan kesungguhan hati dan tanpa rasa pamrih. Amin Tuhan Yesus memberkati.