1. Mandoding Haleluya No. 302: 1

Puji hita Naibatanta, puji hita Anak-Niin,

Puji hita ge Tonduy-Ni Sitolu Sada do in

Haleluya, haleluya, Sitolu Sada do in

 

2. Tonggo/Doa

 

3. Ayat Harian: Podah 13:20

Marsaor pakon halak na pentar, parohkon hapentaran, tapi maseda do halak na marhasomankon halak na oto.

Siapa bergaul dengan orang yang bijak menjadi bijak, tetapi siapa yang berteman dengan orang bebal menjadi malang.

 

4. Renungan

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

manusia sebagai mahluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya. Karena sejatinya hakikat kemanusiaan seseorang, didapat saat manusia itu mampu berhubungan (relasi) dengan orang lain. Tentu hubungan yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain menentukan dan mempunyai peran dalam membentuk karakter orang tersebut. Hal itulah  yang menjadi alasan mengapa setiap orangtua mengharapkan agar anak-anaknya membangun pergaulan dengan orang yang tepat, yang membawa pengaruh yang positif untuk anaknya, dan yang tidak menjerumuskan anaknya kepada karakter yang negatif. Maka tidak mengherankan, sejak dini, orangtua selalu membentengi anaknya dengan ajaran bagaimana selayaknya bergaul yang baik dan benar.

Jemaat Tuhan,

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Salomo dalam nas kita hari ini. Bahwa pergaulan, interaksi, dan juga relasi sangat menentukan bagaiman kehidupan kita Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa “Kata bijak adalah kalimat atau perkataan yang memiliki satu kekuatan dari kecerdasan dan penilaian untuk suatu kebenaran selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir:  pandai bercakap-cakap; petah lidah; dan orang yang bijak akan menghasilkan sikap yang bijaksana, yaitu sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga memancarlah keadilan, keteladanan dan kebeningan hati. Sehingga setiap orang yang dengan tepat memilih orang yang bijak menjadi temannya bergaul, maka orang itu juga akan memeroleh sikap bijak, yang membawanya kepada sikap bijaksana.

Tetapi Salomo juga memberi nasihat, agar sikap yang tepat dalam menentukan pergaulan diperbandingkan dengan “orang bebal menjadi malang”. Bila kalimat sebelumnya Salomo menasihati untuk secara tepat dalam memilih pergaulan, maka pada poin ini, justru Salomo menganjurkan larangan dalam memilih pertemanan. Bagaimana yang seharusnya untuk dihindari dalam memilih pertemanan? Salomo menuliskan dalam nas kita, “siapa yang berteman dengan orang bebal menjadi malang”. Bagaimana  karakter orang bebal? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti bebal adalah sukar mengerti atau tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran). Sinonim bebal ini adalah bodoh. Bila diperbandingkan dengan maksud bebal dalam Alkitab, maka bebal adalah, penolakan yang bersifat jahat akan hikmat dan didikan Ilahi (bnd. Ams 1:7).  Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan adalah bahwa orang bebal adalah orang yang bodoh yang tidak tajam menanggapi, sukar mengerti, dan selalu memperlihatkan penolakan akan hikmat dan didikan Ilahi. Untuk seseorang yang memiliki karakter yang seperti ini, Salomo memberikan larangan untuk berteman dengannya. Energi negatif akan ditransfer kepada orang yang berteman dengan orang bebal, dan itu disebutkan adalah situasi “malang”  atau bernasib buruk.

Jemaat Tuhan,

melalui nas kita hari ini, Salomo mengharapkan kita untuk hati-hati dan jeli dalam mengambil keputusan terhadap kepada siapa kita bergaul dan berteman. Semestinya kita secara cerdas memilih orang yang tepat menjadi teman kita. Bahwa manusia harus bergaul dan berinteraksi dengan sesama itu adalah benar, tetapi perlu berhikmat dalam menentukan pergaulan itu, karena sejatinya dengan siapa kita  bergaul, maka itu akan berpartisipasi dalam membentuk karakter kita. Dan akhirnya, bahwa umat Kristen juga sangat diharapkan selektif dalam memilih teman bergaul, karena di luar kita sangat banyak faktor yang dapat membuat kita menolak perintah Tuhan, tetapi hal itu tidak akan terjadi pada kita, bila kita dengan tuntunan Roh-Nya mampu memilih yang tepat dan yang benar sebagai teman kita dalam bergaul. Selamat menjalin relasi yang benar, yang saling memotivasi, dan yang mendorong melakukan hal yang bijak. Amin.

 

5. Mandoding Haleluya No. 115: 1-3

Sadokah ho i tanoh on papintor uhurmin.

Padingat-dingat ma tongtong nidok ni Tuhanmin.
           

Sai songon hayu dear ho ramos parbuahniin.

Bulung ni pe tabun homa usihi ma sonin.
 

Buei do hadearon ni bah tubuh in tongtong

Pausih dirimin hujin baen uhurmin sintong

 

6. Tonggo Ham Bapanami/ Doa Bapa Kami

 

 

Departemen Persekutuan GKPS