Minggu 8 Oktober (18 Set. Trinitatis) 2023
Nats : Mazmur 133:1-3
Usul Lagu : Bahasa Kasih dan Persaudaraan Yang Rukun
Tema : Persaudaraan yang rukun
Tujuan :Agar pemuda memelihara kerukunan persaudaraan di tengah-tengah masyarakat heterogen
Kasih Persaudaraan
Kerukunan adalah dambaan setiap persekutuan, baik itu ditengah-tengah keluarga, pertemanan, di tengah-tengah hidup bersosial semuanya menginginkan kerukunan dalam hidupnya. Namun saat ini keadaan seperti itu emakin hari semakin langka bahkan cenderung mendapatkan tantangan besar. Damai dan rukun hilang dari lingkungan sosial masyarakat, keluarga atau sesama pemuda. Belakangan ini kehidupan tidak diwarnai sikap saling menghormati dan saling menghargai, bahkan sikap saling curiga, saling memfitnah semakain bertumbuh di zaman saat in. Gaya hidup modern membuat kasih manusia semakin menipis, sikap egois yang telah meracuni pola pikir masing-masing individu, ini merupakan penyebab utama keadaan seperti itu. Kehidupan semacam ini tidak saja menghancurkan persatuan dan kesatuan, tetapi semakin menjauhkan berkat Tuhan dalam kehidupan umat. Seperti contoh dalam alkitab dapat kita lihat Kain dan Habel karena “itu” dan “egois”. Oleh karena itu Daud menggambarkan, sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara-saudara diam dengan rukun (Maz. 133:1).
Kitab Mazmur 133 ini adalah pujian singkat yang menghargai tinggi persatuan dan kasih persaudaraan. Kitab ini ingin mengajak orang hidup bersama dalam damai. Raja Daud menulis surat ini ketika terjadi persatuan di antara suku-suku Israel sewaktu mereka semua berkumpul dan sepakat mengangkatnya menjadi raja. Mazmur ini mengungkapkan tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Yang ternyata dalam kehidupan pengalaman hidup beriman, umat Israel selaku umat Allah menyadari bahwa yang terbaik dan terindah adalah apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun. Pemazmur ini menyadari bahwa ada kebaikan dan keindahan untuk hidup dalam kerukunan. Ajakan hidup dengan rukun memerlukan sikap dan tindakan dalam satu komunitas yaitu tindakan baik untuk menciptakan kerukunan ditengah pergaulan untuk bersosialisi.
Pemazmur ini menggambarkan bagaimana persaudaraan yang rukun seperti pertama: seperti minyak yang baik di atas kepala. Minyak ini adalah minyak zaitun yang biasa di curahkan di atas kepala para imam atau raja pada saat mereka dinobatkan sebagai pelayan Tuhan (ay. 2) Harumnya semerbak, menyukakan dan menyenangkan. Kerukunan di rumah tangga, di gereja dan masyarakat akan membawa pengaruh kuat untuk menebarkan kesejukan, kesukaan dan bahkan kesenangan. Tidak ada yang tersakiti dan tidak saling menyakiti. Dan yang kedua, hidup rukun seperti embun digunung Hemron (ay. 3) . Ini menggambarkan bahwa kerukunan dapat menyegarkan, dan embun dipahami sebagai sebuah kelimpahan. Kedua hal tersebut akan mengalir kepada persekutuan yang diam bersama dengan rukun. Mereka akan memperoleh berkat kehidupan untuk selama-lamanya.
Rukun dapat diartikan sebagai baik dan damai/tidak bertengkar, ataupun bisa juga diartikan sebagai bersatu hati dan bersepakat dan itu jugalah wujud dari hidup rukun. Tetapi saat ini mengapa orang atau para pemuda sulit untuk hidup rukun?, alasannya adalah karena adanya sikap egois, mementingkan diri sendiri, kurang adanya sikap tolerani bahkan karena tidak tau juga mengelolah konflik. Untuk mengatasi hal itu kita harus memiliki sikap seperti sikap yang paling mendasar untuk menciptkan suatu kerukunan dengan melihat kepentingan bersama lebih utama dari kepentingan pribadi. Disini dibutuhkan rasa saling menghargai, memahami dan menghormati orang lain, dan sebagai seorang pemuda hendaknya meningkatkan sikap tolerani ditengah-tengah kehidupan saat ini sehingga dapat mencegah konflik ditengah-tengah pergaulan, bahkan ditengah-tengah kehidupan bermayarakat. Hubungan persaudaraan akan menjadi bukti bahwa manusia itu adalah makhluk sosial, yang membutuhkan orang lain dalam interaksinya, karena tidak ada kehidupan tanpa adanya interaksi.
Allah menyatakan melalui nas renungan kita bahwa Ia akan mencurahkan berkat-berkatnya kepada orang yang hidup dalam persekutuan yang rukun. Bagaimana supaya kita dapat hidup dalam persekutuan yang rukun? Apabila kita hidup saling menghargai. Benar! Kita seharusnya hidup saling menghargai. Walaupun kita berbeda-beda baik marga, asal daerah, kebiasaan adat, status sosial, yang pasti kita semua adalah sama-sama mahluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu kasih persaudaraan adalah kasih yang sangat menyenangkan Tuhan, sehingga dia akan selalu mencurahkan berkatnya yang melimpah. Hiduplah saling mengasihi dan rukun agar persekutuan, hubungan sesama pemuda bahkan hubungan bermasyarakat mengalami kelimpahan berkat dari Tuhan. Marilah kita lebih menghargai sesama kita manusia, terutama mereka yang ada di dekat kita sebagaimana Tuhan sudah menghargai kita dengan menebus kita melalui kematianNya di kayu Salib