Minggu 22 Oktober 2023 (20 Set. Trinitatis) 

Nats                 : 1 Raja-Raja 19:1-8

Usul Lagu       : Tuhan Pasti Sanggup

Tema               : Bertahan dalam menanti jawaban Tuhan

Tujuan             : Agar pemuda belajar tentang kondisi sulit yang dihadapi Elia, dan Tuhan  tetap melindungi dan memberikan kekuatan.

 

 

ADA TUHAN BESERTAMU

Tim Penulis

            Mungkin bagi kita, kisah nabi Elia sudah tidak jarang lagi kita dengar, nabi Elia adalah salah satu nabi yang dipakai oleh Tuhan secara luar biasa. Ia bahkan pernah berdoa supaya tidak hujan turun dan hujan pun tidak turun di bumi selama 3 tahun 6 bulan. Lalu ia berdoa lagi agar hujan turun dan hujan pun membasahi bumi (Yakobus 5:17-18). Tetapi setelah saudara/saudari membaca nats ini, timbul pertanyaan mengapa seorang nabi besar menjadi seorang yang rapuh, ingin mengakhiri hidupnya dan seperti tidak memiliki harapan dalam hidupnya?

Dalam 1 Raja-raja 19 ini, nabi Elia berada dalam keadaan letih, Ratu Izebel telah mengancam untuk membunuhnya (ay.1-2), setelah ia mengetahui bahwa Elia telah membunuh semua nabi baal (1 Raja-Raja 18:16-40). Elia begitu takut, sehingga ia lari dan memohon kepada Tuhan mengambil nyawanya (ay. 3-4). Kalau kita perhatikan secara seksama, nabi Elia saat itu telah kehilangan sikap iman. Dia mulai meragukan pertolongan Allah.  Bagaimana mungkin seorang nabi yang begitu diberkati dan dilindungi oleh Allah dengan cara yang luar biasa dapat kehilangan keyakinan iman saat dia diancam oleh seorang perempuan? Mengapa nabi Elia begitu lemah dan tidak percaya kepada penyertaan Allah? Selain itu mengapa nabi Elia harus meninggalkan tugas pelayanannya dengan memilih untuk melarikan diri ke padang gurun? Sehingga Allah bertanya kepada nabi Elia saat dia bersembunyi di padang gurun, yaitu: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (1 Raj. 19:9). Dalam konteks ini tidaklah keliru jikalau kita mengatakan bahwa nabi Elia saat itu tidak menjadi penurut dengan Allah. Dia melarikan diri dan meninggalkan tugas utama yang dipercayakan Allah kepadanya. Sebab nabi Elia waktu itu mengambil keputusan untuk bertindak mengikuti dorongan “psikologis” manusiawinya karena dia merasa terancam dan takut dibunuh. Tetapi sama sekali tidak terlihat sikap teologis atau iman yang ditampilkan oleh nabi Elia saat dia menghadapi ancaman dari ratu Izebel, misalnya nabi Elia tidak berdoa dahulu dan bertanya kepada Allah apa yang harus dia lakukan.

Ketakutan dan keputusasaan Elia menunjukkan bahwa ia mengalami krisis rohani yang sangat berat dan hebat, sehingga pengenalan dan imannya kepada Allah sebagai sumber dan pusat dari segala sesuatu menjadi berkurang. Krisis rohani membuat dia terputus dengan sumber segala kehidupan. Karena itu tidak heran jika kemudian ia ingin mati saja. Mengapa Elia sampai berkata seperti itu? Mulai dari ancaman Izebel hingga Elia ingin mati, tidak dikatakan bahwa firman Allah datang atasnya atau kuasa Allah berlaku atas Elia seperti pasal-pasal sebelumnya. Ini berarti Elia sudah melalaikan persekutuan pribadinya dengan Allah. Akibatnya fokus pikirannya ketika menghadapi ancaman itu bukanlah “Allah” namun “ancaman” itu. Ancaman itu dilihatnya semakin lama semakin besar. Namun Allah yang disembah Elia adalah Allah yang luar biasa. Elia mendapatkan ‘sedikit’ kekuatan ketika Allah menghampiri dan ‘melayani’nya. Allah yang penuh kasih, mengerti dan penuh perhatian

            Cara Allah memulihkan keadaan Nabi Elia mencerminkan cara memulihkan kondisi seorang yang sedang dalam keadaan putus asa dimana ada beberapa hal yang dilakukan Allah kepada Elia. Pertama, menyuruh Nabi Elia makan dan minum, serta tidur (19:5-6) untuk memulihkan kondisi fisiknya. Kedua, menyuruh Nabi Elia untuk bangun dan  melakukan perjalanan jauh selama empat puluh hari empat puluh malam untuk memulihkan kondisi emosinya (19:7-8). Bahkan jika kita baca dalam ayat selanjutnya Allah mengatur kembali pelayanan Nabi Elia dengan memerintahkan Nabi Elia untuk mengurapi orang-orang yang akan melanjutkan perjuangannya dan melaksanakan rencana Allah (19:15-16).

Dengan melihat teks yang dialami oleh Nabi Elia, bahwa dalam masa kesesakannya pun Tuhan selalu ada beserta dia, bahkan ketika nabi Elia tidak mengingat dan meminta pertolongan dari Tuhan, Tuhan tetap setia untuk melindungi dan mengasihinya, bahkan di tengah-tengah pergumulan yang dihadapi Nabi Elia dia merasa ketakutan yang menghampiri jiwanya karena hendak ingin dibunuh Tuhan tidak membiarkan dia merasa sendirian, Tuhan tetap menopang, menolong  dia dan mengasihinya di tengah-tengah penderitaan yang dia hadapi.

Oleh karena itu mungkin kita sebagai Namaposo sedang mengalami dan menghadapi persoalan, bahkan mungkin saat ini ada yang sedang merasakan pergumulan yang berat. Baik itu pergumulan tentang pekerjaan, pergumulan keluarga, pergumulan ekonomi ataupun yang sedang proses sekolah/perkuliahan, sakit penyakit, bahkan pergumulan yang sedang mencari pendamping hidup. Banyak hal yang membuat kita takut, banyak hal yang membuat kita sebagai Namaposo membuat kita khawatir dalam menjalani kehidupan ini. Rasa takut itu bisa saja ada dan selalu menghampiri sisi kehidupan kita, yang akhirnya mengancam bahkan menghilangkan pikiran dan kedamaian dalam sisi kehidupan seseorang, sehingga ketakutan itu menjadi penghalang dalam kehidupan kita tetapi pertolongan Tuhann, penopangan tangan Tuhan yang memberikan penguatan dan harapan bagi kita bahwa  jangan takut ada Tuhan beserta kita.