1. Mandoding Haleluya No. 138:1+3
Jahowa Naibatanta do, tarbaen batar-batarta.
Munsuhta ningon talu do, ibaen parlingodanta.
Ai anggo munsuh in, sibolis gorannin,
bajan do akalnin parseda jolma in, seng dong na pag mangkubu.
Gok pe habiar tanoh on, laho mandorab hita.
Ulang mabiar hita on, ai ningon monang hita.
Age manggila pe, sibolis banta bei,
seng habiaran be; Ai ‘ge sahata pe,
kuh do manaluhonsi.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Heber 6:19a
“Ia pangarapan in, ai ma songon sauh bani tonduyta, na totap anjaha na toguh,”
“Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita,”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
dalam perjalanan kehidupan ini, semua orang pasti pernah menghadapi beragam pergumulan hidup. Pergumulan itu bisa ada di dalam diri kita sendiri, di dalam keluarga kita, di dalam relasi kita dengan teman-teman atau teman sejawat dan relasi yang lainnya. Juga bisa datang dari masalah kesehatan, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Pergumulan itu kadang datang bertubi-tubi. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Firman Tuhan hari ingin meneguhkan kita bahwa pengharapan itu seperti sauh yang menjaga kapal, supaya tidak terguling dan tenggelam. Sauh atau jangkar adalah perangkat penambat kapal ke dasar perairan, di laut, sungai ataupun danau, sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan angin, arus, ataupun gelombang. Sauh dihubungkan dengan rantai yang terbuat dari besi ke kapal atau perahu. Sauh didesain sedemikian rupa, sehingga dapat tersangkut di dasar perairan dan biasanya dibuat dari bahan besi tuang. Sauh yang diturunkan ke dasar laut menggigit dasar laut. Penting sekali bahwa sauh beserta rantainya cukup berat untuk bisa tertancap di dasar laut dan tidak akan terlepas dari dasar laut.
Adalah sesuatu hal yang menarik ketika dalam nas ini diperbandingkan antara iman yang bergantung kepada firman Tuhan dengan sebuah sauh. Sesungguhnya, selama kita hidup di dunia ini kita tidak berdiri di tempat yang kokoh, melainkan kita terombang-ambing seperti di tengah lautan yang sangat bergelora. Dunia ini terus menerus memicu badai yang tak terhitung jumlahnya, yang terus-menerus mengancam untuk menenggelamkan kapal kehidupan kita jika kita tidak melemparkan sauh kita dengan kuat ke dasar lautan yang dalam. Karena di manapun kita berada, yang kita lihat adalah air dan ombak yang mengancam kita. Namun, seperti sauh yang dilemparkan ke dasar laut yang tak terlihat, sauh tersebut kokoh tertancap dan menjaga kapal kita yang terus-menerus diterpa ombak agar tidak terguling dan tenggelam. Demikianlah harapan kita yang ditancapkan pada Allah yang tak terlihat. Jika sauh ditancapkan di dasar lautan, tetapi harapan kita naik ke atas, melayang tinggi karena di dunia tidak ada yang bisa menjadi dasar pengharapan kita. Pengharapan kita seharusnya tidak melekat pada makhluk ciptaan melainkan bersandar hanya kepada Allah. Seperti tali yang kokoh yang menghubungkan sauh dengan kapal, demikianlah kebenaran Allah adalah ikatan yang menghubungkan kita dengan diri-Nya sendiri, sehingga seberapa kuat pun gelombang hidup yang datang menerpa kita, kekuatan Allah itu tidak akan putus dan kita menjadi terguling dan tenggelam karena Allah sendirilah yang telah mengikatkan jaminan keamanan itu bagi kita. Di sana jugalah letak pengharapan kita.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan,
jika kita bersatu dengan Allah, meskipun kita harus berjuang melawan badai yang terus-menerus, kita tetap aman dari bahaya karam. Allah menyatakan bahwa sauh itu pasti dan kokoh. Berbeda dengan sauh yang ada di dunia ini, yang ditancapkan oleh kekuatan manusia, sauh yang ditancapkan oleh Allah tidak akan bisa dicabut, talinya tidak akan putus atau kapalnya pun tidak akan hancur. Kekuatan manusia berbeda dengan kekuatan Allah, demikian juga harapan yang diberikan manusia berbeda dengan yang diberikan Allah. Pengharapan yang daripada Allah tidak pernah palsu dan lemah, dan pengharapan itu terus-menerus diteguhkan kepada kita melalui firman-Nya yang kita dengar. Jika dengan kekuatan kita sendiri atau oleh kekuatan dunia ini, maka kita tidak akan sanggup. Tidak ada tempat yang kuat dan aman di dunia ini. Di semua tempat bisa terjadi bahaya. Tancapkanlah pengharapanmu pada Tuhan karena hanya Tuhanlah tempat pengharapan yang kuat dan aman dan Tuhan selalu bersedia menjadi pengharapan kita. Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 442:1-2
Bai pardalanan ni goluhku, ningon do Jesus i lambungku.
Golap do tong huidah ‘ge siang ni ari,
anggo lang Jesus i lambungku manondangi.
Ai hataMu Tuhan, panondang na totap,
na manondangi uhur na golap.
Megah mardalan au, hinsah tunggung jagar,
ai Ham manogu au bai dalan na lihar.
Bai pardalanan ni goluhku, ningon do Jesus i lambungku.
Golap do tong huidah ‘ge siang ni ari,
anggo lang Jesus i lambungku manondangi.
‘Ge pe buei roh parmaraan, seng pala au be sai songgotan.
Lombang na bagas buntu-buntu hu dalani,
hubotoh Jesus do tongtong mangkasomani.
Ai hataMu Tuhan panondang na totap,
na manondangi uhur na golap.
Megah mardalan au, hinsah tunggung jagar,
ai Ham manogu au bai dalan na lihar.
‘Ge pe buei roh parmaraan, seng pala au be sai songgotan.
Lombang na bagas buntu-buntu hu dalani,
hubotoh Jesus do tongtong mangkasomani.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS