Ilustrasi gambar dikutip dari: https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-hal-yang-perlu-diketahui-tentang-self-image

PENGANTAR

Semua orangtua pasti menginginkan anaknya bertumbuh secara fisik, spiritual, kognitif dan afektif. Pertumbuhan citra diri anak juga sangat penting. Citra diri anak dapat menjadi negatif, akan tetapi dapat juga menjadi positif, tergantung pada faktor-faktor internal maupun eksternal. Persoalannya adalah untuk menumbuhkembangkan citra diri positif itu tidak otomatis berjalan begitu saja. Tetapi ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh orangtua agar terjadi pertumbuhan citra diri yang positif. Karena kalau tidak ditumbuhkembangkan maka bisa saja citra diri anak menjadi negatif. Namun sekiranya pun pada anak-anak di tengah-tengah keluarga Kristen sudah ada citra dirinya yang negatif, tidaklah untuk dihakimi. Adalah sangat penting orangtua memahami langkah-langkah menumbuhkan citra diri positif ini yang akan dipaparkan melalui surat/artikel pastoral ini.

Sejatinya, orangtua, baik itu ayah atau ibu, harus terlebih dahulu menyatakan citra diri positif. Namun demikian, menurut Harry Puspito terdapat tiga faKtor yang  memengaruhi seseorang membentuk citra dirinya. Pertama. tentu diri sendiri. Fisik dan psikologis seseorang, seperti intelektual, emosi, kemauan, dsb. memengaruhi pembentukan citra dirinya. Kedua, lingkungan sosial, khususnya orang tua, pada masa awal pertumbuhan seseorang akan sangat mempengaruhi dirinya. Ketika orang tua mendidik anak dengan kasih dan bijak, maka citra diri positif seseorang lebih mungkin terbentuk. Sedangkan faktor yang ketiga adalah lingkungan sosial lain seperti teman, guru, dan sebagainya  juga memiliki pengaruh yang kuat.

 

MENUMBUHKEMBANGKAN CITRA DIRI ANAK

Masih banyak orangtua belum memahami apa arti dari citra diri anak. Pengertian citra diri anak adalah pandangan atau gambaran yang dimiliki oleh anak tentang dirinya sendiri, baik secara fisik, mental, sosial, maupun spiritual. Citra diri anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman pribadi, umpan balik dari orang lain, lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta media massa. Citra diri anak sangat penting untuk perkembangan kepribadian, kesehatan mental, dan kesejahteraan anak.

Citra diri anak dapat bersifat positif atau negatif. Citra diri positif adalah ketika anak memiliki pandangan yang realistis, seimbang, dan menghargai tentang dirinya sendiri. Anak yang memiliki citra diri positif biasanya memiliki rasa percaya diri yang baik, lebih berprestasi, dan mampu menghargai kelebihan dirinya yang tidak terkait dengan penampilan luar. Citra diri negatif adalah ketika anak memiliki pandangan yang tidak realistis, tidak seimbang, dan merendahkan tentang dirinya sendiri. Anak yang memiliki citra diri negatif biasanya memiliki rasa percaya diri yang rendah, kurang berprestasi, dan cenderung mengkritik atau membandingkan dirinya dengan orang lain.

Untuk membantu anak memiliki citra diri yang positif, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua, guru, dan orang-orang terdekat lainnya, seperti:

  • Memberikan kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang tulus kepada anak.
  • Memberikan pujian, penghargaan, dan umpan balik yang positif kepada anak.
  • Menghormati dan menerima anak apa adanya tanpa memaksakan standar atau harapan yang tidak realistis.
  • Mendorong dan membimbing anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya.
  • Memberikan kesempatan dan kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan pendapat dan perasaannya.
  • Menjadi contoh atau teladan yang baik bagi anak dalam bersikap dan berperilaku.

Sedangkan menurut Devita Retno dari sudut psikologi, pengertian Citra diri adalah konsep yang dibentuk di dalam pikiran kita mengenai seperti apa kita sebagai seseorang manusia. Kita semua dapat menarik gambaran mental akan diri sendiri dan gambaran ini akan cenderung bertahan secara stabil seiring waktu, kecuali kita mengambil langkah-langkah pertimbangan untuk mengubahnya. Bagaimana kita memandang diri sendiri adalah menjadi hal yang benar-benar penting. Citra diri seseorang bisa menjadi tidak seimbang dan terdistorsi atau tidak sehat untuk banyak alasan.

Sebagai anak-anak, kita khususnya sensitif kepada penilaian yang diterima dari orang tua, figur autoritatif lain, orang yang memiliki kekuatan atau pengaruh atas diri kita, dan khususnya teman sebaya. Jika penilaian itu diberikan terlalu sering atau terlalu negatif, kita kemungkinan akan memiliki konsep diri yang lebih negatif.

Terdapat juga enam usaha atau langkah yang dapat dilakukan orangtua untuk mengembangkan rasa percaya diri dan citra diri positif pada anak:

  • Ciptakan rasa percaya diri dengan menunjukkan nilai mereka. Efesus 2:10 memberi kerangka dan dasar saat kita berusaha mengembangkan kepercayaan diri pada anak-anak kita. Tanamkanlah kepada anak-anak kita bahwa Tuhanlah yang telah menciptakan mereka menurut gambar-Nya. Katakan kepada mereka: ”Karena itulah kamu dapat melewati hubungan pribadi dengan Tuhan melalui Yesus”. Berdasarkan pada kitab Kejadian 1:27 katakan kepada anak-anak bahwa Tuhan telah menjadikan mereka untuk tujuan khusus. Tuhan mempunyai pekerjaan untuk mereka lakukan. Mereka adalah maha karya kreativitas Tuhan terunik di antara semua ciptaan.
  • Tunjukkanlah keunikan mereka. Dalam proses ini orangtua dapat memberi pujian kepada anak-anak saat mereka melakukan sesuatu dengan benar, tetapi berhati-hatilah agar pujian tidak menurun menjadi sanjungan kosong belaka. Sebaliknya orangtua dapat mencoba membuat komentar spesifik, akurat dan diterima berdasarkan fakta.
  • Bicarakan tentang kasih Tuhan. Marilah orangtua mengambil waktu senggang berbicara dengan anak-anak dengan menekankan gagasan kasih Tuhan tidak bersyarat. Tegaskan juga kepada mereka bahwa Tuhan mengasihi kita hanya karena Dia adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Sebagai orangtua dapat mengekspresikan cinta kasih Tuhan dengan memberitahukan mereka tetap didoakan dan dikasihi.
  • Berikan dosis realitas yang sehat. Sebagai orangtua agar mengarahkan perhatian anak-anak pada apa yang Alkitab katakan tentang realitas yang salah. Dalam surat Rasul Paulus kepada Roma dikatakan: “Jangan masing-masing kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari yang ia harus pikirkan.” (Roma 12:3). Kepada Jemaat Filipi, Paulus juga mengatakan “Janganlah masing-masing kamu hanya memandang kepentingan sendiri, tetapi juga kepada kepentingan orang lain” (Filipi 2:4). Ketika sesuai keadaannya, katakan sesuatu seperti: Kamu tidak lebih baik atau lebih buruk dari oranglain. Kamu hanyalah dirimu sendiri. Jadi jangan sembarangan membandingkan dirimu dengan orang Itu cara berbahaya untuk menemukan harga diri. Saat peluang muncul, doronglah anak untuk memerhatikan dan mengakui kekuatan dan kualitas positif orang lain. Dengan demikian mereka memahami bahwa tidak perlu memandang orang-orang itu sebagai ancaman dan bahwa dikasihi tidak tergantung pada menjadi nomor satu.
  • Menjadi contoh citra diri yang positif. Dalam langkah ini, orangtua harus berusaha untuk memiliki citra diri yang sehat. Karena anak-anak lebih cepat belajar dari melihat tindakan orangtua daripada mendengar perkataan mereka.
  • Bangun rasa percaya diri mereka melalui berkat. Praktik orangtua memberi berkat bagi anak-anaknya sudah dilaksanakan sejak zaman Alkitab. Dengan orangtua memberi berkat kepada anak-anak, di usia berapapun, itu dapat menjadi cara terbaik untuk menyatakan nilai mereka dan membuat mereka mengembangkan rasa percaya diri.

Dengan orangtua melakukan enam langkah di atas dapat membantu anak-anak bertumbuh dan menjadi dewasa dalam kehidupan dan hubungan dengan orang lain dan dalam pengalaman hidup dengan Tuhan.

 

PENUTUP

Orangtua memiliki peran utama dalam menumbuhkan citra diri positif anak-anak. Dalam rangka tanggung jawab tersebut orangtua perlu terlebih dahulu menunjukkan citra diri yang positif. Hal tersebut dapat berdampak pada anak-anak meniru dan menunjukkan citra diri positif. Kehidupan anak-anak pun akan bertumbuh menjadi dewasa dalam berelasi dengan sesama dan dengan Tuhan. Kita sebagai orangtua bisa memiliki citra diri yang positif. Karena Allah adalah Sang Pencipta dan Sang Kebenaran, hanya kasih karunia-Nya yang akan memampukan kita berubah (Filipi 2:13). Kita perlu membangun hubungan yang akrab dengan Dia agar kita mengerti kebenaran tentang diri kita. Kasih karunia-Nya menolong kita ‘memilih’ berubah dan memiliki citra diri yang lebih positif. Kunci sesungguhnya adalah relasi kita orangtua dan anak-anak kita dengan Tuhan.

 

Pdt. Fraimen J. Purba, M.Th

 

DAFTAR PUSTAKA