PA Namapso, 12 November 2023 (23 Set.Trinitas)
Nats : Roma 13: 8-14
Usulan lagu : Mengasihi Lebih Sungguh/ Bahasa Cinta
Tema : Saling Mengasihi
Tujuan : Agar pemuda benar-benar merefleksikan dalam hidupnya bahwa kasih adalah kegenapan seluruh hukum taurat, dan kasih tidak melakukan kejahatan.
HIDUP DALAM KASIH
Tim Penulis
Taurat berasal dari kata Ibrani: torah artinya pengajaran oleh Allah. Hukum atau peraturan Tuhan ini harus dijalankan oleh umat Tuhan. Pada bagian ini Paulus berbicara mengenai hukum taurat, yang mana hukum taurat ada kasih, memiliki hubungan satu dengan yang lain. Dikatakan bahwa orang yang sudah memenuhi hukum taurat adalah orang yang mengasihi sesamanya manusia, artinya jikalau seseorang tidak memiliki kasih maka orang tersebut belum memenuhi hukum taurat. Jika kasih itu tulus maka akan diterima sebagai pemenuhan hukum taurat.
Kasih dan hukum taurat keduanya berkaitan erat. Kasih adalah sifat Allah, dan hukum Taurat adalah ungkapan sifat Allah. Karena itu semua perintah dan larangan dalam “dasa titah” maupun perintah lainnya dalam Perjanjian Lama, berintikan kasih. Itu adalah kasih Allah, yang bila kita taati akan membuat kita tetap dalam kasih dan damai sejahtera-Nya. Ketaatan kita pun intinya haruslah karena kasih Allah dalam Kristus dan demi kasih kita kepada Allah; sebab kita baru dapat menaati Allah sesudah kita menerima kasih Kristus yang membuat kita mengenal Allah. Di dalam menaati hukum Allahlah kita memenuhi sifat sosial kita. Hakikat Hukum Taurat adalah kasih. Iman Kristen tidak memisahkan kasih dan kekudusan.
Kasih yang Tuhan tuntut kita lakukan adalah kasih yang dinyatakan oleh Tuhan sendiri melalui firman-Nya. Kasih ini bukanlah kasih dari dunia ini. Mengapa demikian? Karena dunia ini tidak mengenal kasih Allah. Kalau dunia ini tidak mengenal kasih Allah, maka itu berarti dunia ini harus mengandalkan diri sendiri untuk mengasihi. Tetapi manusia tidak diciptakan untuk menjadi sumber kasih. Apalagi setelah jatuh ke dalam dosa. Manusia tidak mampu mengasihi sebagaimana Tuhan inginkan.
Dunia ini tidak sanggup menjadi sumber kasih. Selain karena terbatas dan tidak sempurna, manusia sudah jatuh di dalam dosa dan tidak lagi mampu dengan tulus memberikan kasih sebagaimana Tuhan Yesus telah mengasihi. Maka kita menjadi berhutang kasih dan membayar hutang itu sebagai saluran kasih. Kasih yang bersumber dari Allah yang kita bagikan kepada orang lain. Ini adalah hal yang menjadi pembeda antara kasih dunia ini dengan kasih yang diajarkan dalam kitab Suci/firman Allah.
Dalam kitab Roma 13:8-14 ini Paulus secara tegas mengatakan bahwa kasih adalah kegenapann hukum taurat. Dengan demikian orang yang telah melakukan perbuatan kasih, telah menunjukkan sifat dan perbuatan yang sudah ditentukan oleh taurat. Oleh karena itu perlu disadari bahwa taurat bukan sebagai aturan yang kaku dan berat. Sebuah perubahan kehidupan dimulai dari perubahan cara pandang. Ketika kita hidup baru di dalam Tuhan, kita masuk ke dalam kehidupan yang berbeda dari dunia. Kehidupan kekristenan mengajak kita untuk memikirkan ulang hidup dalam kasih sebagai sebuah gaya hidup. Mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Hidup dalam kasih adalah perintah Tuhan Yesus kepada kita (lih. Mat. 22:37, 39). Kasih merupakan perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia yang ditunjukkan melalui perbuatan kita kepada orang lain.
Salah satu bentuk mengasihi sesama tercermin dari tindakan tidak berhutang apa-apa kepada siapa pun (8). Tampaknya, dari zaman ke zaman telah terbukti bahwa hutang telah membuat banyak orang hidup dalam konflik. Ketika konflik terjadi, relasi manusia pun jadi tidak sehat, bahkan cenderung rusak. Hidup baru dalam Kristus mengajak kita untuk membangun ulang sebuah kesadaran akan kehidupan penuh syukur sehingga tak terjerat oleh keinginan yang melampaui kemampuan. Keinginan yang tak terkontrol telah merusak sebagian besar orang sehingga hidup mereka menjadi tak terkendali, jatuh ke dalam dosa. Paulus menasihatkan jemaat di Roma agar menanggalkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup dalam kegelapan seperti berzinah, mencuri, mengingini milik sesama, membunuh (ay. 9), berbuat jahat (ay. 10), percabulan, hawa nafsu, perselisihan, dan iri hati (ay.13). Saat seseorang hidup dalam dosa, sebenarnya ia sedang mengalami krisis kasih hingga ia sulit mengasihi sesamanya.
Ada dua hal yang dikatakan dalam hal ini, kita mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri (9). Seberapa jauh seseorang dapat mengasihi dirinya, sejauh itulah kemampuannya mengasihi orang lain. Kasih tidak mementingkan diri sendiri, tetapi mempedulikan orang lain. Jika kita mengharapkan hal baik terjadi atas hidup kita, demikianlah seharusnya kita bersikap terhadap sesama kita. Kedua, mengapa kasih merupakan kegenapan dari hukum taurat? Karena kasih tidak akan melakukan hal yang jahat terhadap sesama (ay. 10). Hukum Taurat menentang segala kejahatan yang mencederai hubungan manusia dengan Tuhan dan dengan manusia lainnya. Mengasihi orang lain berarti tidak mencelakai sesama, sebaliknya mendemonstrasikan kekudusan sebagai lawan dari segala tindak kejahatan.
Paulus menegaskan kepada kita bahwa hanya ada dua kemungkinan hidup: malam dan siang (kegelapan dan terang). Kita harus menanggalkan perilaku malam, yaitu kemabukan, pesta pora, dosa seksual, perselisihan, iri hati, dan kedagingan lainnya. Kita harus mengenakan Yesus (hidup dalam terang), yaitu hidup sopan dan kudus. Kata “menanggalkan” dan “mengenakan” menunjukkan bahwa orang Kristen tidak dapat hidup di dalam daerah yang abu-abu. Orang Kristen harus menanggalkan kegelapan dan hidup dalam terang. Kasih dalam iman Kristen tidak membawa manusia kompromi dengan dosa. Kasih sejati berjalan bersama kekudusan.
Kristus hadir ke dalam dunia menebus manusia dari dosanya melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Terang Kristus menyinari kegelapan. Kasih-Nya melimpahi setiap orang berdosa agar mereka dapat kembali hidup melimpah dengan kasih. Panggilan hidup dalam kasih hanya dimungkinkan jika kita hidup dalam terang Kristus. Hidup dalam terang dimulai dengan menemukan kembali kesadaran diri. Perubahan status dari gelap menjadi terang membuat kita memiliki identitas yang baru. Kita sudah hidup dalam hidup yang baru dimana Kristus memerintah. Sudah saatnya kita “bangun” dari “tidur”, meninggalkan hidup lama. Kita akan dimampukan bukan saja untuk mengasihi, tetapi bertumbuh dalam kasih. Terlebih di zaman saat ini dunia semakin berkembang dan itu juga mempengaruhi kasih manusia kepada Tuhan dan kepada sesamanya, keegoisan di tengah-tengah pemuda, keinginan hawa nafsu yang tidak terkontrol, hidup dalam kegelapan, tidak bijak di dalam mengikuti perkembangan zaman yang membuat kurangnya kasih itu, kurangnya tindakan kasih di dalam kehidupannya. Melalui kitab ini kita diingatkan mari untuk tetap saling mengasihi baik kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Mari menggenapi hukum taurat di dalam hidup melalui tindakan yang nyata dan mari meninggalkan perbuatan yang tidak baik (perbuatan-perbuatan kegelapan). Itulah fokus utama panggilan kita sebagai respons terhadap kasih Allah.