Pada hari Kamis (17/11), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)-melalui Biro Penelitian Pengembangan GKPS (Litbang) melaksanakan Semiloka Nasional dalam rangka pembekalan dan melaksanakan ibadah pengutusan bagi kader-warga GKPS yang mencalonkan diri menuju badan legislatif, dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Tempat dilaksanakannya kegiatan ini adalah di Balei Bolon GKPS dan dilangsungkan juga secara daring melalui aplikasi zoom meeting bagi mereka yang tidak dapat hadir secara langsung ke Balei Bolon GKPS. Kegiatan semiloka ini dihadiri 36 warga GKPS (31 secara luring dan 5 secara daring) dari 116 jumlah warga GKPS yang terdata menjadi calon legislatif.

Proses pengambilan data ini adalah melalui pertemuan zoom meeting yang difasilitasi oleh Biro Litbang GKPS dengan mengundang Pimpinan Majelis Jemaat (PMJ), Pendeta Resort, dan Praeses dari setiap lingkup persekutuan GKPS. Kegiatan pendataan tersebut dilaksanakan pada 17 September 2023 untuk lingkup distrik I, II, dan IX; pada 19 September 2023 untuk lingkup distrik III, X, XI, dan XII; pada 21 September untuk lingkup distrik IV, V, dan VIII; dan pada 24 September 2023 untuk lingkup distrik VI dan VII.

 Pembicara dalam semiloka hari ini adalah Pdt. Dr. Paul Ulrich Munthe selaku Sekjend GKPS (sesi 1) dan Pdt. Jacklevyn F. Manuputty selaku Sekum PGI (sesi 2) dan dimoderatori oleh Pdt. Parulihan Sipayung. Pdt. Paul, dalam sesinya, memperjelas identitas dan posisi setiap warga GKPS dalam pemahaman organisatoris GKPS. Dengan mengacu pada Tata Gereja GKPS 2022 bagian Pembukaan alinea 9, bahwa warga GKPS dipanggil dan diutus Allah untuk melaksanakan misi GKPS dalam kerangka misi Allah. Lebih lanjut ditegaskan, untuk melaksanakan misi tersebut, Allah mengaruniakan kepada semua warga GKPS berbagai karunia Roh untuk melaksanakan pelayanan misional mereka baik secara pribadi maupun secara kolektif.

GKPS sebagai organisasi menyadari akan identitasnya secara hakiki adalah persekutuan Ilahi dan di dalam konteks keberadaannya peka terhadap realitas sosial-politik. Kegiatan inilah yang menjadi wujud komitmen GKPS untuk menciptakan pemimpin berkarakter Kristus yang hadir memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Hal ini yang menjadi penegasan lain dari Pdt. Paul, sebab GKPS menarasikannya secara serius dalam tata gerejanya pada bagian Pembukaan, alinea 8 “Dalam rangka mengaktualisasikan dirinya, GKPS terus menerus membarui diri dengan membangun kesetiakawanan, menumbuhkan kepedulian sosial, membangun ekonomi berbasis Injil, meningkatkan semangat gotong royong, menumbuh kembangkan cinta kasih kepada sesama, menegakkan keadilan, serta memperjuangkan perdamaian dan keutuhan ciptaan.”

Sesi kedua dilanjutkan oleh Pdt. Jacklevyn F. Manuputty. Pdt. Jacklevin, dalam sesinya, menegaskan bahwa gereja tidak boleh alergi terhadap politik. Menurutnya, sejak awal kekristenan sudah hidup berdampingan dengan politik. Yesus dalam kisah hidup-Nya melakukan perlawanan terhadap pemerintahan-kekuasaan yang melakukan ketidakadilan bahkan tindak diskriminasi. Yesus menunjukkan perlawanannya dengan cara nir-kekerasan. Oleh sebab itu, gereja dan warganya diharapkan dapat meneladani Yesus dalam berpartisipasi di dunia politik, sebagai wujud inkarnasional. Oleh sebab itu, Pdt. Jacklevyn mengapresiasi kegiatan semiloka ini untuk membekali dan mengutus para warganya yang terjun ke dunia politik. Berdasarkan realitas yang ada, Pdt. Jacklevyn melihat banyaknya oknum di dunia politik setelah setahun mendapat jabatan, yang tadinya anak Tuhan berubah menjadi anak hantu, tegasnya. Oleh sebab itu, diperlukannya pembekalan sebelum terjun dan perlunya pendampingan dalam masa kepemimpinan-jabatannya.

Setelah kegiatan semiloka, kegiatan dilanjutkan dengan ibadah pengutusan. Selain mempersiapkan warga dalam hal pemahaman-pengetahuan, GKPS juga mempersiapkan setiap warganya dalam hal spiritualitas. Yang menjadi petugas ibadah: Pembawa Pujian, Pdt. John Christian Saragih; Pengkhotbah, Pdt. Posma Purba; Pemusik, Tim PPLMG yang dikoordinatori Pdt. Ito Belihar Purba. Di dalam keberlangsungan ibadah, momen pengutusan dilakukan dengan mengundang setiap calon legislatif yang hadir ke depan altar. Kemudian setiap pendeta yang diundang hadir dalam ibadah tersebut membaca nas pengutusan dan diakhiri dengan Doa Pengutusan, sambil pendeta melakukan penumpangan tangan. Praksis lain dalam kegiatan tersebut yang dilakukan oleh GKPS sebagai penghayatan akan nilai budaya lokalnya (baca: Simalungun) adalah dengan memberikan batu demban paingkathon kepada setiap calon dan manurdukhon dayok nabinatur kepada pembicara semiloka, fulltimer GKPS, dan kepada setiap yang mewakili caleg untuk DPRD Kabupaten, DPRD Kota, DPRD Provinsi, dan DPR RI.

Demikianlah kegiatan ini dilangsungkan untuk memberikan bekal pemahaman kepada setiap calon legislatif-warga GKPS, sekaligus memperlengkapi spiritualitas dan mengutus mereka untuk menjalankan tugas pengutusannya menjalankan misi GKPS dalam kerangka misi Allah.

 

Vik. Pdt. Bob Riyantho Purba, S.Si. (Teol.)