1. Mandoding “S’mua Baik”
Dari semula, t’lah Kau tetapkan,
hidupku dalam tangan-Mu dalam rencana-Mu Tuhan.
Rencana indah, t’lah Kau siapkan, bagi masa depanku yang penuh harapan.
S’mua baik, s’mua baik, apa yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku.
S’mua baik, sungguh teramat baik, Kau jadikan hidupku berarti.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: Podah 10:11
“Bah hagoluhan do pamangan ni halak parpintor, tapi gok hagedukon do pamangan ni halak parjahat.”
“Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
jargon “mulutmu adalah harimaumu,” adalah sebuah ungkapan yang memiliki makna, bahwa semestinya setiap orang mempunyai kehati-hatian dalam mempergunakan mulutnya. Sebagai organ tubuh yang memiliki fungsi tertentu, kita mengetahui bersama bahwa fungsi utama mulut adalah mengeluarkan kata-kata. Tidak menjadi sebuah masalah, apabila kata-kata yang keluar adalah kata-kata yang membawa aura atau energi positif bagi orang yang mendengar, tetapi akan menjadi masalah jika ternyata kata-kata yang keluar justru melemahkan orang lain, membuat setiap orang yang mendengar merasa tidak nyaman karenanya. Dan ketidaknyamanan ini berdampak bukan hanya kepada orang yang mendengar, tetapi juga kepada orang yang mengeluarkan kata-kata tersebut. Maka peribahasa “akibat mulut badan binasa,” mempunyai nilai kebenaran tertentu, karena penggunaan mulut yang tidak terkendali akan merusak orang tersebut, seperti harimau yang memangsa musuhnya.
Jemaat Tuhan,
agaknya hal itu yang ingin disampaikan oleh penulis Amsal, yaitu Salomo, bahwa ternyata sangat penting menjaga mulut dengan fungsinya sesuai dengan yang telah ditetapkan Allah pada manusia. Maka nas ini diawali dengan perbandingan antara mulut orang benar dengan mulut orang fasik. Setiap orang memiliki mulut, baik orang benar, maupun orang fasik; baik anak-anak, maupun dewasa. Hanya, bagaimana setiap orang mempergunakannya? Penulis Amsal menyebutkan bahwa mulut orang benar sumber kehidupan. Bahwa kalimat atau kata-kata yang keluar dari mulut orang benar adalah kata-kata yang membangun, yang tidak mengintimidasi, menyalahkan, atau bahkan menghakimi, sehingga setiap orang yang mendengar akan merasa terberkati, dan rasa terberkati itu akan membawa sukacita dalam kehidupannya, tetapi sebaliknya mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman, karena kata-kata yang keluar membangkitkan amarah, yang selalu dibungkus dengan kalimat yang indah, tetapi mempunyai maksud untuk menjatuhkan. Hal ini akan menjadi penyebab ketidaknyamanan bagi orang yang mendengar kata-kata dari orang fasik.
Jemaat Tuhan,
sebagai makhluk sosial, tentu kita akan tetap terinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam era digitalisasi hari ini, kita terhubung dengan setiap orang dari segala penjuru bumi melalui media sosial yang ada. Tanpa kita sadari, jari-jari kita saat ini menjadi representasi dari mulut kita untuk mengeluarkan kata-kata yang tertuang melalui tulisan-tulisan kita di media sosial. Lalu bagaimana kita merangkai kata-kata kita, tentu ini juga akan menjadi potret dari siapa kita sebenarnya. Apakah kita masuk dalam kategori orang benar yang memakai media sosial kita dengan bijak, merangkai kata dengan berhikmat, sehingga setiap orang yang membaca memperoleh sukacita, dan merasa terberkati? Atau sebaliknya, kita menggunakan media kita untuk mengintimidasi orang lain, memancing kemarahan orang lain, dan itu cerminan bahwa kita adalah orang-orang fasik. Tentu pilihan ada pada kita, tetapi saat Allah menciptakan kita baik adanya, seyogianya kita juga mempergunakan setiap ciptaan Allah itu baik adanya, sehingga benarlah bahwa hidup kita adalah hidup yang berdampak, bahkan kalimat yang keluar dari kita adalah kalimat yang mempunyai semangat untuk mengasihi. Amin.
5. Mandoding “Bahasa Kasih”
Andai kata kudermakan yang luhur mulia,
jika tanpa kasih cinta, hampa tak berguna.
Ajarilah kami bahasa kasih-Mu, agar kami dekat padaMu, ya Tuhanku.
Ajarilah kami bahasa kasih-Mu, agar kami dekat pada-Mu.
Kasih itu lemah lembut serta sederhana.
Kasih itu rendah hati sabar menderita.
Ajarilah kami bahasa kasih-Mu, agar kami dekat padaMu, ya Tuhanku.
Ajarilah kami bahasa kasih-Mu, agar kami dekat pada-Mu.
6. Tonggo Ham Bapanami/ Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS