Woman hands praying for blessing from god on sunset background

PA Namaposo, Minggu, 04 Februari 2024 (Sexagesima)

Nas                  : Kejadian 20: 1-7

Usul Doding   : Haleluya No. 115: 1-3 dan Hidup ini adalah kesempatan (Lagu Rohani)

Tema               : Melakukan segala sesuatu dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci

 

HIDUP DALAM KETULUSAN DAN KESUCIAN

Tim Penulis

Horas Namaposo….

Hasoman Namaposo!

Dalam dunia perfilman, ada sebuah perusahaan yang selalu menjadi pusat perhatian dengan produksi-produksi film tentang superhero. Yaps, nama perusahaan itu adalah Marvel. Marvel adalah sebuah perusahaan penerbitan komik Amerika yang dikenal dengan penciptaan sejumlah karakter superhero yang ikonik dan diangkat menjadi film. Mereka selalu menampilkan tokoh superhero yang selalu membasmi dunia dari kejahatan dan berusaha mewujudkan perdamaian. Tokoh superhero seperti Spider-Man, Iron Man, Captain America, Thor, Hulk, dan masih banyak lagi, sering memperlihatkan bagaimana mereka membantu orang-orang yang sedang memerlukan pertolongan. Tokoh-tokoh superhero ini selalu melancarlan misinya dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang bersih dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip keadilan, dan perlindungan bagi yang lemah. Mereka menggunakan kekuatan mereka sebagai alat untuk membela orang-orang yang tidak dapat membela diri sendiri. Gambaran dari para superhero ini, menjadi perenungan awal kepada kita, untuk melakukan sesuatu dari hati yang tulus dan tangan yang suci (melakukannya dengan cara yang benar dan adil), untuk mewujudkan identitas kita sebagai “peacemaker” (pembawa damai) bagi sesama.

Melalui tema dalam nas ini, perbuatan yang dilakukan dengan hati yang tulus serta dengan tangan yang suci adalah perbuatan yang bermanfaat bagi orang lain. Perbuatan tersebut dapat membuat orang lain merasa bahagia, damai, dan nyaman. Nas ini mengisahkan tentang Abraham yang akan mengajarkan kita tentang bagaimana memahami apa itu melakukan sesuatu dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci. Dalam kehidupan Abraham, kita menyaksikan perjalanan imannya yang begitu luar biasa, namun Abraham juga menghadapi ujian dan kelemahan manusiawi yang kadang-kadang menyertainya. Abraham, yang awalnya dikenal sebagai Abram, telah menerima janji Tuhan untuk menjadi “bapa banyak bangsa.” (Roma 4: 17). Namun, meskipun janji-janji besar telah diberikan kepada Abraham, kehidupan Abraham bukan tanpa cobaan. Sebelum pasal ini, kita melihat bagaimana Sara, isterinya, mengusulkan agar Abraham mengambil Hagar sebagai istri kedua untuk mencapai keturunan yang dijanjikan (Kejadian 16:2). Ini merupakan wujud ketidakpercayaan terhadap janji Tuhan. Pada nas ini, Abraham dan Sara telah mencapai wilayah Gerar, tempat di mana ujian baru menanti mereka. Abraham, yang pernah berdiam di Mesir dan menghadapi ujian serupa dengan menyembunyikan kebenaran tentang hubungannya dengan Sara, kembali terjatuh ke dalam kesalahan serupa di Gerar. Nas ini juga bukan hanya sekadar narasi historis, tetapi juga pelajaran spiritual tentang iman, ketidaksempurnaan manusiawi, dan kemurahan Tuhan di tengah-tengah kelemahan kita.

Mengawali nas ini, menjelaskan tentang pemindahan Abraham ke wilayah Negeb dan tinggal di Gerar. Setelah memilih Gerar sebagai tempat tinggal, Abraham kemudian terlibat dalam suatu peristiwa yang melibatkan kesalahpahaman dengan raja Gerar, Abimelekh, terkait status pernikahannya dengan Sara. Kesalahpahaman ini muncul karena Abraham menyatakan bahwa Sara adalah saudara perempuannya, yang kemudian menyebabkan Abimelekh mengambil Sara sebagai istrinya. Namun, Allah campur tangan melalui mimpi Abimelekh untuk memperingatkannya dan mengembalikan Sara kepada Abraham, menunjukkan kebesaran dan perlindungan Allah terhadap perjanjian-Nya dengan Abraham. Allah memilih untuk berbicara kepada Abimelekh melalui mimpi untuk memberikan peringatan mengenai perempuan yang telah diambilnya, yaitu Sara, yang pada kenyataannya adalah istri Abraham. Dalam inti mimpi tersebut, Allah menyatakan bahwa Abimelekh berada dalam bahaya kematian sebagai konsekuensi dari perbuatannya. Abimelekh, dalam reaksi jujurnya, mengungkapkan ketidaktahuannya mengenai status sebenarnya Sara sebagai istri Abraham (ayat 5). Dia mengatakan bahwa Abraham dan Sara telah memberitahukan kepadanya bahwa mereka adalah saudara, bukan suami istri. Situasi ini menimbulkan kebingungan moral dan etika, karena Abraham dan Sara memilih untuk merahasiakan kebenaran tentang hubungan mereka, menciptakan situasi yang penuh risiko. Meskipun Abimelekh belum menyentuh Sara secara seksual, dia tetap bersikeras bahwa tindakannya dilakukan dengan hati yang tulus dan tangan yang bersih. Ini merupakan pernyataan Abimelekh tentang ketidakbersalahannya dalam konteks tersebut. Dalam doanya kepada Allah, Abimelekh memohon agar Allah mempertimbangkan bahwa tindakannya dilakukan dalam ketidaktahuan dan bahwa dia bertindak dengan hati yang tulus dan tangan yang bersih Abimelekh juga menyampaikan keheranannya bahwa bangsa yang benar seperti bangsanya dapat terjerumus dalam situasi yang sulit, mengekspresikan rasa keterkejutannya atas situasi kompleks yang melibatkan pernyataan yang tidak sepenuhnya jujur dari pihak lain. Setelah Allah memberikan peringatan dalam mimpi kepada Abimelekh mengenai Sara, menerangkan bahwa Dia sendiri yang mencegah Abimelekh untuk berbuat dosa terhadap Sara. Allah mengetahui bahwa niat Abimelekh adalah baik dan tulus, dan oleh karena itu, Allah secara langsung melibatkan diri-Nya dalam mencegah terjadinya dosa tersebut. Ini mencerminkan kasih sayang dan intervensi langsung Allah dalam mengarahkan langkah-langkah manusia bahkan dalam situasi yang berpotensi penuh risiko. Dalam memberikan nasihat kepada Abimelekh, Allah menekankan pentingnya mengembalikan Sara kepada Abraham. Allah menyebut Abraham sebagai seorang nabi, menyoroti hubungan khusus yang dimiliki oleh Abraham dengan-Nya. Nasihat ini bukan hanya sekadar instruksi praktis, tetapi juga menyiratkan ketaatan yang mendalam terhadap kehendak Allah. Selain itu, Allah memberikan peringatan serius bahwa jika Abimelekh tidak mengikuti nasihat-Nya, konsekuensinya akan sangat fatal, dengan ancaman kematian bagi Abimelekh dan semua orang yang bersamanya.

Melalui nas ini kita dapat belajar tentang “Melakukan segala sesuatu dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci”. Kita bisa melihat bagaimana Abraham dan Sara memilih untuk merahasiakan kebenaran tentang hubungan mereka. Ini mencerminkan kurangnya ketulusan dalam komunikasi. Bagi Namaposo, pelajaran ini mengingatkan bahwa kejujuran adalah fondasi yang kuat untuk menjalin hubungan yang sehat dan untuk membentuk karakter yang kokoh. Menyembunyikan kebenaran dapat membawa konsekuensi yang tidak diinginkan dan mengarah pada situasi yang rumit. Integritas juga menjadi perhatian kita dalam hal ini, Abimelekh tidak sengaja terlibat dalam kesalahan, responsnya menunjukkan integritas. Ia bersikeras bahwa niatnya baik dan tulus, meskipun terjebak dalam situasi yang rumit. Bagi Namaposo, hal ini mengajarkan pentingnya memiliki hati yang tulus dan niat baik dalam setiap tindakan. Integritas adalah nilai yang membangun kepercayaan dan mengukuhkan karakter seseorang. Dalam nas perikop kita ini juga, Allah tidak diam namun aktif campur tangan dalam melindungi Sara dan memberikan nasihat kepada Abimelekh. Ini mencerminkan bahwa ketaatan pada kehendak Allah adalah panduan yang kokoh dalam hidup. Namaposo harus taat terhadap nilai-nilai dan ajaran-ajaran moral yang diberikan Tuhan dan menjadi kunci untuk menjalani kehidupan dengan hati yang tulus dan tangan yang suci. Pengertian dari hati yang tulus adalah hati yang bersih dari niat yang buruk. Hati yang tulus adalah hati yang ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan. Ketika kita melakukan sesuatu dengan hati yang tulus, kita tidak melakukannya demi kepentingan diri sendiri, tetapi demi kepentingan orang lain atau demi kebaikan bersama. Tangan yang suci adalah tangan yang bersih dari perbuatan dosa. Tangan yang suci adalah tangan yang tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Ketika kita melakukan sesuatu dengan tangan yang suci, kita melakukannya dengan cara yang benar dan adil. Dalam hal ini, meskipun Allah memberikan nasihat dan pemulihan, tetapi perikop ini juga menunjukkan bahwa kesalahan dan ketidakjujuran dapat membawa konsekuensi yang tidak diinginkan.

Namaposo yang terkasih, kita terpanggil untuk selalu memilih jalan kebenaran dan menghindari segala bentuk ketidakjujuran, karena hal tersebut dapat merusak hubungan, karakter, dan tujuan dalam hidupnya. Allah menyebut Abraham sebagai nabi, menunjukkan panggilan dan hubungan khusus yang dimilikinya dengan Tuhan. Namaposo juga dapat merenungkan bagaimana menjalani hidup sebagai perpanjangan panggilan dari Tuhan. Memahami peran dan panggilan dalam konteks spiritualitas dapat membimbing namaposo untuk hidup dengan tujuan dan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Melalui nas ini, namaposo terbekali untuk merajut karakter yang kokoh, komunikasi yang jujur, dan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai moral. Namaposo diundang untuk menjalani hidup dengan hati yang tulus, tangan yang suci, niat yang baik, dan ketaatan pada kehendak Allah, sehingga menjadi berkat bagi orang lain dan mencerminkan pemuliaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan ini. Amin.