Minggu, 03 Maret 2024 (Okuli)
Nas : Matius 9: 27-34
Usul Doding : Haleluya No. 346: 1,3 dan Aku Percaya dan Bagi Tuhan Tak ada Yang Mustahil (Lagu Rohani)
Tema : Jadilah kepadamu menurut imanmu
IMAN YANG MENYEMBUHKAN
Tim Penulis
Horas Namaposo….
Hasoman Namaposo!
Tentu kita semua setuju, bahwa di dalam kehidupan ini tidak ada seorangpun yang tidak memiliki cita-cita ataupun harapan. Di dalam kejujuran, cita-cita ataupun harapan itu menjadi satu keinginan yang nantinya akan membuat kita bersukacita. Seorang anak yang sedang studi (sekolah ataupun perkuliahan) berpengharapan dalam pendidikannya, yang sudah lulus kuliah tentu berpengharapan untuk segera mendapatkan pekerjaan, namaposo yang sedang mencari jodoh tentunya bepengharapan dipertemukan Tuhan dengan jodohnya, dan banyak lagi cita-cita dan harapan dalam diri setiap manusia. Dengan berbagai usaha akan kita lakukan untuk mendapatkan cita-cita dan harapan itu. Dalam tradisi Simalungun juga, ada perkataan orang tua yang mengatakan “pinta-pinta sori mandapot, ganup na pinarsinta sai podas ma namin dapot” (yang berpengharapan agar segala yang dicita-citakan segera didapatkan). Kemudian di dalam Amsal 13:19b juga disebutkan “Keinginan yang terlaksana menyenangkan hati”. Demikian juga dalam nas ini, dikisahkan bagaimana dua orang buta berpengharapan agar mereka kembali dapat melihat keindahan dunia dan dapat melihat lagi dengan normal seperti orang lain. Dua orang buta yang mengikuti Yesus, memohon kasih dan belas kasihan-Nya. Seruan mereka, “Anak Daud, kasihanilah kami!” (Matius 9: 27), mencerminkan keyakinan mendalam akan identitas Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Mereka mencari kesembuhan bukan hanya dari sumber fisik, tetapi dari Sang Juruselamat. Tidak hanya itu, kita juga menyaksikan dalam nas ini di mana seorang yang kerasukan setan dibawa kepada Yesus. Dengan tegas dan berwibawa, Yesus mengusir setan itu, memberikan pembebasan kepada orang tersebut. Ini adalah bukti akan otoritas Kristus atas kegelapan dan kuasa-kuasa jahat.
Dari sudut kemanusiaan, semua orang mengharapkan kesembuhan ketika mengalami sakit penyakit. Dua orang buta ini, memiliki keterbatasan pada waktu itu dan pastinya tidak mengenal Yesus secara jelas, walaupun berita tentang mujizat dan perbuatan Yesus yang luar biasa sudah viral dan menjadi trending topic di tengah-tengah kehidupan pada waktu itu. Dua orang buta itupun mendengar berita tentang mujizat Yesus, yang membuat mereka menunggu-nunggu momen yang tepat ketika nantinya Yesus melewati daerah mereka. Dan ketika kesempatan itu datang, mereka tidak menyia-nyiakan, tetapi mereka dengan keyakinan mengikuti Yesus beserta rombongannya pada waktu itu. Kesaksian ini menjadi gambaran, bagaimana sebenarnya dalam harapan mereka “supaya diperhatikan, disentuh dan disembuhkan oleh Yesus”.
Awal dari perkataan dan permintaan mereka kepada Yesus, menunjukkan bagaimana “iman” dan keyakinan hati mereka kepada Yesus. Kesaksian mereka pada ayat 27 “Anak Daud, kasihanilah kami!”. Istilah “Anak Daud” bukan hanya membicarakan tentang “garis keturunan atau marga”, tapi lebih daripada itu, dimana mereka menunjukkan pengakuan bahwa Yesus adalah Juruselamat/ Mesias yang ditunggu-tunggu. Pengakuan ini mereka lontarkan, bukan semata-mata hanya karena mereka sembuh dari kebutaan mereka, tapi pengakuan ini timbul dari iman dan keyakinan hati mereka. Setelah Yesus masuk ke dalam satu rumah, Dia menginginkan agar dua orang buta itu benar-benar mengerti apa yang dilakukanNya kepada mereka. Yesus berkata: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” dan dua orang buta itu menjawab “Ya Tuhan, kami percaya”. Ucapan kedua orang buta itu menunjukkan, bahwa mereka tidak ada keragu-raguan dan penuh dengan keyakinan kepada Tuhan Yesus. Konteks pada waktu itu, pada waktu mereka berupaya untuk berjumpa dengan Yesus, mereka hanya bisa mendengar, belum bisa melihat, dan hal ini menunjukkan gambaran begitu besarnya iman mereka. Ketika kita mau berefleksi dalam hal ini, mungkin secara fisik kita dalam keadaan sehat-sehat saja, tapi bisa saja secara kerohanian kita itu “buta” dalam merasakan kuasa, perbuatan dan kasih setia Tuhan. “Kuasa Tuhan bertemu dengan iman yang teguh, maka terciptalah Mujizat”, ungkapan yang tepat ketika kita memperhatikan apa yang terjadi di kisah dalam nas ini. Ketika Yesus menjamah mata mereka, dan menerima “proses penyembuhan/ pemulihan” di dalam iman yang teguh dan kemudian penyembuhan itu terjadi, maka meleklah mata mereka (ayat 29-30a). Matius menuliskan kisah ini bukan hanya sekedar menjadi catatan sejarah saja, tetapi supaya setiap orang semakin percaya dan benar-benar beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Mesias/ Juru Selamat yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama.
Pada ayat 30-31, ada satu pesan yang disampaikan Yesus kepada dua orang buta yang disembuhkan “Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini”. Bisa timbul pertanyaan dari dalam diri kita, kenapa Yesus harus berpesan supaya “merahasiakan” mujizat yang luar biasa itu. Ternyata Tuhan Yesus bermaksud, Ke-MesiasanNya pasti akan diberitakan di tengah-tengah dunia ini, tetapi pada saat itu belum sampai pada waktunya. Tetapi apa yang terjadi? Ketika mereka telah mengalami kesembuhan, dan keluar dari rumah itu, mereka tidak dapat menahan diri untuk membicarakan dan mempercakapkan tentang apa yang telah terjadi kepada mereka di seluruh daerah itu.
Pada ayat 32-34, memberikan gambaran tentang kuasa luar biasa Yesus yang menyembuhkan seorang yang kerasukan setan dan buta bisu. Dalam peristiwa ini, Yesus tidak hanya mengusir setan yang menguasai orang itu, tetapi juga menyembuhkan kebutaan dan kebisuan yang disebabkan oleh pengaruh setan, menunjukkan kuasa Allah yang luar biasa. Reaksi orang banyak yang heran dan bertanya-tanya apakah Yesus adalah Anak Daud, mencerminkan pengakuan terhadap mujizat yang luar biasa tersebut. Namun, pemimpin agama, terutama orang-orang Farisi, menolak mengakui keilahian Yesus. Sebaliknya, mereka mencoba menghancurkan reputasinya dengan menuduh-Nya menggunakan kekuatan Beelzebul, pemimpin setan-setan. Pertentangan ini menggambarkan ketegangan antara ajaran dan kuasa Yesus dengan otoritas tradisional agama pada waktu itu. Pertanyaan mendasar tentang kebenaran dan pengakuan atas otoritas Allah muncul melalui reaksi berbeda orang banyak dan orang Farisi. Meskipun tanda-tanda kekuasaan Allah terjadi di depan mata mereka, tidak semua orang bersedia menerima dan mengakui kebenaran ini. Ketegangan dengan pemimpin agama menekankan tantangan untuk mempertahankan keyakinan bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus oleh Tuhan.
Hasoman Namaposo…
Kita dapat merenungkan beberapa hal dari nas kita hari ini:
Pertama, semua orang pasti mengharapkan yang baik dalam hidupnya. Ketika kita masih diizinkan dan dipercayakan Tuhan untuk mengarungi kehidupan yang memiliki banyak tantangan kehidupan, kesusahan dan penderitaan, jangan kita langsung berputus ada, tetapi mari kita datang kepada Tuhan melalui doa-doa kita, melalui persekutuan dengan Tuhan untuk meminta pertolongan kepadaNya. Dalam hidup ini, kita mengalami masa-masa sulit hingga pada titik terendah, yang mengingatkan kita bahwa dalam semua situasi, waktu dan tempat kita memerlukan belas kasih Tuhan.
Kedua, mari kita memaksimalkan kualitas iman kita di dalam hidup ini. Seperti dua orang buta dalam nas kita hari ini, justru dari keterbatasan dan kekurangan, mereka menunjukkan bahwa iman mereka hanya kepada Tuhan. Begitu luar biasa hasil dari iman mereka. Mujizat demi mujizat pasti menjadi milik kita, di dalam setiap lembaran kehidupan kita ini.
Ketiga, jangan sampai kita terjatuh ke dalam situasi “buta rohani” dalam hidup ini. Iman yang benar akan menjauhkan kita dari penyakit buta rohani ini. Kita perlu mentransformasi cara pandang kita memahami memahami kasih setia Tuhan. Jangan hanya karena sudah terkabul cita-cita dan harapan kita, hidup kita dalam keadaan baik-baik saja, diberi kesehatan dengan mudah kita mengucapkan bahwa ini semua karena kasih setia Tuhan. Namun ketika hidup kita sudah berada di dalam keadaan yang begitu berat, tidak lagi seperti yang kita ekspektasikan, kita langsung kecewa bahkan ada dititik kemarahan kepada Tuhan, dan akhirnya tidak lagi mengandalkan Tuhan. Bahkan ada beberapa namaposo dalam pergumulannya, dia tidak mendekat kepada Tuhan, tetapi mendekat kepada narkoba, miras, dan keinginan daging lainnya.
Keempat, Minggu ini adalah minggu okuli yang berarti “mataku tetap terarah pada Tuhan”, yang ingin menekankan kepada kita bahwa ketika Roh Tuhan sudah berdiam di dalam diri kita dan telah mencelikkan mata rohani kita dari buta rohani, mari tetap menjaga iman kita dari hal-hal yang dapat merusak kerohanian kita. Mari tetap arahkan mata rohani kita tetap kepada Tuhan. Sehingga ketika kita sudah membiasakan dan menghabiskan waktu dalam hidup ini hanya untuk memandang kepada kasihnya Tuhan, maka kita tidak akan memiliki waktu lagi untuk melihat hal-hal duniawi yang dapat merusak mata rohani kita dan membuat keadaan kita menjadi “buta rohani”. Dengan mata rohani kita yang tetap tertuju kepada Tuhan, maka kita akan melihat dan menyaksikan dalam hidup kita, bagaimana perbuatan-perbuatan Tuhan yang lebih luar biasa lagi. Amin.