PEMATANGSIANTAR. GKPS.OR.ID. Mengantisipasi ancaman kelangkaan pangan dunia di masa mendatang seiring bertambahnya jumlah penduduk, dampak perubahan iklim global serta semakin menurunnya daerah pertanian yang subur, pengembangan pertanian organik menjadi salah satu solusi untuk bisa mempertahankan kesuburan tanah dan peningkatan produksi pangan serta mempertahankan ekosistem keanekaragaman hayati.
Pertanian organik dapat diartikan sebagai praktik pertanian tanpa menggunakan input eksternal dan hanya mengandalkan alam dengan mengembalikan semua residu tanaman ke tanah sebagai pupuk organik. Winarmo menyebutkan, pertanian organik adalah sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan, meningkatkan kesuburan tanah, dan meningkatkan kesehatan konsumen (Winarmo, DKK, 2002). Lebih jelas lagi dikatakan Harisankar Biswar, pertanian organik adalah sistem manajemen produksi pertanian yang menggunakan bahan-bahan organik dari alam, misalnya kotoran hewan, limbah perumahan, limbah sayuran, limbah buah-buahan, limbah makanan dan lain-lain. (Harisankar Biswar, 2021).
Beranjak dari hal tersebut GKPS terpanggil untuk ikut menyuarakan pertanian organik di tengah-tengah warga jemaatnya yang sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Ada mimpi besar suatu saat nanti pertanian di wilayah Simalungun akan semakin ramah lingkungan. Selain itu petani dan konsumen hasil pertanian di Simalungun pun hidup sehat.
Departemen Pelayanan GKPS khususnya Bidang Pelpem bekerjasama dengan Tim Diakonia Distrik III dan GKPS Resort Bage, pada Sabtu, 27 April 2024, mengadakan pelatihan bertajuk Pembuatan Pupuk Oragnik Cair. Pelatihan ini dimulai pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 15.00 WIB.
Pelatihan diawali dengan ibadah yang dibawakan Pdt. Bambang Purba. Dalam khotbahnya Pdt. Bambang menyebutkan bahwa Kristus telah memperdamaikan dunia ini dengan Allah lewat penebusan di Kayu Salib. Oleh karena itu sebagai orang percaya, setiap warga gereja terpanggil untuk ikut berdamai dengan alam ciptaan melalui tindakan memulihkan tanah, dan salah satu tindakan kongkritnya adalah dengan pengembangan pertanian organik.
Setelah ibadah, Pdt. Gunawan Purba dari Pelpem GKPS mengajak agar setiap peserta merefleksikan perdamaian yang telah disediakan Allah melalui tindakan menghormati bumi, tanah dan alam.
“Allah telah memperdamaikan kita. Sebagai salah satu ciptaan Allah, kita ditempatkan dalam ekosistem kehidupan ini. Oleh karena itu sebagai makhluk ciptaan kita perlu menghormati dan perlu berelasi baik dengan alam, terrmasuk tanah,” ajak Pdt. Gunawan.
Ia pun mengutip doa St. Fransiskus dari Asisi. “St. Fransiskus Asisi di dalam doanya mengajak agar setiap orang percaya perlu berterimakasih kepada Tuhan Allah, karena saudari tanah menumbuhkan berbagai ragam jenis tumbuh-tumbuhan, bunga-bunga, dan berbagai aneka ragam jenis sayur-sayuran. Oleh karena itu kita perlu menghormati alam dan merawatnya,” ucap Pdt. Gunawan mengakhiri.
Ketua Tim Diakonia GKPS Distrik III Pdt. Samson Manik ikut memberikan sambutan. Pdt. Samson sangat mengapresiasi dan mendukung seluruh rangkaian kegiatan pelatihan tersebut. Ia pun berharap dengan digelarnya pelatihan pembuatan pupuk organik cair, tanah pertanian di Resort Bage dipulihkan dan produktivitas pertanian di daerah Bage pun meningkat.
Pdt. Samson pun mengapresiasi diadakannya pelatihan pertanian organik ini. Ia berkeyakinan melalui pelatihan seperti ini menjadi langkah awal yang baik bagi GKPS untuk tetap memberikan perhatian kepada kehidupan jemaatnya, sehingga warga jemaatnya yang hidup pada sektor pertanian dapat menjaga keselarasan alam.
Sebagai narasumber dalam pelatihan ini, Pdt. Bungaran Damanik mengajak agar warga jemaat melek ekologis, sebab alam sesungguhnya sudah menyediakan kandungan pupuk yang dapat dipergunakan untuk menyuburkan tanah. Pdt. Bungaran berharap melalui pelatihan ini para petani mandiri secara pupuk, dan tidak lagi bergantung kepada penggunaan pupuk kimia dan pestisida.
Setelah menyampaikan teori bahan-bahan pembuatan pupuk cair organik, Pdt. Bungaran Damanik, membagi peserta ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok nitrogen, kelompok kedua disebut kelompok fosfor, kelompok kalium sebagai kelompok tiga, dan kelompok terakhir kelompok pestisida alami. Masing-masing kelompok bertugas untuk mencari dari alam sekitar bahan-bahan alami sebagai dasar pembuatan pupuk organik cair.
Bahan-bahan yang telah didapat dikumpulkan dan Pdt. Bungaran memandu para peserta mengolahnya menjadi pupuk cair organik. Para peserta pun bersemangat dan cukup apresiatif selama pelatihan digelar.
Di penghujung pelatihan, Pdt. Bambang Purba menyampaikan bahwa pupuk organik cair hasil pelatihan ini akan dibagikan kepada seluruh perserta. Tak sampai disitu, Pdt. Bambang pun berharap agar para peserta terus mempraktikan dan meningkatkan pembuatan pupuk organik cari sehingga pertanian di GKPS Resort Bage lambat laun beralih dari pertanian pupuk kimia dan pestisida menuju pertanian organik. (bgs/hks)
Pewarta: Pdt. Gunawan Purba (Pendeta di Pelpem GKPS)