![](https://gkps.or.id/wp-content/uploads/2024/05/Rabu.jpg)
1. Doding: Haleluya No. 370:1
Hupaima do Tuhanku, sai masihol uhurhin,
bai parroh ni Tuhan Jesus, songon binagahkonNin.
Marhasoman olob-olob, hanai on managam Ham.
Maranata roh ma Tuhan, amen sai podas Ham roh.
2. Tonggo
3. Ayat harian: Rom 8:31
“Ai pe, aha ma hatahononta pasal ai? Anggo Naibata hasomanta, ise ma imbangta?”
“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
seyakin apakah kita menjalani hidup kita ini? Apakah kita masih semangat menjalaninya, atau sudah tidak terlalu bernafsu untuk meneruskannya? Dalam situasi yang lemah dan membuat kita banyak berkeluh kesah, kita pasti menginginkan kedatangan penolong yang bisa membangkitkan harapan dan semangat hidup kembali. Hidup yang berpengharapan adalah hidup yang berdasarkan iman. Di sinilah letak kemenangan orang-orang yang beriman. Semua orang memiliki pergumulan hidup masing-masing. Tetapi orang yang berharap dan berkeyakinan adalah orang-orang yang lebih diunggulkan dibandingkan yang sudah kehilangan pengharapan sama sekali. Kemudian, kepada siapakah kita bisa berharap? Kepada siapakah kita harus yakin? Ya tentu saja kepada Tuhan. Mengapa?
Jika Tuhan ternyata sudah memberikan AnakNya, yaitu Yesus Kristus, untuk diserahkan bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu yang lain kepada kita di dalam pergumulan hidup kita? Jika Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal pun Ia dedikasikan untuk menyelamatkan kita, maka perkara-perkara yang “lebih mudah” dari itu pasti juga akan bersedia Ia selesaikan untuk kita. Keyakinan inilah yang disampaikan dan ditekankan rasul Paulus kepada jemaat di Roma. “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” Perjalanan hidup bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama juga adalah perjalanan hidup yang memperlihatkan bahwa Allah di pihak mereka, sehingga bangsa yang kecil ini bisa selamat di mana saja dan melawan siapa saja, bahkan merebut kembali tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Semua itu menunjukkan bahwa keberadaan Allah sangat menentukan perjalanan kehidupan mereka.
Maka kebalikannya, jika Allah tidak di pihak kita, apa yang bisa kita lakukan? Bersama Allah, kepastian dan keberlangsungan terjadi. Jika kita mampu mengatakan bahwa tanpa Allah pun hidup kita diberkati, pekerjaan kita berhasil, usaha kita sukses, omongan kita didengarkan, tubuh kita sehat-sehat saja, dan lain sebagainya, maka tanyalah diri kita, berapa lama itu akan bertahan? Sampai kapan itu akan terjadi? Tetapi jika kita di pihak Allah, maka tidak ada yang berani melawan kita. Lawan kita di sini tidak bisa kita anggap hanya sebatas orang lain, kelompok lain, atau daerah lain. Lawan di sini juga bisa berarti ketakutan, kekhawatiran, keputusasaan, pikiran negatif, bahkan diri kita sendiri. Tahukah kita bahwa lawan tersulit yang selalu kita hadapi adalah diri kita sendiri? Maka jika Allah di pihak kita, diri kita sendiri pun akan takluk kepadaNya, sehingga semua yang akan kita lakukan dan hadapi adalah yang seturut dan sekehendak denganNya saja. Amin.
5. Doding: Haleluya No. 13:5
Sai jolom Ham tanganku, sai togu au.
Ronsi rotap hosahku jagai Ham au.
Patorang Ham langkahku hu surga in.
Ham ma patunggungonku tongtong ijin.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS