PEMATANG SIANTAR. GKPS.OR.ID Keseluruhan kondisi kesehatan dan kesejahteraan kita sebagai manusia sebenarnya mencakup kondisi kesehatan mental. Semakin hari, semakin banyak orang-orang yang membicarakan kesehatan mental, sebab kesehatan mental amatlah penting.
Merujuk pada data World Health Organization (WHO)-Organisasi Kesehatan Dunia, secara global ada 703.000 orang yang bunuh diri setiap tahunnya. Dan di tahun 2019, lebih dari 1 di antara 100 kematian merupakan tindakan bunuh diri. Dan bagi kalangan usia 15-29 tahun (generasi muda), bunuh diri adalah penyebab kematian tertinggi keempat. Data tersebut menyimpulkan bahwa generasi muda merupakan salah satu kelompok yang paling rentan dalam hal kesehatan mental.
Beranjak dari hal di atas, Departemen Pelayanan GKPS bersama dengan UEM mengadakan seminar “Kesadaran Kesehatan Jiwa” (Mental Health Awareness) untuk generasi Z (Gen Z), yang dilangsungkan pada Minggu (9/6/2024) siang di GKPS Kongsi Laita Sondi Raya.
Seminar diawali dengan ibadah yang dipimpin Kepala Departemen Pelayanan GKPS Pdt. Dr. Jenny Purba, MA. Setelah itu Praeses GKPS Distrik II Pdt Erni J. Purba, M.Th membuka dengan resmi kegiatan seminar. Bersama dengan Pendeta GKPS Resort Sondi Raya, Pendeta Namaposo GKPS Distrik I Pdt. Hamonangan Sinaga, M.Si, Kepala Asrama Putra YP GKPS Pdt. Yani Apoh Saragih, Praeses tetap setia mengikuti dan mendampingi peserta hingga berakhirnya seminar dilaksanakan.
Pembicara dalam seminar ini adalah Ruth Maya Tamba, M.Psi, pemilik Yayasan EPIC (sebuah sekolah bagi anak berkebutuhan khusus) dan moderator Pdt. Hotmaida Malau, S.Th, MA.
Menurut ibu Maya, kesehatan mental itu sangat perlu sebab kesehatan mental merupakan kondisi yang bersifat kontinum. Psikolog pendidikan ini pun mengajak namaposo dan remaja untuk mendeteksi lima tanda umum sehat mental, yakni: menyadari dan mengenali potensi diri, mampu menghadapi tantangan hidup atau stress harian, berkegiatan produktif dan bekerja secara produktif, bermanfaat menghasilkan kontribusi yang baik ke masyarakat, dan bersikap positif pada diri sendiri dan orang lain.
Mengapa hal itu penting? Sebab menurut Ruth Maya Gen Z itu sering disebut generasi “strawberry”. Indah di luar tetapi gampang penyok ketika menerima tekanan. Hal itu tidak bisa terhindarkan, akibat digitalisasi yang mengakibatkan gen Z mendapatkan segalanya dengan mudah dan cepat.
Selanjutnya Ruth Maya Tamba mengemukakan isu kesehatan mental generasi muda berupa stress, kecemasan, loneliness (sendiri), depression, dan suicidal tought (pikiran bunuh diri). Hal-hal tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa keadaan ekonomi, pengasuhan dan budaya. Namun ia juga menyampaikan ada pengaruh dari internal yakni: biologis/fisik, kepribadian serta kematangan emosional. Untuk itu Ruth Maya mengimbau agar Gen Z terus menjaga kesehatan mental melalui 9 hal, yakni: mengupayakan untuk terus terhubung dengan teman, kolega atau anggota keluarga; perawatan diri dengan menemukan aktivitas minimal sekali seminggu sehingga membuat diri sendiri menyanyangi dirinya; mengembangkan nilai positif dengan melibatkan diri dalam organisasi; menciptakan aktivitas yang membuat diri merasa “menghasilkan sesuatu”; berbicara terbuka pada teman atau keluarga tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan; aktif olahraga untuk mengurangi kecemasan dan stress; relaksasi; staying present; serta terakhir melatih diri untuk menyelesaikan masalah dengan berpusat pada solusi.
Di akhir pelaksanaan seminar, Pdt. Hotmaida Malau memimpin lebih kurang 300 orang peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut (RTL). Para peserta pun bersepakat membentuk cell grup yang bertujuan untuk saling menopang. Selain itu para peserta berharap agar kegiatan seminar semakin ditingkatkan, misalnya seminar bertajuk penyakit sosial, narkotika dan seks bebas, yang akhir-akhir ini marak terjadi di Raya dan sekitarnya. (bgs/hks)
Pewarta: Pdt. Bima Gustav Saragih